Siapakah Dajjal dan Bagaimana Sosoknya? Ini Penjelasan Para Ulama

Siapakah Dajjal

Pecihitam.org – Kita sering mendengar bahwa nanti sebelum kiamat akan datang makhluk Dajjal. Dajjal ini selalu digambarkan dengan sosok manusia yang menyeramkan, bermata satu dan senantiasa mencari pengikut dari bangsa manusia agar menjadi kafir. Lantas siapakah Dajjal sebenarnya?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Banyak yang bertanya-tanya siapakah dajjal yang ering disebut-sebut makhluk akhir zaman. Dalam beberapa hadis nabi Saw secara eksplisit memang disebutkan seseorang bernama yang bernama Dajjal.

Sebenarnya jika ditelusuri lebih jauh, narasi tentang dajjal tidak saja berada dalam Islam. Ia memiliki banyak versi. Beberapa literatur, juga menyebutkan bahwa ia tanda bagi akhir dari dunia. Kemampuan Dajjal dalam membawa orang-orang kedalam jurang fitnah dan kemaksiatan, menunjukkan tidak ada lagi peran agama dan kebaikan pada manusia..

Namun bisa dikatakan keberadaannya hingga saat ini sebenarnya belum diketahui. Sebab dalam beberapa hadits juga disebutkan bahwa para sahabat seakan pernah melihatnya, bahkan ada yang menyebutnya dengan nama Ibn al-Shiyyad. Padahal itu belum tentu orang yang sama seperti dimaksud Rasulullah.

Sebenarnya siapakah dan bagaimana Dajjal yang diceritakan dalam hadis nabi? Sosok ini memang sering kali dikatakan sebagai musuh terbesar bagi umat Islam. Beberapa hadis juga menyebutkan bahwa keberadaan Dajjal sudah dikenal sejak zaman sebelum nabi Muhammad Saw di utus.

Baca Juga:  5 Pondasi dalam Rukun Islam yang Harus Kita Pahami

Sosok Dajjal dijelaskan dalam Kutub al-Tis’ah (Sembilan kitab-kitab Hadis). Di antaranya Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Musnad Ahmad, Sunan Abi Daud, Sunan Abi Daud. Adapun para ulama Hadis mengategorikan hadis-hadis tentang Dajjal dalam bab Kekacauan dan Tanda-tanda hari Kiamat ( al-Fitan wa Asyrath al-Sa’at ).

Itulah mengapa, Dajjal sering dikatakan sebagai sosok yang akan hadir di akhir zaman nanti. Kemunculannya akan banyak menyebabkan kekacauan yang terjadi di atas muka bumi.

Di antara hadis yang populer menyebut keberadaan Dajjal

قال عبد الله بن عمر : قام رسول الله صلى الله عليه وسلم في الناس فأثنى على الله بما هو أهله ثم ذكر الدجال فقال : ” إني أنذركموه وما من نبي إلا وقد أنذر قومه لقد أنذر نوح قومه ولكني سأقول لكم فيه قولا لم يقله نبي لقومه تعلمون أنه أعور وأن الله ليس بأعور ” . متفق عليه

Dalam hadis diatas secara tekstual, menyebutkan bahwa keberadaan Dajjal sudah diperingatkan sejak zaman nabi Nuh As. Nabi juga menyebut bentuknya sebagai orang yang buta sebelah matanya. Ia awalnya mengaku sebagai nabi, lalu mendaku sebagai Tuhan.

Baca Juga:  Ini Perbedaan Gelar al-Masih Nabi Isa dan al-Masih Dajjal

Sebagian ulama juga berbeda pemahaman dalam menjelaskan sosok Dajjal ini. Didasarkan hadits-hadits yang ada, ulama berpendapat bahwa keberadaannya memang benar dan ia sebagaimana bentuk dan sifatnya. Ia mampu menghidupkan orang yang telah dibunuhnya, ia buta dan dan sifat-sifat lainnya. Ia adalah sosok yang digambarkan seperti dalam hadis nabi. Pendapat ini dijelaskan oleh an-Nawawi dalam Syarh Muslim. Dajjal adalah personal (syakhsun bi ‘ainihi).

Adapun secara terminologis, ada yang mengartikan Dajjal sebagai orang yang menutupi sesuatu. Sebab ia disebut dalam hadis sebagai A’war, menutupi kebenaran, dan orang yang paling berdusta. Dalam sejarah Islam pemaknaan literal seperti ini pernah terjadi, yang mana para pendusta atas nama agama, mereka sering disebut sebagai Kadzab.

Imam Malik bin Anas, salah seorang Ahli Fikih dan Ahli Hadis abad 2 H pernah men-jarh­ salah seorang perawi hadis yang sering berdusta atas nama hadis nabi. Karena ia sering meriwayatkan hadis dengan dusta pada nabi. Ia di-jarh dengan Dajjal.

Ada pula yang berpendapat bahwa Dajjal memang ada, namun bagaimana wujudnya belum bisa dipastikan. Pendapat ini dikuatkan oleh Badruddin al-‘Aini dalam Syarh Sunan Abi Daud, bahwa penetapan sifat dan fisiknya dalam hadis Nabi merupakan hasil tamsil sebab semakin meningkatnya kejahatan, serta kerusakan di bumi.

Baca Juga:  Tragedi Karbala dan Sikap Muslim Sejati dalam Menanggapinya

Pemahaman ini didapatkan dari pernyataan ulama Sunni, bahwa Dajjal adalah fitnah terbesar umat Islam. Jika agama Islam membawa rahmat dan kasih sayang, maka fitnah terbesar ini hanya akan muncul jika tidak ada lagi kasih sayang di antar umat manusia.

Sebagaimana ini implementasi dari Islam sebagai Rahmatan lil Alamin. Sebagai mana juga fungsi agama sebagai pembawa kebajikan di antara umat manusia.

Penafsiran ini sedikit banyak beririsan dengan pandangan Mu’tazilah. Bagi Mu’tazilah, personifikasi yang digambarkan hadis Nabi, ditafsirkan tidak secara literal, karena menurut mereka Dajjal bukanlah personal. Akan tetapi, ia adalah karakter utama dari keburukan dan kejahatan itu sendiri. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik