Sifat Hayat, Sifat Ke-Sepuluh dari 20 Sifat Wajib Bagi Allah SWT

sifat hayat allah

Pecihitam.org – Para pembaca yang budiman! Semoga kita semua senantiasa dalam limpahan Rahmat dan Karunia Allah SWT, amiin!. Pada kesempatan ini kita akan melanjutkan pelajaran kita yakni Ilmu Tauhid (kalam) Dasar Ahlusuunnah Wal Jama’ah. Sebelumnya kita sudah sampai pada sifat wajib yang ke-sembilan bagi Allah SWT, dan sekarang akan kita lanjutkan dengan sifat wajib yang ke-sepuluh, yakni Sifat Hayat

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sifat ke-sepuluh yang wajib bagi Allah adalah sifat Hayat (حَيَاة) artinya Hidup, dan sifat mustahil bagi Allahadalah Mautun (مَوْت) berarti mati

Sifat Hayat merupakan sifat yang wajib bagi Allah Ta’ala, secara harfiah hayat berarti “Hidup”. Sedangkan menurut istilah sebagaimana yang di terangkan di dalam kitab Kifayatul ‘awam sbb:

صفة تصحّح لمن قامت به الإدراك كالعلم والسّمع والبصر اي يصحّ ان يتّصف بذالك

“Suatu sifat yang mensahkan idrak (pencapaian) bagi zat/orang yang dia (hayat itu) berdiri dengannya, idrak yang di maksud seperti ilmu, sama’ (mendengar) dan bashar (melihat). Dalam artian, dia (zat) sah untuk bersifat dengan yang demikian itu”

Namun demikian, adanya sifat hayat tidak pasti membawaki kepada dapat berbuatnya seseorang (zat) dengan idrak tersebut. Seperti misalkan seseorang yang hidup memiliki telinga tetapi ia tidak bisa mendengar dengannya, memiliki  mata tapi tak bisa melihat (buta) dan memiliki akal pikiran namun tak dapat mempergunakannya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Baca Juga:  Ilmu Tauhid Dasar Ahlussunnah wal Jama'ah; Baqa, Sifat Wajib Ketiga Bagi Allah SWT

Sifat hayat tidak memiliki ta’luq atau hubungan/keterkaitan dengan segala sesuatu apapun baik yang maujud maupun yang ma’dum. Karena ia adalah satu sifat yang tidak menuntut perkara yang lebih demi berdirinya pada suatu zat. Berbeda halnya dengan sifat Qudrah, Iradah, Ilmu, Sama’, Bashar dan kalam. Maka sifat-sifat yang tesebut ini memiliki ta’luq tersendiri.

Wajib Allah Ta’ala bersifat dengan sifat Hayat (hidup) dan mustahil bagi-Nya sifat Mautun (mati). Dalilnya sebagai berikut.

Dallil ‘Aqli

Jika Allah tidak bersifat dengan Hayat/hidup maka tidak sah pula ada bagi-Nya sifat Qudrah, Iradah, Ilmu dan lain sebagainya, bagaimana mungkin itu bisa terjadi, bukankah akal sudah menetapkan yang bahwa sifat-sifat kesempurnaan itu semuanya wajib ada bagi Allah Ta’ala berdasarkan dalil-dalil yang pernah kita bahas pada artikel-artikel sebelumnya.

Baca Juga:  Iradah, Sifat Wajib Allah yang Harus Dipahami Umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah

Begitu pula halnya apabila kita nafikan (tiadakan) sifat hayat ini pada Allah Ta’ala, maka sungguh tidak akan maujud/di dapatkan sekalian alam ini beserta segala isinya. Bukankah pada kenyataannya alam ini wujud ia? Sebagaimana yang kita saksikan bersama dan kita pun hidup di dalamnya.

Maka oleh karena itu akal tidak dapat menerima bila Allah Ta’ala bersifat dengan mautun (mati). Hingga kemudian barulah akal dengan sendirinya menetapkan wajibnya sifat Hayat (hidup) bagi-Nya.

Dalil Naqli, ada banyak diantaranya

  • Surat Al-Baqarah ayat 255 :

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)”

  • Surat Al-Furqan ayat 58 :
Baca Juga:  Kajian Aqidah Aswaja; Lima Kuantitas yang Mustahil Ada pada Allah Swt

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ

“Dan bertawakkal-lah kepada Allah Yang Hidup (kekal) yang tidak mati”

  • Surat Ghafir ayat 65 :

هُوَ الْحَيُّ لاَاِلَهَ اِلاَّ هُوَ

“Dialah yang Hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia”

Demikian sekilas penjelasan tentang Sifat Hayat beserta dalil-dalil yang berkenaan dengannya. insyaAllah pada artikel berikutnya akan kita lanjutkan dengan pelajaran mengenai sifat wajib yang ke-sebelas dan ke-duabelas, yakni sifat Sama’ dan Bashar beserta lawan keduanya yang mustahil.

Wallahu A’lam Bisshawaab ! wa ilaihil-Marji’u wal Ma-aab !

Muhammad Haekal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *