Sombong Yang Diperbolehkan Dalam Islam, Seperti Apa?

Sombong Yang Diperbolehkan Dalam Islam

Pecihitam.org – Sombong merupakan sikap yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, karena yang berhak sombong hanyalah Allah ta’ala. Bahkan orang yang sombong akan diganjar dengan siksaan neraka. Namun perlu kita ketahui ternyata sombong ada yang diperbolehkan dalam islam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

وَعَنْ سُفْيَان الثَّوْرِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: كُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ شَهْوَةٍ فَإِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهَا، وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ كِبْرٍ فَاِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا، لِاَنَّ مَعْصِيَةَ اِبْلِيْسَ كَانَ اَصْلُهَا مِنَ الْكِبْرِ، وَزِلَّةَ آدَمَ كَانَ اَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ. 

Artinya: “Dari Sufyan ats-Tsauri radliyallahu anh, ‘Setiap maksiat yang dilakukan dari unsur syahwat atau keinginan, pengampunan dari Allah layak diharapkan. Setiap maksiat yang timbul dari kesombongan, tidak bisa diharapkan ampunannya dari Allah. Karena maksiat iblis, bertumpu atas dasar kesombongan, dan kesalahan Adam pondasinya adalah mengikuti keinginan saja.” (Syihabuddin Ibnu Hajar al-Asqalani, Nashâihul ‘Ibâd )

Ada beberapa sikap sombong dalam islam yang diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Kesombongan yang diperbolehkan yaitu ada tiga:

Pertama, sombong pada saat perang untuk membela agama Allah, sombong ini dimaksudkan memberikan percaya diri kepada kaum muslimin, dan memberikan semangat.

Kedua, sombong pada saat sedekah, maksudnya tidak lantas berbangga diri dengan sedekahnya kemudian untuk dipamerkan untuk orang lain, maksudnya yaitu ia bangga atas harta yang ia keluarkan karena menganggap harta itu adalah sesuatu yang kecil dan tidak berarti dalam hidup, ia meremehkan hartanya dan menghinakan hartanya.

Baca Juga:  Pesan Ali bin Abi Thalib Tentang Ilmu dan Menjaga Persaudaraan

Ketiga, yaitu sombong dengan orang sombong, tujuannya adalah untuk mengingatkan orang sombong tersebut bahwa diatas langit masih ada langit, bahwa Allah menciptakan manusia dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Kendati demikian, kesombongannya hanya bersifat kesombongan lahiriyah saja, dalam hatinya tetap bertawadhu’ kepada Allah SWT.  Adapun dalil-dalil tentang diperbolehkannya sombong antara lain:

            { سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ} [الأعراف: 146]

Artinya: “Aku (Allah) akan memalingkan ayat-ayat-Ku dari orang-orang yang sombong di muka bumi tanpa haqq” (Al-A’rof; 146)

Dalam ayat di atas, Allah menyebut sombong tanpa haqq. Hal ini menunjukkan ada kesombongan yang haqq/bisa dibenarkan. Tafsir semacam ini dikemukakan Ar-Rozi dalam Mafatih Al-Ghoib

وَاعْلَمْ أَنَّهُ تَعَالَى ذَكَرَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ قَوْلَهُ: بِغَيْرِ الْحَقِّ لِأَنَّ إِظْهَارَ الْكِبْرِ عَلَى الْغَيْرِ قَدْ يَكُونُ بِالْحَقِّ فَإِنَّ لِلْمُحِقِّ أَنْ يَتَكَبَّرَ عَلَى الْمُبْطِلِ

Artinya: “Ketahuilah, bahwasanya Allah ta’ala menyebutkan firman-Nya dalam ayat ini ‘bighoiril haqq’ -tanpa haqq- karena menampakkan kesombongan kepada orang lain bisa jadi dengan haqq. Orang yang berada dalam kebenaran boleh sombong terhadap orang yang berada dalam kebatilan.” (Mafatih Al-Ghoib, juz 15 hlm 266)

Tafsir yang sama juga dikemukakan Al-Khothib Asy-Syirbini dalam “As-Siroj Al-Munir” dan An-Naisaburi dalam “Ghoro-ib Al-Qur’an”. Sombong ini hanya dilakukan untuk mengingatkan orang-orang yang batil, sehingga hal itu dapat mengingatkannya kepada Allah.

Baca Juga:  Indonesia Sebagai Negeri Islam dalam Kajian Fiqih

Kemudian ada dasar dari diperbolehkannya kesombongan pada saat berperang riwayat hadis yang menerangkan Shahabat Nabi yang bernama Abu Dujanah yang berjalan dengan angkuh, melagak nan sombong pada saat perang Uhud sambil memakai ikat kepala merah. Rasulullah ﷺ berkomentar,

إِنَّهَا مِشْيَةٌ يُبْغِضُهَا اللَّهُ إِلا فِي هَذَا الْمَوْضِعِ

Artinya: “..cara berjalan seperti itu dibenci Allah kecuali dalam situasi semacam ini (jihad)..” (H.R.Ath-Thobaroni)

Dalam hadits lain juga disabdakan oleh Rasulullah tentang diperbolehkannya sombong pada saat jihad berperang fi sabilillah. Bahkan hal demikian dicintai oelh Allah SWT.  Rasulullah ﷺ bersabda,

فَأَمَّا الْخُيَلاَءُ الَّتِى يُحِبُّ اللَّهُ فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ نَفْسَهُ عِنْدَ الْقِتَالِ

Artinya : “Adapun kesombongan yang dicintai Allah adalah kesombongan seorang lelaki pada saat perang…” (H.R. Abu Dawud)

            Adapun pendapat para ulama yang memperbolehkan kesombongan kepada orang yang sombong antara lain:

Asy-Syafi’i, beliau berkata,

ما تكبر عليَّ متكبر مرتين

“Tidak pernah ada orang sombong yang menyombongiku dua kali” (Takhrij Ahadits Ihya ‘Ulumiddin, juz 5 hlm 2032)

Termasuk juga Ibnu Al-Mubarok. Ketika beliau ditanya tentang tawadhu’ beliau menjawab,

التَّكَبُّرُ عَلَى الْأَغْنِيَاءِ

“(tawadhu’ adalah) takabbur pada orang-orang kaya…” (Syu’abu Al-Iman, juz 10 hlm 504)

Termasuk juga Az-Zuhri. Beliau berkata:

Baca Juga:  Orang Fakir Bisa Masuk Surga Lebih Dulu daripada Orang Kaya, Ini Syaratnya

التجبر على أبناء الدنيا أوثق عرى الإسلام

“Sombong terhadap pecinta dunia adalah simpul Islam yang paling kuat” (Takhrij Ahadits Ihya ‘Ulumiddin, juz 5 hlm 2032)

Termasuk juga Abu Hanifah. Beliau berkata,

أَظْلَمُ الظَّالِمِينَ مَنْ تَوَاضَعَ لِمَنْ لَا يَلْتَفِتُ إلَيْهِ

“Orang yang paling zalim adalah orang yang bertawadhu kepada orang yang sombong kepadanya” (Bariqoh Mahmudiyyah, juz 2 hlm 186)

Termasuk pula Yahya bin Mu’adz. Beliau berkata,

التَّكَبُّرُ عَلَى مَنْ تَكَبَّرَ عَلَيْك بِمَالِهِ تَوَاضُعٌ

“Takabbur kepada orang yang menyombongimu dengan hartanya adalah bentuk tawadhu” (Bariqoh Mahmudiyyah, juz 2 hlm 186)

Termasuk juga Al-Hasan. Pada saat beliau ditanya apa itu tawadhu’, beliau menjawab,

هو التكبر على الأغنياء

“Tawadhu adalah menyombongi orang-orang kaya” (Muhadhorot Al-Udaba’, juz 1 hlm 325)

Dan masih banyak pendapat para ulama yang menyatakan diperbolehkannya sombong terhadap orang yang sombong, namun disini perlu diingat kembali, kesombongan yang dimaksud adalah kesombongan lahiriyah saja, sehingga hati tetap bersih tidak ada kesombongan sedikitpun. Wallahua’lam bisshawab.

Lukman Hakim Hidayat