Sufi Menurut Pandangan Syekh Ibnu Taimiyah

sufi menurut ibnu taimiyah

Pecihitam.org – Sufisme atau Tasawuf mempunyai perjalanan yang panjang dalam sejarah Islam yang posisinya selalu diperdebatkan. Sebagian memuji tasawuf tanpa memperhatikan sedikit pun kekurangannya. Sebagian lagi secara berlebihan mencelanya tanpa melihat kebaikannya sama sekali. Ada pula yang memilah antara sufisme yang benar dan sufisme yang menyimpang.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ada sebagian kecil umat Islam di Indonesia masih memandang sinis terhadap kaum sufi yang menurut mereka konon mengikuti pandangan Syekh Ibnu Taimiyah sebagai panutannya. Hal ini berarti mereka sama sekali tidak memahami dengan baik pandangan Ibnu Taimiyah.

Padahal pandangan Syekh Ibnu Taimiyyah sangat objektif. Ia menghadirkan pendapat-pendapat yang saling berseberangan, baik yang pro kaum sufi maupun yang menolaknya. Lalu, dengan menyikapi perbedaan pendapat tentang kaum sufi, Syekh Ibnu Taimiyyah kemudian berpendapat;

وَ ” الصَّوَابُ ” أَنَّهُمْ مُجْتَهِدُونَ فِي طَاعَةِ اللَّهِ كَمَا اجْتَهَدَ غَيْرُهُمْ مِنْ أَهْلِ طَاعَةِ اللَّهِ فَفِيهِمْ السَّابِقُ الْمُقَرَّبُ بِحَسَبِ اجْتِهَادِهِ وَفِيهِمْ الْمُقْتَصِدُ الَّذِي هُوَ مِنْ أَهْلِ الْيَمِينِ وَفِي كُلٍّ مِنْ الصِّنْفَيْنِ مَنْ قَدْ يَجْتَهِدُ فَيُخْطِئُ وَفِيهِمْ مَنْ يُذْنِبُ فَيَتُوبُ أَوْ لَا يَتُوبُ.

Artinya: “Pendapat yang tepat adalah mereka (kaum sufi) merupakan orang-orang yang berusaha tulus lagi bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, sebagaimana kelompok Muslim taat lain bersungguh-sungguh. Di antara para sufi itu adalah yang terdepan dan terdekat dengan Allah sesuai kesungguhan mereka. Di antara mereka ada pula yang sedang-sedang saja. Mereka ini adalah Ahlul Yamin (kebaikan). Masing-masing dari kedua kelompok ini ada orang yang terkadang bersungguh-sungguh, lalu melakukan kesalahan. Di antara mereka juga ada orang yang melakukan dosa, lalu bertaubat atau belum bertaubat.” (Majmu’ Al-Fatawa, jilid 11, hlm. 18).

Ibnu Taimiyyah lalu menjelaskan macam-macam kaum sufi, yang faktanya memang terdapat banyak sekali golongan di kalangan mereka. Bahkan ada oknum menyimpang yang mengaku-ngaku dirinya sebagai sufi. Penisbatannya pada kaum sufi ini telah ditolak oleh para ulama yang benar-benar ahli dalam ilmu tasawuf seperti Syekh Junaid Al-Baghdadi.

Baca Juga:  Pengertian Nazar, Ketentuan dan Hukumnya dalam Islam

Menurut Syekh Ibnu Taimiyah, beliau menjelaskan bahwa kaum sufi memiliki tiga golongan:

Pertama, sufi hakiki (shufiyah al-haqaiq). Yaitu kaum sufi yang benar-benar tulus beribadah dan bertaqwa kepada Allah Swt sejauh kemampuannya sebagaimana yang sudah digambarkan di atas. Menurut Ibnu Taimiyah, sufi hakiki adalah makhluk langka dan kebanyakan tidak mendirikan lembaga kesufian.

Kedua, sufi rejeki (shufiyah al-arzaq). Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan rejeki dengan mengelola lembaga kesufian, seperti pemondokan sufi (al-khawanik). Mereka juga orang-orang yang baik selama memenuhi tiga syarat.

  1. Menjalankan syariat, seperti melaksanakan amal-ibadah wajib dan menjauhi perkara yang diharamkan syariat.
  2. Kedua, mereka menjalankan adab-adab ahli Thariqah yang sesuai dengan tuntunan syariat.
  3. Ketiga, tidak berlebihan dalam urusan duniawi. Jika sebaliknya, seperti gemar menumpuk kekayaan, tidak mengindahkan akhlakul karimah, serta tidak mempedulikan adab-adab syar’i, maka ia tidak layak mendapatkan kebaikan ini.
Baca Juga:  Memahami Ilmu Mauhibah atau Laduni Menurut Ulama

Ketiga, sufi simbolis (shufiyah al-rasm). Yaitu mereka yang tujuannya hanya ingin mendapatkan simbol kesufian, seperti pakaian sufi, bicara dengan bahasa para sufi, serta bertingkah seperti para sufi. Sehingga orang awam akan menganggapnya sebagai sufi padahal sejatinya bukan (Majmu’ Al-Fatawa, jilid 11, hlm. 20).

Jadi sama seperti aspek kehidupan lainnya, dapat disimpulkan bahwa menurut Ibnu Taimiyah, kaum sufi ada yang sesuai dengan Alquran dan as-Sunnah dan ada juga yang melenceng dari keduanya. Seperti juga dalam ilmmu fiqih, dalam usaha mereka mendekati Allah Swt bisa juga dikatakan sebagai bentuk ijtihad yang bisa benar dan bisa juga salah.

Nah, dari sini kahirnya kita bisa melihat bagaimana pandangan Syekh Ibnu Taimiyyah tentang kaum sufi. Semoga ini mencerahkan bagi mereka yang suka mengutip perkataan para ulama terdahulu untuk menjelek-jelekkan kaum sufi, akhirnya bisa lebih bersikap arif dan bijaksana. Dan tidak sembarangan dalam menilai suatu golongan tertentu.

Baca Juga:  Siapa dan Bagaimana Kesufian Syeikh Yusuf Al Makassari?

Rasulullah SAW, “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari).

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik