Sultan Hamid II, Perancang Lambang Negara Indonesia

sultan Hamid II perancang lambang negara Indonesia

Pecihitam.org – Jalan Sultan Hamid II, nama jalan protokol di Kota Pontianak untuk mengenang Sang Perancang Lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila. Tulisan kali ini akan memuat biografi singkat dari tokoh nasional dari tanah Borneo yang kurang familiar bagi generasi sekarang ini, beliau adalah Sultan Hamid II, Sang Perancang Lambang Negara Indonesia, Burung Garuda Pancasila.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Nasab

Terlahir dari keturunan Kesultanan Kadariah Pontianak dengan nama dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie pada 12 Juli 1913. Ia merupakan putra sulung dari Sultan Pontianak ke-6, Sultan Syarif Muhammad Al-Kadrie dan ibunya bernama Syecha Jamilah Syarwani. Kelak suami dari Didi van Delden ini akan menjadi Sultan ke-7 dalam Kesultanan Kadariah Pontianak.

Pendidikan

Hamid kecil memulai belajar dari Sekolah Rendah Pertama di Europeesche Lagere School (ELS) dan berpindah-pindah, mulai dari Pontianak sebagai tempat kelahiran, kemudian di Sukabumi, Yogyakarta, dan Bandung. Setamatnya dari pendidikan dadar, pada 1932 Hamid muda yang kelak akan menjadi Sultan Pontianak ke-7 ini, melanjutkan pendidikannya pada tingkat Perguruan Tinggi di Technische Hooge School (THS) yang sekarang mejadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Karena lebih tertarik pada dunia militer, beliau tak lama kuliah di sini.

Baca Juga:  Sunan Bayat, Penguasa yang Turun Tahta Setelah Memahami Hakikat Duniawi

Berhenti dari THS, Hamid muda kemudian memutuskan masuk ke Akademi Militer di Belanda. Berkat kegigihannya, pendidikan yang ia tempuh mulai menuai hasil. Pada tahun 1933, Hamid muda berhasil lulus dari Koninklijke Militaire Academie (KMA) di Breda, Belanda setelah menempuh masa pendidikan lebih kurang lima tahun, dan beliau lulus pada tahun 1938.

Karier Militer

Tak butuh lama bagi Hamid setelah lulus untuk mempunyai karier yang gemilang. Pada tahun yang sama dengan kelulusannya, Hamid muda dilantik sebagai Perwira pada Koninklijke Nederlandsche Indische Leger (KNIL), nama Kesatuan Tentara Hindia Belanda dengan pangkat Letnan Dua.

Dalam karir militernya ini, Hamid lalu ditugaskan di beberapa kota besar, sebut saja Malang, Bandung, Balikpapan hingga beberapa kota penting lainnya. Bahkan kala itu beliau sempat ikut berperang melawan tentara Jepang di Balikpapan pada tahun 1941. Kemudian ikut lagi dalam peperangan dalam kurun waktu 1942 hingga 1945, menjelang Indonesia merdeka.

Baca Juga:  Biografi Gus Miftah, Kyai Nyentrik Yang Suka Ke Klub Malam

Menurut beberapa sumber, bahkan seorang Letnan Hamid sempat menjadi tawanan Jepang. Namun akhirnya beliau dibebaskan setelah Nipon takluk dalam Perang Dunia Kedua. Kemudian Sultan Hamid yang waktu itu merupakan seorang Perwira KNIL mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayor Jenderal dalam Angkatan Darat Belanda di usia 33 tahun pada tahun 1946. Itu adalah pangkat tertinggi dalam karir militer seorang putera bangsa Indonesia yang lulusan akademi militer pada waktu itu.

Kiprah dalam Perjuangan

Dalam percaturan politik Indonesia, Sultan Hamid merupakan tokoh kontroversial dengan gagasan negara federalisnya. Prinsip itulah yang kemudian membuatnya berbenturan dengan kaum para penganut paham negara kesatuan yang menginginkan adanya dominasi atau sentralisasi kekuasaan. Sultan Hamid melihat bahwa sistem federasi lebih dapat menjawab berbagai macam persoalan internal negara yang baru berdiri waktu itu.

Baca Juga:  KH. Muslim Rifai Imampuro, Ulama Pencetus Slogan “NKRI Harga Mati”

Oleh karena itu, gagasan beliau yang sebenarnya bertujuan baik, sering disalahpahami, hingga dianggap sebagai pengkhianat negara karena sikap dan pemikirannya yang lebih moderat terhadap bangsa asing.

Terlepas dari itu semua kontroversi beliau, peran Sultan Hamid II dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak mungkin dihapus dari sejarah. Ia adalah seorang founding fathers dari Kalimantan Barat yang berperan penting dalam menentukan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan Soekarno, Mohammad Hatta dan tokoh-tokoh lainnya, termasuk yang paling penting bahwa Sultan Hamid II, Perancang Lambang Negara Indonesia, Burung Garuda Pancasila.

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *