Surah Adz-Dzariyat Ayat 47-51; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Adz-Dzariyat Ayat 47-51

Pecihitam.org – Kandungan Surah Adz-Dzariyat Ayat 47-51 ini, menerangkan bahwa Allah swt telah menciptakan langit dengan bentuk indah yang menyatakan keagungan kekuasaanNya seperti diangkatnya langit di atas dengan kekuasaan-Nya, dijadikan laksana atap yang tinggi dan kokoh. Dan Allah swt kuasa atas semua itu, Dia tidak pernah lelah atau lesu dan tidak pernah pula merasa letih.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah memerintahkan rasul-Nya supaya menegaskan bahwa ia sesungguhnya mendapat amanat dari Allah swt untuk menyampaikan kepada manusia bahwa Allah swt akan membalas dengan siksaan kepada mereka atas segala pelanggaran pelanggaran terhadap perintah-Nya, sebagaimana Allah swt menurunkan siksa-Nya kepada umat-umat yang terdahulu.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Adz-Dzariyat Ayat 47-51

Surah Adz-Dzariyat Ayat 47
وَٱلسَّمَآءَ بَنَيۡنَٰهَا بِأَيۡيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

Terjemahan: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa

Tafsir Jalalain: وَٱلسَّمَآءَ بَنَيۡنَٰهَا بِأَيۡيْدٍ (Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami) dengan kekuatan Kami وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa) dikatakan Adar Rajulu Ya-idu Qawiyyu artinya lelaki itu menjadi kuat. Dikatakan Awsa’ar Rajulu, artinya ia menjadi orang yang memiliki pengaruh dan kekuatan.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengingatkan penciptaan alam uluwwi (bagian atas) dan alam sufli (bagian bawah): وَٱلسَّمَآءَ بَنَيۡنَٰهَا (“Dan langit itu Kami bangun”) maksudnya, Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, dan tinggi بِأَيۡيْدٍ (“dengan kekuasaan”) maksudnya dengan kekuatan. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah, ats-Tsauri dan lain-lain.

وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (“Dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya”) maksudnya, Kami telah menjadikan seluruh penjurunya luas, kemudian Kami meninggikannya tanpa menggunakan tiang, sehingga ia menggantung sebagaimana adanya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt telah menciptakan langit dengan bentuk indah yang menyatakan keagungan kekuasaanNya seperti diangkatnya langit di atas dengan kekuasaan-Nya, dijadikan laksana atap yang tinggi dan kokoh. Dan Allah swt kuasa atas semua itu, Dia tidak pernah lelah atau lesu dan tidak pernah pula merasa letih.

Secara tidak langsung ayat ini menyanggah ucapan orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Allah swt menjadikan langit dan bumi selama 6 (enam) hari, namun pada hari ketujuh Allah beristirahat dan berbaring di ‘Arsy-Nya karena letih. Kata ‘langit banyak digunakan dalam berbagai ayat Al-Qur’an. Kata ini, dalam beberapa ayat mempunyai arti alam semesta. Demikian pula halnya pada ayat di atas.

Alam semesta bukanlah sesuatu yang statis. Alam semesta adalah sesuatu yang dinamis, selalu berubah, dan meluas. Hal ini diungkapkan setelah ilmu astronomi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Keadaan demikian ini ternyata sudah disebutkan dalam Al-Qur’an 14 abad yang lalu, ketika ilmu astronomi masih sangat primitif.

Sampai dengan permulaan abad ke-20, alam semesta hanya diketahui sebagai sesuatu yang tercipta pada suatu saat yang tidak dapat diketahui masanya, dan mempunyai bentuk seperti apa yang dilihat saat ini. Penelitian, observasi dan perhitungan-perhitungan dengan menggunakan teknologi modern yang tersedia, mengungkapkan bahwa alam semesta memiliki permulaan, dan sampai saat ini secara teratur terus meluas.

Alam semesta adalah kosmos, yaitu ruang angkasa serta semua benda langit yang terdapat di dalamnya, termasuk semua galaksi (tata bintang), baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui manusia. Alam semesta, atau alam raya, tidak dapat dibayangkan luasnya.

Para ilmuwan mengukur jarak di alam semesta dengan ukuran tahun cahaya. Satu tahun cahaya sama dengan 9,46 triliun km. Bagian alam semesta paling jauh yang sudah “diketahui” manusia adalah pada jarak 15 milyar tahun cahaya. Pada jarak itu ditemukan banyak gugus super galaksi yang jumlahnya tak terhitung.

Bintang yang paling dekat dengan matahari berjarak sekitar 4,3 tahun cahaya dari bumi. Matahari dan semua bintang yang dapat kita lihat dengan mata telanjang terdapat dalam gugus galaksi tatasurya, atau dinamakan gugus bimasakti. Di seluruh alam raya ini, terdapat bermiliar galaksi yang sedang bergerak saling menjauh dengan cepat.

Galaksi diperkirakan memenuhi ruang angkasa sampai jarak 10.000 juta tahun cahaya dari bumi. Jika dalam satu detik, cahaya menempuh jarak ? 200.000 km, berapa luas ruang angkasa sebenarnya? Allah meluaskan alam raya sebegitu luasnya sejak diciptakan. Meluasnya alam terus berlangsung sepanjang masa.

Baca Juga:  Surah Adz-Dzariyat Ayat 52-60; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hal ini sesuai dengan teori ekspansi yang menyebutkan bahwa nebulae, calon bintang, menjauh dari galaksi bimasakti dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bahkan, benda-benda langit dalam satu galaksi pun sedang saling menjauh satu sama lain.

Para peneliti mulai melakukan penelitian mengenai pergerakan benda-benda langit pada tahun 1920-an. Diyakini bahwa pada tahun 1920-an merupakan momentum penting dalam perkembangan astronomi modern.

Pada tahun 1922, ahli fisika Rusia, Alexander Friedman, menghasilkan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis. Ia menyebutkan bahwa penyebab sekecil apa pun cukup untuk menyebabkan struktur alam semesta mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein.

George Lemaitre, seorang ahli kosmologi dari Belgia, adalah orang pertama yang menyadari arti perhitungan Friedman. Berdasarkan perhitungan ini, Lemaitre, menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan alam mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang telah memicunya.

Pemikiran teoritis kedua ilmuwan ini tidak menarik banyak perhatian. Pemikiran ini barangkali akan terabaikan, jika tidak ditemukan bukti pengamatan baru yang mengguncangkan dunia ilmiah pada tahun 1929. Pada tahun itu, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble, membuat penemuan paling penting dalam sejarah astronomi.

Ketika mengamati sejumlah bintang melalui teleskop raksasanya, dia menemukan bahwa cahaya bintang-bintang itu bergeser ke arah ujung merah spektrum. Pergeseran itu berkaitan langsung dengan perubahan jarak bintang-bintang dari bumi.

Pengamatannya menemukan bahwa suatu galaksi yang berjarak satu juta tahun cahaya dari bumi sedang bergerak menjauh pada kecepatan 168 km per tahun. Alam semesta, dimana benda-benda langitnya secara teratur bergerak saling menjauhi, mengindikasikan bahwa alam semesta itu sendiri juga sedang mengembang.

Pengamatan pada tahun-tahun berikutnya mengungkapkan dan mengkonfirmasi dugaan tersebut. Bintang-bintang tidak hanya menjauh dari bumi; mereka juga menjauhi satu sama lain. Satusatunya kesimpulan yang dapat diturunkan dari temuan ini adalah bahwa alam semesta sedang “mengembang”.

Suatu konfirmasi kepada pernyataan yang ada di dalam Al-Qur’an, jauh sebelum hal itu diketahui oleh umat manusia. Penemuan ini mengguncangkan landasan model alam semesta yang diyakini pada saat itu. Temuannya ini diakui dunia. Namun perhitungannya dianggap salah, dan direvisi kemudian.

Menurut sementara ilmuwan, suatu saat nanti, diperkirakan alam raya ini tidak lagi berkembang. Ia akan mengkerut dan kembali menyatu seperti semula. Kalau peristiwa ledakan dahsyat yang menjadi tanda terbentuknya aneka planet, dan berpisahnya langit dan bumi, dinamai Big Bang; maka penyusutan dan penyatuan alam raya dinamai Big Crunch.

Tafsir Quraish Shihab: Langit itu Kami kokohkan dengan kekuatan Kami. Sesungguhnya Kami mampu menjadikannya lebih dari itu. (1) Dan bumi itu Kami bentangkan. Maka sebaik-baik yang mempersiapkannya untuk tempat tinggal adalah Kami.

(1) Ayat ini mengisyaratkan beberapa rahasia ilmiah. Di antaranya, bahwa Allah Swt. menciptakan alam yang luas ini dengan kekuasaan-Nya. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Kata samâ’ (langit) pada ayat tersebut dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang ada di atas dan menaungi. Maka, segala sesuatu yang ada di sekitar benda-benada langit seperti planet, bintang, tata surya dan galaksi juga disebut langit.

Bagian alam raya yang terlihat ini amatlah luas, tak terbayangkan dan tak terbatas, sebab jaraknya bisa mencapai jutaan tahun cahaya. Menurut ilmu pengetahuan modern, satu tahun cahaya berarti jarak yang dilalui cahaya dengan kecepatan 300. 000 km per detik. Frase “وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ” (‘dan Kami meluaskannya’) menunjukkan hal itu. Artinya, Kami meluaskan alam tersebut dengan sebegitu luasnya sejak diciptakan.

Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa meluasnya alam terus berlangsung sepanjang masa. Ini juga telah ditemukan dalam ilmu pengetahuan modern yang dikenal dengan teori ekspansi. Menurut teori tersebut, nebula di luar galaksi tempat kita tinggal menjauh dari kita dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bahkan benda-benda langit dalam satu galaksi pun saling menjauh satu sama lainnya.

Surah Adz-Dzariyat Ayat 48
وَٱلۡأَرۡضَ فَرَشۡنَٰهَا فَنِعۡمَ ٱلۡمَٰهِدُونَ

Terjemahan: Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).

Tafsir Jalalain: وَٱلۡأَرۡضَ فَرَشۡنَٰهَا (Dan bumi itu Kami hamparkan) Kami buat terhampar, menurut pandangan mata فَنِعۡمَ ٱلۡمَٰهِدُونَ (maka sebaik-baik yang menghamparkan) adalah Kami.

Tafsir Ibnu Katsir: وَٱلۡأَرۡضَ فَرَشۡنَٰهَا (“Dan bumi itu Kami hamparkan.”) yakni Kami jadikan ia sebagai hamparan bagi semua makhluk. فَنِعۡمَ ٱلۡمَٰهِدُونَ (“Maka sebaik-baik yang menghamparkan [adalah Kami].”) artinya, Kami telah menjadikannya terbentang luas bagi para penghuninya.

Baca Juga:  Ayat Sajadah dalam Al Quran dan Kesunnahan Sujud Tilawah

Tafsir Kemenag: Namun, Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt membentangkan bumi berupa hamparan dengan maksud untuk dihuni oleh manusia dan hewan. Dijadikan-Nya bumi penuh rezeki dan bahan pangan, baik berupa binatangnya, tumbuh-tumbuhan maupun yang lain-lain yang terpelihara keabadiannya sampai hari Kiamat.

Demikian juga Allah swt menjadikan dalam perut bumi barang-barang tambang yang tampak dan yang tidak tampak yang semuanya diperuntukkan bagi manusia. Dengan isi bumi itu manusia dapat mendirikan bangunanbangunan, membuat perhiasan dari emas, perak, dan batu-batu permata lainnya.

Kemudian setelah itu manusia membuat alat perang, kapal laut, pesawat terbang dari bahan besi dan dari barang tambang lainnya. Pada akhir ayat ini Allah menyatakan kekuasaan dan keindahan ciptaan-Nya dengan mengatakan, “Betapa bagusnya apa yang telah Kami jadikan, dan betapa indahnya apa yang telah Kami ciptakan.”.

Tafsir Quraish Shihab: Langit itu Kami kokohkan dengan kekuatan Kami. Sesungguhnya Kami mampu menjadikannya lebih dari itu. (1) Dan bumi itu Kami bentangkan. Maka sebaik-baik yang mempersiapkannya untuk tempat tinggal adalah Kami.

(1) Ayat ini mengisyaratkan beberapa rahasia ilmiah. Di antaranya, bahwa Allah Swt. menciptakan alam yang luas ini dengan kekuasaan-Nya. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Kata samâ’ (langit) pada ayat tersebut dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang ada di atas dan menaungi. Maka, segala sesuatu yang ada di sekitar benda-benada langit seperti planet, bintang, tata surya dan galaksi juga disebut langit.

Bagian alam raya yang terlihat ini amatlah luas, tak terbayangkan dan tak terbatas, sebab jaraknya bisa mencapai jutaan tahun cahaya. Menurut ilmu pengetahuan modern, satu tahun cahaya berarti jarak yang dilalui cahaya dengan kecepatan 300. 000 km per detik. Frase “Wa Innâ Lamûsi’ûn” (‘dan Kami meluaskannya’) menunjukkan hal itu. Artinya, Kami meluaskan alam tersebut dengan sebegitu luasnya sejak diciptakan.

Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa meluasnya alam terus berlangsung sepanjang masa. Ini juga telah ditemukan dalam ilmu pengetahuan modern yang dikenal dengan teori ekspansi. Menurut teori tersebut, nebula di luar galaksi tempat kita tinggal menjauh dari kita dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bahkan benda-benda langit dalam satu galaksi pun saling menjauh satu sama lainnya.

Surah Adz-Dzariyat Ayat 49
وَمِن كُلِّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ

Terjemahan: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

Tafsir Jalalain: وَمِن كُلِّ شَىۡءٍ (Dan segala sesuatu) ber-ta’alluq kepada lafal Khalaqnaa خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ (Kami ciptakan berpasang-pasangan) yakni dari dua jenis, yaitu jenis pria dan wanita; ada langit dan ada bumi; ada matahari dan ada bulan; ada dataran rendah dan ada dataran tinggi, ada musim panas dan ada musim dingin, ada rasa manis dan ada rasa masam, ada gelap dan ada terang لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ (supaya kalian berfikir) asal kata Tadzakkaruuna adalah Tatadzakkaruuna, lalu salah satu huruf Ta-nya dibuang sehingga jadilah Tadzakkaruuna. Karena itu kalian mengetahui bahwa Pencipta pasangan-pasangan itu adalah Esa, lalu kalian menyembah-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمِن كُلِّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ (“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan”) yakni seluruh makhluk itu berpasang-pasangan, langit dan bumi, siang dan malam dan lain-lain. Oleh karena itu Allah berfirman: لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ (“Supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.”) maksudnya supaya kalian mengetahui bahwa sang Pencipta itu hanya satu, tiada sekutu bagi-Nya.

Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah swt menerangkan bahwa Dia menciptakan segala macam kejadian dalam bentuk yang berlainan dan dengan sifat yang bertentangan. Yaitu setiap sesuatu itu merupakan lawan atau pasangan bagi yang lain. Dijadikan-Nya kebahagiaan dan kesengsaraan, petunjuk dan kesesatan, malam dan siang, langit dan bumi, hitam dan putih, lautan dan daratan, gelap dan terang, hidup dan mati, surga dan neraka, dan sebagainya.

Semuanya itu dimaksudkan agar manusia ingat dan sadar serta mengambil pelajaran dari semuanya, sedangkan Allah Maha Esa tidak memerlukan pasangan. Dengan demikian hanya Allah yang tidak membutuhkan yang lain. Sehingga mengetahui bahwa Allah-lah Tuhan yang Maha Esa yang berhak disembah dan tak ada sekutu bagi-Nya.

Dia-lah yang kuasa menjadikan segala sesuatu dan Dia pulalah yang kuasa untuk memusnahkannya, Dialah yang juga kuasa menciptakan segala sesuatu berpasang-pasang, bermacam-macam jenis dan bentuk, sedangkan mahluk-Nya tidak berdaya dan harus menyadari hal itu.

Baca Juga:  Surah Al-Isra' ayat 86-89; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Penjelasan mengenai Allah menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan menurut kajian ilmiah dapat dilihat pada penjelasan Surah asy-Syura/42: 11.

Tafsir Quraish Shihab: Segala sesuatu Kami ciptakan dua jenis yang berpasang-pasangan agar kalian ingat sehingga percaya kepada kekuasaan Kami.

Surah Adz-Dzariyat Ayat 50
فَفِرُّوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ إِنِّى لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

Terjemahan: Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.

Tafsir Jalalain: فَفِرُّوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ (Maka segeralah kembali kepada Allah) larilah kalian kepada pahala-Nya dari siksaan-Nya, yaitu dengan jalan menaati-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. إِنِّى لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ (Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian) aku adalah seorang pemberi peringatan yang jelas lagi gamblang.

Tafsir Ibnu Katsir: فَفِرُّوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ (“Maka segeralah kembali kepada [menaati] Allah”) maksudnya, berlindunglah kalian kepada-Nya, dan bersandarlah kepada-Nya dalam menangani semua urusan kalian.

إِنِّى لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ (“Sesungguhnya aku [adalah] seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.

Tafsir Kemenag: Oleh sebab itu, hendaklah manusia meminta perlindungan kepada Allah dan berpegang kepada-Nya dalam segala urusan dan masalahnya dengan menaati segala perintah-Nya dan bekerja untuk tujuan taat kepada-Nya. Allah swt selanjutnya akan menyiksa orangorang yang tidak menaati perintah-Nya.

Pada akhir ayat ini Allah memerintahkan rasul-Nya supaya menegaskan bahwa ia sesungguhnya mendapat amanat dari Allah swt untuk menyampaikan kepada manusia bahwa Allah swt akan membalas dengan siksaan kepada mereka atas segala pelanggaran pelanggaran terhadap perintah-Nya, sebagaimana Allah swt menurunkan siksa-Nya kepada umat-umat yang terdahulu.

Tafsir Quraish Shihab: Maka bersegeralah taat kepada Allah. Jangan kalian jadikan tuhan yang lain bersama Allah. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah sebagai pemberi peringatan yang jelas tentang akibat syirik.

Surah Adz-Dzariyat Ayat 51
وَلَا تَجۡعَلُواْ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ إِنِّى لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

Terjemahan: Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.

Tafsir Jalalain: وَلَا تَجۡعَلُواْ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ إِنِّى لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ (Dan Janganlah kalian mengadakan tuhan Yang lain di samping Allah. Sesunguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian) sebelum firman-Nya, “Fafirruu” diperkirakan ada lafal Qul Lahum artinya, “Katakanlah kepada mereka.”.

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَا تَجۡعَلُواْ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ (“Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain disamping Allah.”) maksudnya, janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. إِنِّى لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ (“Sesungguhnya aku [adalah] seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.”)

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah swt dalam ayat ini melarang manusia menjadikan sesuatu sembahan di samping-Nya. Karena segala sesuatu selain Allah tidak patut disembah. Pada akhir ayat ini Allah swt memerintahkan kepada rasul-Nya supaya menegaskan bahwa ia sesungguhnya pemberi peringatan yang sebenarnya dari Allah, untuk menyampaikan peringatan akan adanya siksaan Allah bagi siapa saja yang menjadikan suatu makhluk sebagai tujuan ibadat dan disembah. Dalam ayat yang sama artinya Allah swt berfirman:

Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (al-Kahf/18: 110).

Tafsir Quraish Shihab: Maka bersegeralah taat kepada Allah. Jangan kalian jadikan tuhan yang lain bersama Allah. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah sebagai pemberi peringatan yang jelas tentang akibat syirik.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Adz-Dzariyat Ayat 47-51 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S