Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ahqaf Ayat 29-32 ini, Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah peristiwa tentang pertemuannya dengan sekelompok jin yang telah datang kepadanya untuk mendengarkan dan memperhatikan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ahqaf Ayat 29-32
Surah Al-Ahqaf Ayat 29
وَإِذۡ صَرَفۡنَآ إِلَيۡكَ نَفَرًا مِّنَ ٱلۡجِنِّ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓاْ أَنصِتُواْ فَلَمَّا قُضِىَ وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ
Terjemahan: “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
Tafsir Jalalain: وَإِذۡ (Dan) ingatlah صَرَفۡنَآ (ketika Kami hadapkan) Kami cenderungkan إِلَيۡكَ نَفَرًا مِّنَ ٱلۡجِنِّ (kepadamu serombongan jin) yaitu jin Nashibin dari negeri Yaman atau Jin Nainawi, jumlah mereka ada tujuh atau sembilan jin. Nabi saw. ketika itu berada di lembah Nakhl sedang melakukan salat Subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓاْ (yang mendengarkan Alquran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya, lalu mereka berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain,
أَنصِتُواْ (“Diamlah kalian”) untuk mendengarkan bacaannya. فَلَمَّا قُضِىَ (Ketika pembacaan telah selesai) ketika nabi selesai membaca Alquran وَلَّوۡاْ (mereka kembali) pulang kembali إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ (kepada kaumnya untuk memberi peringatan) artinya, mereka kembali setelah mendengarkan Alquran kepada kaumnya sebagai pemberi peringatan akan datangnya azab jika mereka tidak beriman kepada Nabi. Mereka sebelum itu pemeluk agama Yahudi, lalu setelah mendengarkan bacaan Alquran mereka masuk Islam.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya), lalu mereka berkata, ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata,
“Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus, Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
Dan orang-orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, bahwa ia pernah mendengar Iknmah menceritakan hadis berikut dari Az-Zubair sehubungan dengan firman Allah Swt :
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Quran. (Al-Ahqaf: 29) Az-Zubair mengatakan bahwa kejadian ini di Nakhlah saat Rasulullah Saw. sedang membaca Al-Qur’an dalam salat Isyanya.
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah peristiwa tentang pertemuannya dengan sekelompok jin yang telah datang kepadanya untuk mendengarkan dan memperhatikan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada waktu mereka mendengarkan bacaannya, di antara mereka ada yang berkata kepada yang lain,
“Dengarlah baik-baik bacaan Al-Qur’an ini agar dengan demikian kita dapat memusatkan perhatian kepada bacaan yang belum pernah kita dengar selama ini dan untuk menunjukkan sikap dan budi pekerti yang baik pada waktu mendengarkan pembacaan ayat Al-Qur’an yang mulia ini.”
Setelah mereka selesai mendengarkan bacaan Al-Qur’an itu, mereka kembali kepada kaumnya untuk menyampaikan apa yang telah mereka dengarkan itu. Dalam ayat ini diterangkan bahwa jin telah mendengarkan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dari Nabi saw.
Bagaimana cara jin mendengarkan pembacaan itu dan bagaimana Nabi saw memperdengarkannya tidak ada keterangan yang menerangkannya dengan jelas. Demikian pula, tidak ada bukti-bukti nyata yang dapat dikemukakan dengan pasti adanya alam jin itu sendiri. Adanya alam jin itu hanya didapat dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi saw.
Maka kita sebagai umat Islam wajib mempercayai adanya jin itu, sebagaimana kita wajib mempercayai adanya malaikat, karena kepercayaan kepada adanya jin dan malaikat termasuk dalam keimanan kepada seluruh isi Al-Qur’an yang merupakan sumber pokok agama Islam.
Malaikat dan jin termasuk makhluk gaib, karena itu hanya Allah saja yang mengetahui dengan pasti tentang hakikat dan kejadiannya. Seorang Muslim wajib percaya bahwa Nabi Muhammad pernah berhubungan dengan malaikat, seperti ketika menerima wahyu dan sebagainya.
Demikian pula seorang Muslim wajib percaya pula bahwa pada suatu waktu, ketika Rasulullah saw masih hidup, beliau pernah berhubungan dengan jin, yaitu ketika membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka, dan waktu mereka mendengarkan dengan sungguh-sungguh, kemudian menyampaikan kepada kaumnya.
Mengenai hadis-hadis Rasulullah yang menerangkan pertemuan beliau dengan serombongan jin antara lain hadis di bawah ini: Masruq berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang siapa yang memberitahukan kepada Nabi Muhammad saw akan kehadiran jin pada malam mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’an,” beliau menjawab, “Yang memberitahukan kehadiran mereka ialah pohon kayu itu.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Pada hadis yang lain disebutkan sebagai berikut: ‘Alqamah berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud, adakah salah seorang di antara kamu yang menyertai Rasulullah saw pada malam pertemuannya dengan jin?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Tidak seorang pun di antara kami yang menyertainya.” (Riwayat Ahmad, Muslim, dan at-Tirmidhi)
Ayat ini diturunkan ketika Rasulullah saw dan para sahabat sedang menghadapi tantangan yang sangat berat dari kaum musyrik Mekah. Setelah istri yang beliau cintai, Khadijah wafat, kemudian disusul dengan wafatnya paman beliau, Abu thalib, beliau merasa kehilangan orang-orang yang selama ini melindungi dan menolong beliau dari gangguan orang-orang Quraisy. Sementara itu, ancaman dan gangguan orang Quraisy semakin bertambah.
Menghadapi keadaan semacam ini beliau pergi ke kota thaif dengan harapan akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari Bani saqif. Tetapi beliau tidak memperoleh apa yang diharapkannya, bahkan Bani saqif sendiri bertindak kasar dengan menyuruh budak-budak mereka mengusir dan melempari Rasulullah saw sehingga kaki beliau luka dan berdarah. Mereka memaksa Rasulullah saw melarikan diri ke kebun ‘Utbah dan Syaibah. Di sana beliau berlindung dari teriknya matahari. Setelah beliau berdoa meminta pertolongan dari Allah, barulah budak-budak itu pergi. Kemudian Rasulullah kembali ke Mekah.
Dalam perjalanan itu, beliau singgah di Nakhlah, suatu tempat di pinggir kota Mekah. Beliau bermalam di sana. Maka pada malam ketika beliau sedang salat dan membaca Al-Qur’an dalam salat itu, Allah mengerahkan tujuh pemuka jin untuk mendengarkan Nabi saw membaca Al-Qur’an. Beliau tidak mengetahui akan kedatangan jin dan beliau juga tidak mengetahui saat jin itu kembali ke tempatnya.
Dengan turunnya ayat ini barulah Rasulullah saw mengetahui kedatangan jin itu. Ayat ini diturunkan untuk menenteramkan hati Nabi dan para sahabatnya. Tidak lama setelah itu, terjadilah peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Kedua peristiwa itu menambah kuat hati Nabi dan keyakinannya akan keberhasilannya menyampaikan risalah yang ditugaskan Allah kepadanya.
Ayat ini juga menerangkan bahwa jin memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca Rasulullah, kemudian menyampaikan isi Al-Qur’an itu kepada kaumnya. Dari peristiwa ini, dapat diambil kesimpulan bahwa seruan Rasulullah saw itu tidak saja tertuju kepada seluruh manusia, tetapi juga ditujukan kepada jin, makhluk gaib yang tidak dapat diketahui hakikat dan keadaannya oleh manusia. Hanya saja kita manusia tidak mengetahui kapan dan bagaimana caranya jin itu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Sebagian ahli tafsir mengambil kesimpulan berdasarkan ayat ini bahwa seandainya ada makhluk hidup yang berada di luar planet bumi ini, yang keadaannya seperti manusia, yaitu dapat berpikir, berbuat, dan berperasaan, maka risalah Muhammad saw berlaku pula bagi mereka, dan kaum Muslimin wajib menyampaikannya kepada mereka sedapat mungkin. Jin sebagai makhluk gaib wajib melaksanakan risalah Muhammad saw dan tentulah makhluk lain yang tidak gaib dan sama dengan manusia lebih wajib lagi melaksanakan risalah Muhammad saw.
Tafsir Quraish Shihab: Dan ingatlah, hai Muhammad, ketika Kami menghadapkan kepadamu sekelompok jin yang mendengarkan al-Qur’ân. Ketika mereka hadir saat al-Qur’ân dibacakan, mereka berkata satu sama lain, “Diam dan dengarkan!” Dan Ketika telah selesai dibacakan, mereka cepat-cepat kembali kepada kaumnya untuk mengingatkan mereka agar tidak bersikap kafir dan mengajak mereka untuk beriman.
Surah Al-Ahqaf Ayat 30
قَالُواْ يَٰقَوۡمَنَآ إِنَّا سَمِعۡنَا كِتَٰبًا أُنزِلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ يَهۡدِىٓ إِلَى ٱلۡحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٍ مُّسۡتَقِيمٍ
Terjemahan: “Mereka berkata: “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.
Tafsir Jalalain: قَالُواْ يَٰقَوۡمَنَآ إِنَّا سَمِعۡنَا كِتَٰبًا (Mereka berkata, “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan Kitab) yakni Alquran أُنزِلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ يَهۡدِىٓ (yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya) seperti kitab Taurat إِلَى ٱلۡحَقِّ (lagi memimpin kepada kebenaran) kepada agama Islam وَإِلَىٰ طَرِيقٍ مُّسۡتَقِيمٍ (dan kepada jalan yang lurus) yaitu tuntunan agama Islam.
Tafsir Ibnu Katsir: قَالُواْ يَٰقَوۡمَنَآ إِنَّا سَمِعۡنَا كِتَٰبًا أُنزِلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ يَهۡدِىٓ إِلَى ٱلۡحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٍ مُّسۡتَقِيمٍ (“Mereka berkata: “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.
Tafsir Kemenag: Allah mengingatkan kaum musyrik Mekah agar mereka mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang telah dialami oleh orang-orang dahulu, yang telah mendustakan rasul yang diutus kepada mereka.
Orang-orang dahulu itu bertempat tinggal tidak jauh dari Mekah seperti kaum ‘Ad di Ahqaf, dan kaum Samud yang berdiam di daerah antara Mekah dan Syam. Kepada mereka telah diterangkan pula tanda-tanda keesaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah dan telah disampaikan pula agama-Nya. Akan tetapi, mereka tidak mengacuhkannya, bahkan mengingkari dan memperolok-olokkan para rasul.
Pada waktu azab menimpa mereka, tidak ada satu pun dari sembahan-sembahan itu yang dapat menolong mereka, bahkan sembahan-sembahan berupa patung yang tak bernyawa itu ikut hancur-lebur bersama mereka. Itulah kebohongan dan pengingkaran umat-umat dahulu dan itu pula balasan dan azab yang mereka terima.
Dari ayat ini, terkandung suatu ancaman Allah kepada orang-orang musyrik Mekah bahwa mereka pasti ditimpa azab, seperti yang dialami kaum ‘Ad, Samud, dan umat yang lain apabila mereka tetap tidak mengindahkan seruan Muhammad saw sebagai rasul Allah yang diutus kepada mereka.
Tafsir Quraish Shihab: Wahai penduduk Mekah, sesungguhnya Kami telah menghancurkan negeri-negeri yang ada di sekitar kalian. Kami telah menjelaskan kepada mereka bukti-bukti kebesaran Kami dengan berbagai macam cara, agar mereka kembali dan bertobat dari sikap ingkarnya. Tetapi mereka tidak mau kembali dan tetap berada dalam sikap ingkarnya.
Surah Al-Ahqaf Ayat 31
يَٰقَوۡمَنَآ أَجِيبُواْ دَاعِىَ ٱللَّهِ وَءَامِنُواْ بِهِۦ يَغۡفِرۡ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمۡ وَيُجِرۡكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٍ
Terjemahan: “Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
Tafsir Jalalain: يَٰقَوۡمَنَآ أَجِيبُواْ دَاعِىَ ٱللَّهِ (Hai kaum kami! Terimalah seruan orang yang menyeru kepada Allah) yakni seruan iman yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. وَءَامِنُواْ بِهِۦ يَغۡفِرۡ لَكُم (dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni) Allah pasti akan mengampuni مِّن ذُنُوبِكُمۡ (dosa-dosa kalian) sebagian dari dosa-dosa kalian, diartikan demikian karena di antara dosa-dosa itu terdapat jenis dosa yang tidak dapat diampuni melainkan setelah mendapat kerelaan dari orang yang dianiaya oleh orang yang bersangkutan وَيُجِرۡكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٍ (dan melindungi kalian dari azab yang pedih) atau azab yang menyakitkan.
Tafsir Ibnu Katsir: Maka jangan sekali-kali kalian bersuci saat selesai dari membuang air dengan tulang atau dengan kotoran (kambing yang sudah kering), atau dengan tahi (unta yang sudah kering). Jalur lain. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman As-Sulami dan Abu Nasr ibnu Qatadah, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad alias Yahya ibnu Mansur Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Muhammad ibnu Ibrahim Al-Busyanji, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, dari ayahnya Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membawaku pergi, lalu bersabda:
Sesungguhnya segolongan jin berjumlah lima belas jin, mereka adalah anak-anak saudara dan anak-anak sepaman (di kalangan mereka) telah datang kepadaku tadi malam (meminta) agar aku mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka.
Tafsir Kemenag: Selanjutnya jin-jin itu menyeru kaumnya, “Wahai kaumku, perkenankanlah dan terimalah seruan Muhammad saw sebagai rasul Allah yang telah menyeru manusia untuk mengikuti agama Allah, beriman kepada-Nya agar Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan melindungi mereka dari azab yang tidak seorang pun dapat melepaskan diri dari azab itu, kecuali dengan seizin-Nya.”
Ayat ini memberi pengertian bahwa: 1. Meskipun ada jin yang beriman dan ada pula yang kafir, namun dalam ayat ini mereka diseru agar beriman kepada Allah. 2. Jin berkewajiban beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, jin menerima syariat sebagaimana syariat yang disampaikan oleh para nabi dan rasul kepada manusia. 3. Jin yang beriman akan selamat dari api neraka.
Tafsir Quraish Shihab: Wahai kaum kami, penuhilah panggilan orang yang menyeru kepada Allah yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Berimanlah kepada Allah niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosa kalian dan melepaskan kalian dari azab yang amat pedih!’
Surah Al-Ahqaf Ayat 32
وَمَن لَّا يُجِبۡ دَاعِىَ ٱللَّهِ فَلَيۡسَ بِمُعۡجِزٍ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَيۡسَ لَهُۥ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءُ أُوْلَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
Terjemahan: “Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”.
Tafsir Jalalain: وَمَن لَّا يُجِبۡ دَاعِىَ ٱللَّهِ فَلَيۡسَ بِمُعۡجِزٍ فِى ٱلۡأَرۡضِ (Dan orang yang tidak menerima seruan orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi) artinya ia tidak akan dapat melemahkan Allah dengan cara lari dari-Nya sehingga ia selamat dari azab-Nya وَلَيۡسَ لَهُۥ (dan tidak ada baginya) yakni bagi orang yang tidak menerima seruan itu مِن دُونِهِ (selain Allah) أَوۡلِيَآءُ (pelindung-pelindung) yang dapat menolak azab Allah daripada dirinya. فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ (dalam kesesatan yang nyata”) jelas sesatnya.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan apa yang disebutkan oleh mereka dalam tafsir ayat ini yang menyebutkan balasan keimanan yaitu dihapuskan dosa-dosanya dan diselamatkan dari azab yang pedih memastikan yang bersangkutan dimasukkan ke dalam surga. Karena sesungguhnya di akhirat itu tidak lain hanyalah ada surga atau neraka.
Barang siapa yang diselamatkan dari neraka, pasti dimasukkan ke dalam surga. Dan belum pernah sampai kepada kami suatu nas pun, baik yang sarih (jelas) maupun yang tegas dari Pentasyri’, yang menyatakan bahwa jin yang beriman tidak dapat masuk surga, sekalipun mereka diselamatkan dari azab neraka.
Seandainya pendapat tersebut benar, tentulah kami pun akan mengatakannya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Dan ini Nabi Nuh a.s. berkata kepada kaumnya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. (Nuh: 4)
Tidak diperselisihkan lagi bahwa orang-orang yang beriman dari kalangan kaumnya dimasukkan ke dalam surga, maka demikian pula halnya dengan mereka (jin). Tetapi sehubungan dengan jin, banyak pendapat yang garib menceritakannya.
Disebutkan dari Unu;r ibnu Abdul Aziz r.a. bahwa mereka (jin) tidak dapat memasuki kehidupan yang mewah di dalam surga. Sesungguhnya mereka hanya menempati taman dan daerah sekitarnya. Dan di antara ulama ada yang mengira bahwa mereka (jin) berada di dalam surga dapat dilihat oleh Bani Adam, tetapi kebalikannya mereka tidak dapat melihat Bani Adam, sebagai kebalikan dari keadaan mereka ketika di dunia.
Dan sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa di dalam surgajin tidak makan dan tidak pula minum, melainkan diilhamkan kepada mereka bacaan tasbih, tahmid, dan taqdis sebagai ganti dari makanan dan minuman; sama halnya dengan para malaikat, karena sesungguhnya mereka sejenis dengannya.
Semua pendapat tersebut masih diragukan kebenarannya dan tidak mempunya! sandaran dalil apa pun. Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya, menceritakan perihal jin: Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi. (Al-Ahqaf: 32) Bahkan kekuasaan Allah mencakup dan meliputi mereka. dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. (Al-Ahqaf: 32)
Yakni tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari azab Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Al-Ahqaf: 32) Ini mengandung ancaman dan peringatan; jin menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah dengan cara targib dan tarhib (anjuran dan peringatan), karena itulah seruannya itu berhasil terhadap sebagian besar dan mereka, dan mereka datang kepada Rasulullah Saw. delegasi demi delegasi, seperti yang telah disebutkan di atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.”
Tafsir Kemenag: Kemudian diterangkan dalam ayat ini bahwa jika ada di antara jin yang menolak seruan Muhammad sebagai rasul Allah, yaitu tidak melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya yang tersebut dalam Al-Qur’an dan hadis, maka ia tidak dapat menghindarkan diri dari azab-Nya. Ia tidak mendapat seorang penolong pun untuk melepaskan dirinya dari azab Allah, kecuali jika Allah sendiri menghendakinya.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa seluruh ibadah yang diwajibkan kepada kaum Muslimin diwajibkan pula kepada seluruh jin untuk mengerjakannya, seperti salat, puasa, tolong-menolong, dan sebagainya. Diterangkan pula bahwa jin-jin yang tidak mengikuti seruan Muhammad saw berada dalam kesesatan dan menyimpang dari jalan yang benar.
Tafsir Quraish Shihab: Dan barangsiapa yang tidak memenuhi panggilan orang yang menyeru kepada Allah, maka ia tidak akan mampu melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi. Ia juga tidak mempunyai penolong-penolong selain Allah yang mampu menolak azab-Nya. Mereka yang tidak memenuhi penggilan orang yang menyeru kepada Allah, berada dalam kebingungan dan jauh dari kebenaran.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Ahqaf Ayat 29-32 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020