Surah Al-Anbiya Ayat 1-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Anbiya Ayat 1-6

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 1-6 ini, sebelum membahas kandungan ayat, terlebih dahulu mari kita mengetahui isi kandungan surah ini. Surah Al-Anbiya’ adalah surah ke-21 dalam Al-Qur’an. Surah yang terdiri atas 112 ayat ini termasuk golongan surah Makkiyah. Nama al-anbiya (bahasa arab:nabi-nabi) digunakan karena surat ini mengutarakan kisah beberapa orang nabi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Permulaan surah Al-Anbiya menegaskan bahwa manusia lalai dalam menghadapi hari berhisab, kemudian berhubung adanya pengingkaran kaum musyrik Mekkah terhadap wahyu yang dibawa Nabi Muhammad SAW. maka ditegaskan Allah, kendatipun nabi-nabi itu manusia biasa, akan tetapi masing-masing mereka adalah manusia yang membawa wahyu yang pokok ajarannya adalah tauhid, dan keharusan manusia menyembah Allah Tuhan Penciptanya.

Orang yang tidak mau mengakui kekuasaan Allah dan mengingkari ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi itu, akan diazab Allah didunia dan di akhirat nanti. Kemudian dikemukakan kisah beberapa orang nabi dengan umatnya. Akhirnya surah itu ditutup dengan seruan agar kaum musyrik Mekah percaya kepada ajaran yang dibawa Muhammad SAW supaya tidak mengalami apa yang telah dialami oleh umat-umat yang dahulu.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anbiya Ayat 1-6

Surah Al-Anbiya Ayat 1
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ

Terjemahan: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).

Tafsir Jalalain: Al-Anbiyaa’ (Para Nabi)

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ (Telah dekat kepada manusia) kepada penduduk Mekah yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit حِسَابُهُمْ (hari penghisaban mereka) yaitu hari kiamat وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ (sedang mereka berada dalam kelalaian) daripadanya مُّعْرِضُونَ (lagi berpaling) tidak bersiap-siap untuk menghadapinya, yaitu dengan bekal iman.

Tafsir Ibnu Katsir: Ini adalah peringatan dari Allah akan hampir dekatnya hari kiamat. Sedangkan manusia dalam keadaan lalai terhadap hari itu, dimana mereka tidak beramal untuknya dan tidak mempersiapkannya. An-Nasa-i berkata dari Abu Said, bahwa Rasulullah saw. bersabda tentang: فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ (“Sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling.”) yaitu di dunia.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa hari hisab atau perhitungan amal untuk manusia sudah dekat. Pada hari hisab itu kelak akan diperhitungkan semua perbuatan yang telah mereka lakukan selagi mereka hidup di dunia. Selain itu, semua nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada mereka diminta pertanggungjawabannya, baik nikmat yang ada pada diri mereka sendiri, seperti akal pikiran, makanan dan minuman, serta anak keturunan dan harta benda.

Mereka akan ditanya, apa yang telah mereka perbuat dengan semua nikmat itu? Apakah karunia Allah tersebut mereka gunakan untuk berbuat kebajikan dalam rangka ketaatan kepada-Nya, ataukah semuanya itu digunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang membuktikan keingkaran dan kedurhakaan mereka kepada-Nya?

Allah menegaskan bahwa manusia sesungguhnya lalai terhadap apa yang akan diperbuat Allah kelak terhadap mereka di hari Kiamat. Kelalaian itulah yang menyebabkan mereka tidak mau berpikir mengenai hari Kiamat, sehingga mereka tidak mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menjaga keselamatan diri mereka dari azab Allah.

Orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini adalah kaum musyrikin. Mereka adalah orang-orang yang tidak beriman tentang adanya hari Kiamat, dan mengingkari adanya hari kebangkitan dan hari hisab. Namun demikian, ayat ini memperingatkan kepada mereka bahwa hari hisab sudah dekat.

Ini adalah untuk menekankan, bahwa hari Kiamat, termasuk hari kebangkitan dan hari hisab, pasti akan datang, walaupun mereka itu tidak mempercayainya; dan hari hisab itu akan diikuti pula oleh hari-hari pembalasan terhadap amal-amal yang baik atau pun yang buruk.

Kaum musyrikin itu lalai dan tidak mau berpikir tentang nasib jelek yang akan mereka temui kelak pada hari hisab dan hari pembalasan itu. Padahal, dengan akal sehat semata, orang dapat meyakini, bahwa perbuatan yang baik sepantasnya dibalas dengan kebaikan, dan perbuatan yang jahat sepatutnya dibalas dengan azab dan siksa.

Akan tetapi karena mereka itu tidak mau memikirkan akibat buruk yang akan mereka terima di akhirat kelak, maka mereka senantiasa memalingkan muka dan menutup telinga, setiap kali mereka diperingatkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, yang berisi ancaman dan sebagainya.

Tafsir Quraish Shihab: Hari kiamat, saat perhitungan orang-orang musyrik itu, telah semakin mendekat, sementara mereka melalaikan kedahsyatannya dan menolak untuk mempercayainya.

Surah Al-Anbiya Ayat 2
مَا يَأْتِيهِم مِّن ذِكْرٍ مِّن رَّبِّهِم مُّحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ

Terjemahan: Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,

Tafsir Jalalain: مَا يَأْتِيهِم مِّن ذِكْرٍ مِّن رَّبِّهِم مُّحْدَثٍ (Tidak datang kepada mereka suatu ayat Alquran pun yang baru diturunkan dari Rabb mereka) secara berangsur-angsur, yakni lafal Alquran إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main) mereka memperolok-oloknya.

Baca Juga:  Surah Al-Hasyr Ayat 11-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu katsir: Kemudian Allah mengabarkan bahwa mereka tidak memperhatikan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada para Rasul-Nya. pembicaraan ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy dan orang-orang kafir yang serupa dengan mereka. Maka Dia berfirman:

مَا يَأْتِيهِم مِّن ذِكْرٍ مِّن رَّبِّهِم مُّحْدَثٍ (“Tidak datang kepada mereka dari Rabb mereka satu ayat al-Qur’an pun yang muhdats.”) yang baru turunnya, إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (“Melainkan mereka mendengarnya sedang mereka bermain-main.”)

Sebagaimana Ibnu ‘Abbas berkata; “Apakah kalian bertanya kepada Ahlul Kitab tentang apa yang ada di tangan mereka, padahal mereka telah merubah dan menggantinya serta menambahkan dan menguranginya. Sedangkan Kitab kalian adalah kitab yang paling baru milik Allah yang kalian baca dan belum bercampur?” (HR al-Bukhari)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menunjukkan bukti-bukti kelalaian dan sikap masa bodoh kaum musyrikin, seperti ketika mereka mendengar ayat-ayat yang diturunkan Allah, yang disampaikan kepada mereka oleh Rasulullah saw, mereka tidak menggubrisnya, bahkan mereka memperolok-olokkannya.

Dengan demikian, ayat ini merupakan peringatan tidak hanya bagi kaum kafir tetapi juga merupakan peringatan keras bagi siapa saja yang tidak mau mengambil pelajaran dari ayat-ayat yang disampaikan kepada mereka. Pelajaran, peringatan dan ancaman yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut tidak menyentuh hati nurani mereka. Mereka hanya sekedar mendengar, akan tetapi tidak memperhatikannya atau merenungkannya.

Tafsir Quraish Shihab: Ketika al-Qur’ân yang baru diturunkan dari Tuhan mereka itu datang untuk memberi peringatan tentang apa yang bermanfaat bagi mereka, mereka mendengarnya sambil menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat: bermain seperti kanak-kanak.

Surah Al-Anbiya Ayat 3
لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ

Terjemahan: (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: “Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya?”

Tafsir Jalalain: لَاهِيَةً (Lagi dalam keadaan lalai) yakni kosong قُلُوبُهُمْ (hati mereka) untuk merenungkan makna-maknanya. وَأَسَرُّوا النَّجْوَى (Dan mereka berbisik-bisik) mereka merahasiakan pembicaraan mereka الَّذِينَ ظَلَمُوا (yakni orang-orang yang zalim itu) lafal ayat ini merupakan Badal daripada Dhamir Wawu yang terdapat di dalam lafal Wa Asarrun Najwa.

هَلْ هَذَا (“Orang ini tidak lain) yakni Nabi Muhammad إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ (hanyalah seorang manusia seperti kalian) dan yang disampaikannya itu adalah sihir belaka أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ (maka apakah kalian menerima sihir itu) yakni apakah kalian mau mengikutinya وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ (padahal kalian menyaksikannya?”) sedangkan kalian telah mengetahui, bahwa yang disampaikan itu adalah sihir.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا (“dan mereka yang dhalim itu merahasiakan pembicaraan mereka.”) yaitu mereka mengatakan tentang hal di antara mereka secara sembunyi-sembunyi.

هَلْ هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ (“Orang ini tidak lain adalah seorang manusia sepertimu.”) yang mereka maksud adalah Rasulullah saw. yang mereka anggap tidak mungkin menjadi nabi karena dia adalah manusia biasa seperti mereka. Maka bagaimana dia diberi kekhususan wahyu yang tidak diberikan kepada orang lain?

Untuk itu Dia berfirman: أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ (“Maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya.”) apakah kalian mengikutinya, sehingga kalian seperti orang yang mendapat sihir,

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menerangkan apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka, yaitu pembicaraan di antara mereka yang disembunyikan terhadap orang lain, mengenai Rasulullah, di mana mereka mengatakan kepada sesamanya, bahwa Muhammad adalah manusia biasa seperti mereka, dan bahwa apa yang disampaikannya kepada mereka hanyalah sihir belaka.

Ini merupakan salah satu dari usaha mereka untuk menghasut orang banyak agar tidak memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan Rasulullah kepada mereka. Karena menurut anggapan mereka, Muhammad saw adalah manusia biasa, seperti manusia yang lain. Ia juga makan, minum serta hidup berkeluarga, bekerja dan berusaha untuk mencari rezeki, sedang ayat-ayat yang disampaikannya adalah sihir belaka, oleh sebab itu dia tidak patut untuk didengar, diperhatikan dan ditaati.

Akan tetapi dari ucapan mereka bahwa ayat-ayat itu adalah sihir, sebenarnya mencerminkan suatu pengakuan, bahwa ayat-ayat tersebut adalah suatu yang menakjubkan mereka, dan mereka merasa tidak mampu untuk menandinginya.

Hanya saja, karena mereka ingin menghalangi orang lain untuk mendengarkan ayat-ayat tersebut serta mengambil pelajaran daripadanya, maka mereka menamakannya sihir, supaya orang lain menjauhinya.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 30-33 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ucapan orang musyrikin di atas menunjukkan bahwa mereka menolak kenabian Muhammad dengan dua cara. Pertama, dengan mengatakan bahwa Rasul haruslah dari kalangan malaikat, bukan dari kalangan manusia, padahal Muhammad adalah manusia juga, karena mempunyai sifat dan tingkah laku yang sama dengan manusia lainnya. Kedua, dengan mengatakan bahwa ayat-ayat yang disampaikannya adalah semacam sihir, bukan wahyu dari Allah.

Kedua macam tuduhan itu mereka rahasiakan di antara sesama mereka, sebagai usaha untuk mencari jalan yang paling tepat untuk meruntuhkan agama Islam. Hal itu mereka rahasiakan karena sudah menjadi kecenderungan bagi manusia, bahwa mereka tidak akan mengajak musuh-musuh mereka berunding dalam mencari upaya untuk merusak dan membinasakan musuh-musuh itu.

Tafsir Quraish Shihab: Hati mereka pun lengah untuk merenungkannya. Mereka sangat menyembunyikan tipu dayanya terhadap Nabi dan al-Qur’ân, dengan saling mengatakan, “Muhammad hanyalah manusia biasa seperti kalian. Dan seorang rasul hanyalah dari jenis malaikat. Apakah kalian mempercayai Muhammad dan mendatangi majlis sihirnya, padahal kalian menyaksikan bahwa al-Qur’ân adalah sihir?”

Surah Al-Anbiya Ayat 4
قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Terjemahan: Berkatalah Muhammad (kepada mereka): “Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Tafsir Jalalain: قَالَ (Berkatalah Muhammad) kepada mereka, رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ (“Rabbku mengetahui semua perkataan) yang ada فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ السَّمِيعُ (di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar) semua apa yang mereka rahasiakan di dalam pembicaraannya الْعَلِيمُ (lagi Maha Mengetahui”) apa yang mereka rahasiakan.

Tafsir Ibnu Katsir: قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ (“Berkatalah Muhammad: ‘Rabbku mengetahui semua perkataan di langit dan di bum.’”) yaitu Rabb yang mengetahui hal itu, tentu tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya.

Dia-lah yang telah menurunkan al-Qur’an yang mencakup berita tentang orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian dimana tidak ada seorangpun yang mampu mendatangkan yang seperti itu, melainkan Dia Yang Mahamengetahui rahasia di langit dan di bumi.

Firman-Nya: وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (“Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui.”) yaitu Mahamendengar perkataan-perkataan kalian lagi Mahamengetahui kondisi-kondisi kalian.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa dalam menanggapi tuduhan dan serangan kaum musyrikin, Rasulullah saw menegaskan bahwa Allah mengetahui semua perkataan yang diucapkan makhluk-makhluk-Nya, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi, baik kata-kata yang diucapkan dengan terang-terangan maupun yang dirahasiakan, karena Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Oleh sebab itu walaupun kaum musyrik itu merahasiakan rencana jahat mereka, Allah tetap mengetahuinya dan Dia akan memberikan balasan kepada mereka berupa azab dan siksa. Dengan demikian ayat ini berisi ancaman terhadap kaum musyrikin.

Tafsir Quraish Shihab: Rasulullah berkata kepada mereka, setelah Allah memberitahukannya pembicaraan yang mereka rahasiakan itu, “Tuhanku mengetahui apa yang terucap, baik di langit maupun di bumi. Dia Maha Mendengar setiap yang bisa didengar, lagi Maha Mengetahui segala apa yang akan terjadi.”

Surah Al-Anbiya Ayat 5
بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ

Terjemahan: Bahkan mereka berkata (pula): “(Al Quran itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagai-mana rasul-rasul yang telah lalu di-utus”.

Tafsir Jalalain: بَلْ (Bahkan) lafal بَلْ menunjukkan makna Intiqal atau memindahkan suatu pembicaraan kepada pembicaraan yang lain. Hal ini bersifat tetap di dalam ketiga tempat I’rab قَالُوا (mereka berkata pula:) dalam menanggapi Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, bahwa Alquran itu adalah أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ (“Mimpi-mimpi yang kalut) mimpi yang tidak menentu yang dilihat dalam tidurnya

بَلِ افْتَرَاهُ (malah diada-adakannya) dialah yang membuat-buatnyaبَلْ هُوَ شَاعِرٌ (bahkan dia sendiri seorang penyair) maka jelas yang disampaikannya itu adalah syair فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ (maka hendaklah ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana Rasul-rasul yang telah lalu diutus”) yaitu semacam mukjizat unta Nabi Shaleh, tongkat dan tangan Nabi Musa, maka Allah swt. berfirman:.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ (“Bahkan mereka berkata: ‘Al-Qur’an ini adalah mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakan.’”) ini adalah kabar tentang penentangan dan penyimpangan kaum kafir serta perbedaan, kebingungan dan kesesatan mereka dalam memberikan sifat kepada al-Qur’an. Terkadang mereka menyebutnya sebagai sihir, terkadang sebagai syair, terkadang sebagai khayalan, mimpi-mimpi dan terkadang pula menjadikannya sebagai sesuatu yang dibuat-buat.

Baca Juga:  Surah Ibrahim Ayat 38-41; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman-Nya: فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ (“Maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana para Rasul yang telah lalu diutus.”) yang dimaksudkan adalah seperti unta Nabi Shalih, mukjizat-mukjizaat Musa dan ‘Isa as.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menjelaskan, bahwa kejahatan kaum musyrikin itu tidak hanya sekedar mengatakan bahwa Muhammad bukan Rasul dan Al-Qur’an itu adalah sihir, tetapi mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah merupakan mimpi-mimpi yang kacau. Bahkan yang lain berkata bahwa Al-Qur’an hanyalah sesuatu yang diada-adakan oleh Muhammad sendiri. Bahkan di antara mereka ada pula yang mengatakan, bahwa Muhammad adalah seorang penyair.

Mereka juga menuntut Muhammad saw untuk mendatangkan mukjizat selain Al-Qur’an, seperti yang diperlihatkan oleh rasul-rasul yang terdahulu. Padahal Al-Qur’an itulah mukjizat terbesar Nabi Muhammad.

Dengan demikian mereka tidak mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah kepada Muhammad saw. Dan mereka tidak mengakui bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat yang dikaruniakan Allah kepadanya sebagai bukti kebenaran kenabian dan kerasulannya.

Barangsiapa yang berhati jujur serta mempunyai pengetahuan tentang bahasa Arab dan sastranya yang tinggi, niscaya akan mengakui bahwa bahasa dan isi ayat-ayat Al-Qur’an sangat menakjubkan. Akan tetapi, kaum musyrikin telah memutarbalikkan kenyataan ini.

Tafsir Quraish Shihab: Bahkan mereka mengatakan bahwa al-Qur’ân merupakan mimpi-mimpi yang kalut yang pernah mereka lihat di dalam tidur. Malah mereka mengada-ada, menisbatkan kebohongan kepada Allah. Kemudian mereka menentangnya dan berkata bahwa Muhammad adalah seorang penyair yang menguasai jiwa para pendengarnya. “Hendaknya ia mendatangkan kepada kita satu mukjizat inderawi yang membuktikan kebenarannya, seperti halnya nabi-nabi terdahulu yang dikuatkan dengan mukjizat,” kata mereka.

Surah Al-Anbiya Ayat 6
مَا آمَنَتْ قَبْلَهُم مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ

Terjemahan: Tidak ada (penduduk) suatu negeripun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebeIum mereka; maka apakah mereka akan beriman?

Tafsir Jalalain: مَا آمَنَتْ قَبْلَهُم (Tidak ada suatu negeri pun yang beriman sebelum mereka) yakni penduduknya مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا (yang Kami telah binasakan) disebabkan kedustaan mereka terhadap mukjizat-mukjizat yang didatangkan oleh Rasulnya أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ (maka apakah mereka akan beriman?) tentu saja tidak.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: َمَا آمَنَتْ قَبْلَهُم مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ (“Tidak ada [penduduk] suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman?”) yaitu tidakkah Kami datangkan kepada sebuah kampung, tempat diutusnya para Rasul satu mukjizat di tangan para Nabinya yang mereka imani. Bahkan mereka mendustakannya, sehingga mereka Kami binasakan karena hal itu.

Apakah mereka akan mengimani ayat-ayat [mukjizat-mukjizat] tersebut. Apakah mereka akan mengimani ayat-ayat [mukjizat-mukjizat] tersebut, seandainya mereka melihatnya tanpa para Nabi itu? Tidak akan mungkin, bahkan:

(“Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Rabb-mu, tidaklah akan beriman meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan adzab yang pedih.”) (Yunus: 96-97). Ini semuanya, sesungguhnya mereka menyaksikan langsung ayat-ayat yang luas, bukti-bukti yang kongkrit dan dalil-dalil yang nyata di tangan Rasulullah saw. yang lebih jelas, nyata, melimpah, pasti dan lebih banyak dari apa yang disaksikan dari para Nabi yang lainnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa andaikata tuntutan mereka dikabulkan, mereka tetap tidak akan beriman. Kenyataan ini telah terjadi pada kaum musyrikin pada masa-masa sebelumnya. Mereka juga tidak beriman kendati pun tuntutan mereka dikabulkan. Itulah sebabnya Allah telah membinasakan mereka. Lalu apa alasannya untuk mengabulkan tuntutan kaum musyrikin yang ada sekarang.

Allah telah mengetahui bahwa mereka juga tidak akan beriman. Dan sunnatullah tidak akan berubah, siapa yang zalim, pasti akan binasa. Maka kaum musyrikin Quraisy yang tidak beriman kepada Muhammad, dan yang berlaku zalim, juga pasti akan binasa.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang terdahulu sebelum mereka, yang Kami binasakan setelah mereka tidak mempercayai mukjizat inderawi itu, tidak juga beriman. Apakah mereka akan beriman jika apa yang mereka minta itu dikabulkan?

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 1-6 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag, dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S