Surah Al-Anbiya Ayat 68-70; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Anbiya Ayat 68-70

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 68-70 ini; diterangkan bahwa setelah mereka kehabisan akal dan alasan untuk menjawab ucapan Ibrahim, dan kemarahan mereka memuncak, maka mereka sepakat untuk membakar Ibrahim, dan membela tuhan-tuhan mereka, jika mereka benar-benar ingin balas dendam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam ayat ini juga dijelaskan tindakan Allah untuk melindungi dan menolong Ibrahim dari kekejaman kaumnya, yaitu membakar Ibrahim dalam api yang sedang berkobar-kobar. Sebagaimana diketahui bahwa Allah telah memberikan sifat-sifat tertentu bagi setiap mahluk-Nya. Sifat itu tetap berlaku baginya sebagai Sunnah Allah di dunia.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anbiya Ayat 68-70

Surah Al-Anbiya Ayat 68
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ

Terjemahan: Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”.

Tafsir Jalalain: قَالُوا حَرِّقُوهُ (Mereka berkata, “Bakarlah dia) yakni Nabi Ibrahim وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ (dan bantulah tuhan-tuhan kalian) dengan membakar Ibrahim إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ (jika kalian benar-benar hendak bertindak”) untuk menolong tuhan-tuhan kalian.

Mereka segera mengumpulkan kayu-kayu yang banyak sekali, lalu mereka menyalakannya. Mereka mengikat Nabi Ibrahim, kemudian menaruhnya pada Manjaniq atau alat pelontar yang besar, lalu Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api yang besar itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Ketika hujjah-hujjah mereka telah dikalahkan, telah jelas kelemahan mereka, kebenaran telah tampak dan kebathilan telah hancur, mereka pun mencoba berkilah dengan menggunakan kekuasaan mereka. Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah ilah-ilah kalian jika kalian orang-orang yang ber-buat.” Lalu, mereka mengumpulkan kayu bakar yang banyak sekali.

As-Suddi berkata: “Sampai-sampai jika ada seorang wanita yang sakit, ia pun akan bernadzar bahwa seandainya ia sembuh ia akan membawa kayu-kayu bakar untuk membakar Ibrahim.” Kemudian, mereka mengumpulkannya di sebuah tanah luas serta membakar kayu tersebut.

Api itu begitu besar dan membumbung tinggi di mana tidak ada satu api pun yang pernah dinyalakan seperti itu sebelumnya. Mereka menempatkan Ibrahim di alat pelempar batu (meriam kuno) atas petunjuk seorang laki-laki Arab Parsi Kurdi. Syu’aib al Juba-i berkata: “Namanya Haizan.” Lalu, Allah menenggelamkannya di muka bumi dalam keadaan menyombongkan diri hingga hari Kiamat.

Ketika mereka melemparkannya, Ibrahim berdo’a: hasbiyallaaHu wa ni’mal wakiil (“Cukuplah Allah bagiku dan Dialah sebaik-sebaik penolong.”) Sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, bahwa Ibnu `Abbas berkata: “Cukuplah Allah bagiku dan Dialah sebaik-sebaik penolong, merupakan do’a yang diucapkan Ibrahim di saat hendak dilemparkan ke dalam api serta diucapkan oleh Muhammad ketika mereka berkata:

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 104; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

‘Sesungguhnya mereka telah berkumpul untuk menyerangmu, maka takutlah kepada mereka.’ Maka hal itu menambahkan iman kepada mereka dan mereka berkata: ‘Cukup-lah Allah bagi kami dan Dialah sebaik-sebaik penolong.’” (QS. Ali Imran: 173)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini diterangkan bahwa setelah mereka kehabisan akal dan alasan untuk menjawab ucapan Ibrahim, dan kemarahan mereka memuncak, maka mereka sepakat untuk membakar Ibrahim, dan membela tuhan-tuhan mereka, jika mereka benar-benar ingin balas dendam.

Dengan demikian mereka memutuskan untuk membinasakan Ibrahim, tindakan itu mereka pandang sebagai cara yang terbaik untuk membela kehormatan tuhan-tuhan mereka, dan untuk melenyapkan rintangan yang menghalangi mereka dalam menyembah patung-patung.

Mereka memilih cara yang paling kejam untuk membinasakan Ibrahim, yaitu dengan membakarnya dalam sebuah api unggun. Dengan cara ini Ibrahim dapat dilenyapkan, agar mereka dapat mencapai kemenangan untuk harga diri dan tuhan-tuhan mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Terjadilah pembicaraan di antara sesama mereka. Ada yang mengatakan, “Bakar saja dia dengan api. Jadikan hal itu sebagai wujud pembelaan kalian kepada tuhan, bila kalian benar-benar ingin melakukan sesuatu yang bisa menolong tuhan kalian!”

Surah Al-Anbiya Ayat 69
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ

Terjemahan: Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,

Tafsir Jalalain: قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (Kami berfirman, “Hai api! Menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”) maka api itu tidak membakarnya selain pada tali-tali pengikatnya saja dan lenyaplah panas api itu, yang tinggal hanyalah cahayanya saja, hal ini berkat perintah Allah, ‘سَلَامًا‘ yakni menjadi keselamatan bagi Ibrahim, akhirnya Nabi Ibrahim selamat dari kematian karena api itu dingin.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman berfirman: قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (“Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.”) Ats-Tsauri berkata dari al-A’masy, dari seorang syaikh, bahwa Ali bin AbiThalib berkata:

“’Kami berfirman: Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.’ Yaitu, janganlah engkau mencelakakannya.” Ibnu Abbas dan Abul Aliyah berkata: “Seandai-nya Allah tidak berfirman: wa salaaman (“keselamatanlah bagi Ibrahim”)’, niscaya dinginnya (api) itu akan mencelakakan Ibrahim.”

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 21-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan tindakan Allah untuk melindungi dan menolong Ibrahim dari kekejaman kaumnya, yaitu membakar Ibrahim dalam api yang sedang berkobar-kobar.

Sebagaimana diketahui bahwa Allah telah memberikan sifat-sifat tertentu bagi setiap mahluk-Nya. Sifat itu tetap berlaku baginya sebagai Sunnah Allah di dunia. Antara lain ialah api, yang bersifat panas dan membakar, sehingga logam-logam yang amat kuat pun dapat dicairkan dengan api, apalagi tubuh manusia.

Maka Allah melindungi Ibrahim dari panas api tersebut dengan cara mencabut sifat panas dan membakar, dari api yang sedang menyala sehingga Ibrahim tidak merasa panas ketika dibakar dan tidak terbakar dalam api unggun yang menyala-nyala.

Allah berfirman, “Hai api, jadilah engkau dingin, dan memberi keselamatan bagi Ibrahim.” Dengan adanya perintah Allah kepada api tersebut, maka sifatnya berubah dari panas menjadi dingin, dan tidak merusak terhadap Ibrahim sampai api itu padam. Ini menambah bukti tentang kekuasaan Allah yang seharusnya disadari oleh orang-orang kafir.

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, ia membaca: “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (Riwayat al-Bukhari)

Demikianlah pertolongan dan perlindungan yang biasa diberikan Allah kepada para nabi, wali-wali dan hamba-hamba-Nya yang saleh. Walaupun pada waktu itu Ibrahim belum menjadi nabi dan rasul, namun ia tetap merupakan seorang hamba Allah yang saleh.

Patut kiranya diingat bahwa Nabi Muhammad juga mengalami makar dari kaum kafir Quraisy yang berusaha untuk membinasakannya, seperti peristiwa sebelum dan sesudah hijrah. Akan tetapi walaupun mereka telah membuat rencana yang rapi untuk mencapai maksud tertentu, namun pelaksanaannya tidaklah membawa hasil seperti yang mereka harapkan, karena Allah telah memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya kepada Rasul-Nya, sebagai pelaksanaan dari janji-Nya: Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. (al-Ma’idah/5: 67).

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian Kami membuat api yang membakar Ibrâhîm menjadi dingin, mengandung keselamatan, dan tidak membahayakannya sama sekali.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 72; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Anbiya Ayat 70
وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ

Terjemahan: mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.

Tafsir Jalalain: وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا (Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim) yaitu dengan membakarnya فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ (maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi) di dalam tujuan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ (“Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi,”) yaitu orang-orang yang kalah dan hina. Karena mereka hendak menipu daya seorang Nabi Allah, maka Allah pun menipu daya mereka dan menyelamatkannya dari api. Dengan demikian mereka pun kalah.

Tafsir Kemenag: Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa makar yang dilaksanakan kaum musyrik terhadap para nabi untuk membinasakannya, telah menimbulkan akibat yang sebaliknya, yaitu menyebabkan mereka itu menjadi orang-orang yang paling merugi.

Dengan ucapan dan perbuatan itu, mareka ingin memadamkan cahaya kebenaran yang disampaikan Ibrahim, dengan cara menyalakan api unggun untuk membinasakannya. Tetapi akhirnya api yang mereka nyalakan itulah yang padam tanpa menimbulkan bekas apa pun terhadap Ibrahim a.s., berkat perlindungan Allah Yang Mahakuasa.

Hal ini menunjukkan dengan jelas batilnya kepercayaan yang mereka anut, dan jahatnya cara yang mereka tempuh untuk mencapai kemenangan. Sebaliknya Ibrahim berada pada pihak yang benar, karena ia menyampaikan patunjuk Allah untuk membasmi kebatilan dan kezaliman.

Tafsir Quraish Shihab: Dengan pembakaran itu, mereka sebetulnya ingin membuat Ibrâhîm mati. Tetapi Kami menyelamatkannya. Dengan demikian, mereka Kami jadikan sebagai sekelompok orang yang paling merugi.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 68-70 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S