Surah Al-Ankabut Ayat 1-4; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Ankabut Ayat 1-4

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ankabut Ayat 1-4 ini, sebelum kita membahas kandungan ayat terlebih dahulu mari kita mengetahui intisari dari Surah Al-Ankabut. jadi, Surah yang berisikan 69 ayat ini termasuk dalam golongan surat Makkiyyah, kecuali ayat 1 sampai 11 yang merupakan ayat-ayat Madaniyah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Surah ini dimulai dengan keterangan bahwa keimanan orang-orang Mukmin harus diuji dengan cobaan-cobaan dan berjihad mempertahankan negeri kebenaran dan keimanan. Manusia telah dipesankan untuk berbuat baik kepada orangtuanya, dan juga diperintahkan untuk berjihad, sehingga terkumpul perintah untuk berbuat baik (ihsân) dan perintah untuk berjihad.

Di dalamnya juga ada keterangan tentang kelompok-kelompok manusia dari segi keimanannya. Di antara mereka ada yang mengaku, dengan lisannya, telah beriman tetapi hatinya tidak tunduk. Kemudian surat ini menuturkan kisah Nabi Nûh dan jihadnya di antara kaumnya, juga kisah Nabi Ibrâhîm dalam dakwahnya serta keterangan tentang bentuk pelajaran yang diambil oleh Nabi Muhammad.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ankabut Ayat 1-4

Surah Al-Ankabut Ayat 1
الم

Terjemahan: Alif laam miim

Tafsir Jalalain: Al-‘Ankabuut (Laba-Laba)

الم (Alif Lam Mim) hanya Allah yang lebih mengetahui maksudnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: الم, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.

golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad.

kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

Tafsir Kemenag: Alif Lam Mim, lihat tafsir mengenai huruf-huruf hijaiyah pada awal Surah al-Baqarah.

Tafsir Quraish Shihab: Alif, Lâm, Mîm adalah huruf-huruf fonemis yang digunakan untuk menerangkan bahwa al-Qur’ân, sebagai suatu mukjizat, terdiri atsas huruf-huruf yang dapat mereka ucapkan dengan baik, di samping untuk menarik perhatian orang-orang yang mendengarnya serta memalingkan perhatian mereka kepada kebenaran.”

Surah Al-Ankabut Ayat 2
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Terjemahan: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

Tafsir Jalalain: (Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan) mengenai ucapan mereka yang mengatakan, (“Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji lagi?) diuji lebih dulu dengan hal-hal yang akan menampakkan hakikat keimanan mereka. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang masuk Islam, kemudian mereka disiksa oleh orang-orang musyrik.

Tafsir Ibnu katsir: Kemudian Allah berfirman mengingatkan Nabi-Nya tentang nikmat-nikmat-Nya yang besar kepadanya dan kepada hamba-hamba-Nya dengan diutusnya dia kepada mereka.

وَمَا كُنتَ تَرْجُو أَن يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ (“Dan kamu tidak pernah mengharap agar al-Qur’an diturunkan kepadamu.”) yaitu, apakah dulu sebelum diturunkan wahyu kepadamu engkau menyangka bahwa wahyu akan diturunkan kepadamu? wahyu itu diturunkan kepadamu dari Allah dengan rahmat-Nya untukmu dan untuk hamba-hamba-Nya dengan sebab engkau. Untuk itu Dia menganugerahimu dengan nikmat besar ini.

فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا (“Sebab itu janganlah sekali-sekali engkau menjadi pendukung,”) yaitu penolong; لِّلْكَافِرِينَ (“bagi orang-orang kafir”), akan tetapi berpisahlah, jauhilah dan selisihilah mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 56-60; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang telah mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat syahadat bahwa apakah mereka akan dibiarkan begitu saja mengakui keimanan tersebut tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, malah setiap orang beriman harus diuji lebih dahulu, sehingga dapat diketahui sampai di manakah mereka sabar dan tahan menerima ujian tersebut.

Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Umpamanya perintah berhijrah (meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan), berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah, dan bermacam-macam musibah seperti kehilangan anggota keluarga, dan hawa panas yang kering yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan mati kekeringan.

Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dengan ikhlas dan siapa pula yang berjiwa munafik. Juga bertujuan untuk mengetahui apakah mereka termasuk orang yang kokoh pendiriannya atau orang yang masih bimbang dan ragu sehingga iman mereka masih rapuh.

Maksud ayat ini dapat dilihat dalam ayat lain, yakni: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (at-Taubah/9: 16)

Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang yang mengaku beriman tidak akan mencapai hakikat iman yang sebenarnya sebelum ia menempuh berbagai macam ujian. Ujian itu bisa berupa kewajiban seperti kewajiban dalam memanfaatkan harta benda, hijrah, jihad di jalan Allah, membayar zakat kepada fakir miskin, menolong orang yang sedang mengalami kesusahan dan kesulitan, dan bisa juga berupa musibah.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja karena mereka telah mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa diuji dengan hal-hal yang dapat membuktikan hakikat keimanan mereka, yaitu dalam bentuk cobaan-cobaan dan tugas-tugas keagamaan? Tidak, bahkan mereka harus diuji dengan hal-hal seperti itu.

Surah Al-Ankabut Ayat 3
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Terjemahan: Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Tafsir Jalalain: وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا (Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar) di dalam keimanan mereka dengan pengetahuan yang menyaksikan وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta) di dalam keimanannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu di dalam ayat ini Dia berfirman: وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”) yaitu orang-orang yang jujur dalam pengakuan keimanannya dari orang-orang yang dusta dalam perkataan dan pengakuannya.

Allah Maha mengetahui apa yang telah ada dan apa yang akan ada, apa yang belum ada seandainya ada dan bagaimana adanya. Ini merupakan sesuatu yang disepakati oleh para imam ahlus sunnah wal jama’ah. Ini pula yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas dan selainnya. Pada contoh firman Allah:

illa lina’lama (“Kecuali agar Kami mengetahui”)(al-Baqarah: 143). Yaitu kecuali agar Kami melihat. Hal ini disebabkan bahwa penglihatan berkaitan dengan sesuatu yang ada, sedangkan pengetahuan lebih umum daripada penglihatan, karena ia berkaitan dengan sesuatu yang tidak ada dan sesuatu yang ada.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 96-98; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Kemenag: Orang-orang yang beriman dan berpegang teguh dengan keimanannya akan menghadapi berbagai macam penderitaan dan kesulitan. Mereka sabar dan tabah menahan penderitaan itu. Umpamanya Bani Israil yang beriman, telah diuji Allah dengan berbagai macam siksaan yang dijatuhkan Fir’aun kepadanya. Umat Nabi Isa yang beriman juga tidak luput dari azab dan kesengsaraan. Semuanya menjadi contoh dan pelajaran bagi umat beragama Islam ini. Dalam sebuah hadis Nabi saw dijelaskan:

Diriwayatkan oleh Khabbab bin al-Aratt bahwa ia berkata, “Kami mengadukan kepada Rasulullah yang dalam keadaan tidur beralaskan sorbannya di sisi Ka’bah, kami mengatakan (bahwa kami menderita berbagai macam siksaan berat dari kaum musyrikin). Apakah kamu tidak akan menolong kami wahai Rasulullah, dengan cara engkau berdoa untuk keselamatan kami dari siksaan tersebut?

Rasulullah menjawab, “Orang-orang sebelum kamu juga mengalami hal seperti ini, bahkan lebih hebat lagi. Seseorang yang karena keimanannya yang membaja kepada Tuhan ia dihukum, dan digali lubang khusus untuknya. Diletakkan gergaji di atas kepalanya. Kemudian gergaji itu diturunkan perlahan-lahan, sehingga tubuh orang tersebut terbelah dua. Ada pula yang badannya disisir dengan sisir besi runcing yang sudah dipanaskan. Namun mereka tidak mau mundur dari keyakinan agamanya.

Demi Allah, agama ini pasti akan kutegakkan jua, sehingga amanlah musafir yang sedang dalam perjalanan dari shan’a’ ke Hadramaut. Mereka tidak takut kecuali hanya kepada Allah, walaupun serigala-serigala mengelilingi binatang ternaknya. Tetapi kamu terlalu ingin cepat berhasil.” (Riwayat al-Bukhari)

Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri bahwa dia berkata, “Saya memasuki rumah Rasulullah dan menjumpai beliau sedang tidak enak badan (demam). Saya meletakkan tangan di atas selimut beliau. Maka saya dapati rasa panas di atas selimut beliau. Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, alangkah hebatnya panas ini.

Rasulullah menjawab, ‘Ya memang begitu. Kita sedang ditimpa cobaan yang berlipat ganda datangnya, tetapi pahalanya pun berlipat ganda diberikan Allah kepada kita. Saya bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat penderitaan yang dialaminya? Beliau menjawab, ‘Nabi-nabi. Saya bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, lalu siapa lagi? ‘Orang-orang yang saleh, jawab beliau.” (Riwayat Ibnu Majah)

Keterangan Rasulullah demikian diperkuat oleh ayat yang berbunyi: Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. (ali ‘Imran/3: 146)

Dengan beraneka ragam penderitaan itulah, Allah mengetahui siapakah yang betul-betul sempurna keimanannya, dan siapa pula yang menutupi kepalsuannya dengan sikap beriman. Allah akan membalas masing-masing mereka itu dengan apa yang pantas baginya. Ringkasnya, Allah melarang manusia berprasangka bahwa ia diciptakan dengan percuma begitu saja. Justru Allah akan menguji setiap manusia, untuk menentukan siapakah yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah. Derajat tersebut tidak mungkin diperoleh kecuali dengan menempuh ujian yang berat.

Hidup ini memang penuh dengan perjuangan, baik kita enggan atau senang menghadapinya. Semakin tinggi tingkat kesabaran, makin tinggi pula kemenangan dan pengajaran yang akan diperoleh. Itulah sunah Allah yang berlaku bagi umat dahulu dan sekarang.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 47-49; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Allah telah menguji umat-umat terdahulu dengan tugas-tugas keagamaan dan bermacam nikmat dan cobaan, agar tampak perbedaan antara orang-orang yang benar-benar beriman dan berdusta sesuai dengan apa yang diketahuinya berdasarkan ilmu-Nya yang azali.

Surah Al-Ankabut Ayat 4
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَن يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Terjemahan: “Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.

Tafsir Jalalain: أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ (Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira) berupa perbuatan musyrik dan perbuatan maksiat أَن يَسْبِقُونَا (bahwa mereka akan luput dari Kami) maksudnya mereka dapat selamat sehingga Kami tidak membalas mereka سَاءَ (Amat buruklah) alangkah jeleknya مَا (apa) yang يَحْكُمُونَ (mereka putuskan) itu; seburuk-buruk keputusan adalah keputusan mereka.

Tafsir Ibnu katsir: Firman Allah: أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَن يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (“Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari [adzab] Kami? Amat buruklah apa yang mereka tetapkan itu.”) yakni, janganlah orang-orang yang [dirinya] tidak masuk dalam keimanan mengira bahwa mereka dapat bebas dari fitnah dan ujian ini. Karena di balik itu, mereka akan mendapatkan hukuman dan siksaan yang lebih dahsyat dan lebih berat.

Untuk itu Dia berfirman: أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَن يَسْبِقُونَا (“Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari [adzab] Kami?”) yaitu akan lepas dari Kami, سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (“amat buruklah apa yang mereka tetapkan itu.”) yakni jeleklah apa yang mereka sangka.

Tafsir Kemenag: Seterusnya Allah memperingatkan, apakah masih ada segolongan manusia yang berprasangka bahwa orang-orang yang masih mengerjakan perbuatan jahat itu akan sanggup melemahkan Allah, sehingga Dia tidak kuasa mendatangkan balasan yang sebanding dengan perbuatannya. Apakah belum berlaku lagi ketetapan Tuhan bagi orang-orang zalim sebelumnya, di mana mereka telah disiksa dengan siksaan yang setimpal dengan kesalahan mereka?

Menurut Ibnu ‘Abbas, ayat ini turun sebagai kecaman kepada sejumlah tokoh musyrikin Mekah yang menganggap bahwa apa saja yang mereka kerjakan, tidak ada yang sanggup membalasnya. Mereka itu adalah al-Walid bin al-Mugirah, Abu Jahal, al-Aswad, al-‘as bin Hisyam, ‘Utbah bin Rabi’ah, al-Walid bin ‘Utbah, ‘Utbah bin Abi Mu’aith, Handhalah bin Abu Sufyan, dan al-‘as bin Wa’il. Sesungguhnya pikiran yang demikian adalah keliru dan tidak benar.

Allah tidak menjadikan sesuatu itu sia-sia. Dia menguji dan mendidik manusia dengan berbagai macam pengajaran, dengan maksud agar mereka memperoleh nur Ilahi yang terang benderang.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah orang-orang yang menyekutukan Allah dan mendurhakai-Nya itu mengira akan dapat mendahului Kami dalam usaha mereka untuk lari dari azab dan hukuman Kami? Alangkah buruknya ketentuan mereka ini!

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Al-Ankabut Ayat 1-4 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S