Surah Al-Ankabut Ayat 10-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Ankabut Ayat 10-11

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ankabut Ayat 10-11 ini, menerangkan keadaan seseorang yang mengaku beriman kepada Allah dan mengikrarkan dengan lidah tentang keesaan-Nya. Akan tetapi, bila ia difitnah atau disiksa oleh orang musyrik yang tidak senang dengan keislamannya, ia menganggap bahwa fitnah yang berupa cobaan dan siksaan dari orang lain itu sama saja dengan azab dari Tuhan di akhirat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah memperingatkan sikap orang-orang yang demikian dan menegaskan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu yang tergores dalam hati mereka. Tidak ada sedikit pun yang tersembunyi. Ringkasnya orang-orang munafik tersebut telah diketahui Allah bagaimana hati mereka yang sebenarnya sekalipun mereka senantiasa menyatakan imannya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ankabut Ayat 10-11

Surah Al-Ankabut Ayat 10
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِن جَاءَ نَصْرٌ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ

Terjemahan: Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguhnya kami adalah besertamu”. Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?

Tafsir Jalalain: وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ (Di antara manusia ada orang yang berkata, “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti, -karena beriman- kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu) yakni perlakuan mereka yang menyakitkan kepada dirinya كَعَذَابِ اللَّهِ (sebagai azab Allah) yaitu ketakutannya terhadap siksaan mereka disamakan seperti takut kepada azab Allah. Sehingga akhirnya dia mau menuruti kemauan mereka, lalu ia menjadi orang yang munafik.

وَلَئِن (Dan sungguh jika) huruf Lam pada lafal la in menunjukkan makna sumpah جَاءَ نَصْرٌ (datang pertolongan) kepada orang-orang Mukmin مِّن رَّبِّكَ (dari Rabbmu) lalu orang-orang Mukmin memperoleh banyak ganimah لَيَقُولُنَّ (mereka pasti akan berkata) Lafal Layaqulunna dibuang daripadanya Nun alamat Rafa’, karena jika dibiarkan, maka akan berturut-turutlah huruf Nun, sehingga jadilah Layaqulunna yang pada asalnya adalah Layaqulunanna, dan dibuang daripadanya Wawu Dhamir jamak bukan karena sebab bertemunya dua huruf yang disukunkan.

إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ (“Sesungguhnya kami adalah beserta kalian”) dalam hal iman, karena itu maka ajaklah kami bersama-sama mendapat bagian ganimah itu. Maka Allah swt. berfirman أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ (Bukankah Allah lebih mengetahui) yakni mengetahui بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ (apa yang ada dalam dada semua manusia?) yakni apa yang ada di dalam hati mereka, apakah keimanan ataukah kemunafikan? Memang benar Allah lebih mengetahui.

Baca Juga:  Surah Muhammad 32-35; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ (“Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah”) Ibnu ‘Abbas berkata: “Yang dimaksud dengan fitnahnya adalah murtad dari agamanya, jika ia disakiti karena Allah.” Demikian yang dikatakan banyak ulama salaf.

وَلَئِن جَاءَ نَصْرٌ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ (“dan sungguh jika datang pertolongan dari Rabbmu, mereka pasti akan berkata: ‘Sesungguhnya kami adalah besertamu,’”) yakni jika sesungguhnya pertolongan yang dekat dari Rabbmu itu datang hai Muhammad, dimenangkan dan diberikan harta rampasan perang, sungguh mereka berkata kepada kalian: ‘Sesungguhnya kami bersama kalian.’ Yaitu saudara kalian dalam agama.

Kemudian Allah telah berfirman: أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ (“Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia.”) atau bukankah Allah lebih mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati mereka dan apa yang terpendam dalam hati mereka, sekalipun mereka menampakkan sikap persetujuan kepadamu.

Tafsir Kemenag: Menurut riwayat, ayat-ayat ini diturunkan berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada seseorang yang bernama ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah di mana pada mulanya ia telah masuk Islam kemudian berhijrah ke Medinah. Akan tetapi, karena keislamannya itu, ia mengalami berbagai macam siksaan. Karena tidak tahan lagi, ia kembali murtad dan kembali menjadi musyrik.

Orang yang menyiksanya adalah tokoh kafir Quraisy bernama Abu Jahal dan al-harits. Keduanya adalah pamannya sendiri (adik kandung ibunya). Akhirnya ‘Ayyasy masuk Islam kembali dan menjadi muslim yang baik.

Ayat ini menerangkan keadaan seseorang yang mengaku beriman kepada Allah dan mengikrarkan dengan lidah tentang keesaan-Nya. Akan tetapi, bila ia difitnah atau disiksa oleh orang musyrik yang tidak senang dengan keislamannya, ia menganggap bahwa fitnah yang berupa cobaan dan siksaan dari orang lain itu sama saja dengan azab dari Tuhan di akhirat. Oleh karena itu, daripada mengalami siksaan terus-menerus, lebih baik ia kembali lagi kepada agama berhala (murtad).

Sebenarnya kalau ia sungguh-sungguh beriman, tentu ia bersabar atas cobaan tersebut, dan menenteramkan hatinya dengan keimanan yang bersarang dalam dadanya. Namun demikian, cobaan tersebut justru memalingkan hatinya dari beriman kepada Allah, sebagaimana azab Allah memalingkan seseorang dari kekafirannya. Ia menyangka siksaan dari manusia tidak dapat dihindarkan, sedang azab Allah di akhirat bisa saja dihindari. Dalam ayat lain disebutkan lagi:

Baca Juga:  Surat Al-Kautsar; Paling Sedikit Ayatnya, Namun Begitu dalam Maknanya

Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata. (al-hajj/22: 11)

Jika pertolongan Allah didatangkan kepada orang-orang mukmin yang sedang berjuang, maka golongan yang masih ragu-ragu dengan kebenaran Islam itu pura-pura menjadi sahabat yang baik dan mengatakan, “Kami selalu bersamamu sebagai saudara-saudara seagama, dan kami akan menolongmu dalam menghadapi musuh.”

Apa yang mereka ucapkan itu tidak lain hanyalah sekadar ucapan mulut mereka saja. Sebab mereka telah berdusta dengan apa yang telah mereka dakwakan. Keterangan ayat lain menegaskan:

(yaitu) orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah mereka berkata, “Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?” Dan jika orang kafir mendapat bagian, mereka berkata,

“Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman. (an-Nisa’/4: 141)

Tafsir Quraish Shihab: Dan di antara manusia ada yang berkata dengan lisannya, “Kami telah beriman.” Lalu apabila dia ditimpa cobaan di jalan Allah, mereka takut dan menjelekkan agamanya serta tidak memikirkan azab Allah pada hari kiamat, seakan-akan mereka menjadikan siksaan manusia itu bagaikan azab Allah di akhirat.

Apabila Allah memberi kemenangan kepada orang-orang Mukmin atas musuh-musuh mereka, dan mereka mendapatkan harta rampasan, maka datanglah orang-orang yang berpura-pura beriman itu kepada orang-orang muslim seraya berkata,

“Sesungguhnya kami bersama kalian dalam keimanan, maka berilah kami bagian dari harta rampasan itu.” Tidak sepantasnya mereka menyangka bahwa keadaan mereka ini tidak diketahui Allah. Allah lebih mengetahui kemunafikan dan keimanan yang ada di dalam kalbu manusia.

Surah Al-Ankabut Ayat 11
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ

Terjemahan: Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik.

Tafsir Jalalain: وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا (Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman) maksudnya mengenai hati mereka وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ (dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik) maka kelak Dia akan membalas masing-masing golongan itu. Lam yang terdapat pada kedua Fi’il ayat ini menunjukkan makna Qasam.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ (“Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik.”) yaitu sesungguhnya Allah akan menguji manusia dengan kesempitan dan kesenangan agar Dia membedakan [antara] mereka yang beriman dan mereka yang munafik.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 8-9; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Antara orang yang mentaati Allah di waktu sempit dan lapang serta orang yang hanya mentaati-Nya karena kesenangan jiwa, sebagaimana Allah berfirman setelah peristiwa perang Uhud yang mengandung ujian dan penilaian yang artinya: “Allah sekali-sekali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu yang sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk [munafik] dari yang baik [mukmin]….” (Ali ‘Imraan: 179)

Tafsir Kemenag: Allah memperingatkan sikap orang-orang yang demikian dan menegaskan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu yang tergores dalam hati mereka. Tidak ada sedikit pun yang tersembunyi. Ringkasnya orang-orang munafik tersebut telah diketahui Allah bagaimana hati mereka yang sebenarnya sekalipun mereka senantiasa menyatakan imannya.

Allah tidak mungkin dapat mereka tipu dengan cara demikian. Fitnah dalam bentuk cobaan dan siksaan tersebut tidak lain hanyalah untuk menyisihkan orang-orang yang beriman, siapa yang sungguh-sungguh murni keyakinannya dan siapa pula yang berjiwa munafik (hipokrit). Orang yang betul-betul beriman akan menaati Allah dalam segala keadaan dan situasi.

Mereka yang tabah dan sabar menghadapi penderitaan akan memperoleh kemenangan dan pahala yang setimpal dari Allah. Sebaliknya, orang munafik kembali akan mendurhakai-Nya bila sedang ditimpa cobaan atau ketika merasakan beban dan kewajiban yang dipikulkan sangat memberatkan, sehingga hati mereka tidak tahan mengerjakannya. Keterangan selanjutnya dapat dilihat pada ayat 12 surah ini, dan pada ayat:

Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa, maka kamu akan mendapat pahala yang besar.(ali ‘Imran/3:179)

Tafsir Quraish Shihab: Allah hendak memperlihatkan kepada manusia ilmu-Nya yang azali dengan membedakan antara orang-orang Mukmin dan munafik. Dia akan memberikan balasan kepada masing-masing dari mereka sesuai dengan apa yang dikerjakannya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Ankabut Ayat 10-11 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S