Surah Al-Ankabut Ayat 47-49; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Ankabut Ayat 47-49; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ankabut Ayat 47-49 Ayat ini, menjelaskan Allah menerangkan kepada Nabi Muhammad bahwa sebagaimana Ia telah menurunkan kitab kepada para rasul yang diutus sebelumnya, demikian pula Ia menurunkan Al-Qur’an kepadanya. sebelum Al-Qur’an diturunkan, Nabi Muhammad telah dikenal dengan baik oleh orang-orang Arab. Ia telah lama hidup di tengah-tengah mereka sebelum diangkat menjadi rasul.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Semua orang Arab waktu itu mengakui bahwa Muhammad mempunyai budi pekerti yang tinggi, dapat dipercaya, tidak pernah berdusta, dan disegani oleh kawan-kawannya. Mereka betul-betul mengetahui bahwa Muhammad tidak pandai membaca dan menulis, apalagi mengarang buku cerita.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ankabut Ayat 47-49

Surah Al-Ankabut Ayat 47
وَكَذَلِكَ أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمِنْ هَؤُلَاءِ مَن يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ

Terjemahan: Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran). Maka orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka Al Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al Quran); dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat kami selain orang-orang kafir.

Tafsir Jalalain: وَكَذَلِكَ أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ (Dan demikian pulalah Kami turunkan kepadamu Alkitab) Alquran sebagaimana telah diturunkan kepada mereka kitab Taurat dan kitab-kitab lainnya. فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ (Maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Alkitab) yakni kitab Taurat, seperti Abdullah bin Salam dan lain-lainnya يُؤْمِنُونَ بِهِ (mereka beriman kepadanya) kepada Alquran.

وَمِنْ هَؤُلَاءِ (dan di antara mereka) penduduk Mekah مَن يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا (ada yang beriman kepadanya. Dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat Kami) sesudah ayat-ayat itu jelas إِلَّا الْكَافِرُونَ (selain orang-orang kafir) maksudnya adalah orang-orang Yahudi, telah jelas di mata mereka bahwa Alquran itu adalah hak, dan orang yang mendatangkannya pun adalah benar, akan tetapi mereka tetap mengingkarinya.

Tafsir Ibnu Katsir: Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman, “Sebagaimana Kami turunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul sebelum kamu, hai Muhammad, begitu pula Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an)” Pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini baik dan munasabah serta kaitannya pun cukup baik.

Firman Allah Swt.: maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al-Qur’an). (Al-‘Ankabut: 47) Yakni orang-orang yang mengambilnya, lalu membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.

Mereka terdiri dari para cendekiawan dan ulama Ahli Kitab, seperti Abdullah ibnu Salam dan Salman Al-Farisi serta lain-lainnya yang semisal. Firman Allah Swt.: dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. (Al-‘Ankabut: 47) Yaitu orang-orang Quraisy dan orang-orang Arab lainnya.

Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. (Al-‘Ankabut: 47) Maksudnya, tidak ada yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mengingkari haknya selain dari orang yang menutupi perkara yang hak dengan perkara yang batil, dan menutupi sinar mentari dengan berbagai penutup yang menghalanginya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan kepada Nabi Muhammad bahwa sebagaimana Ia telah menurunkan kitab kepada para rasul yang diutus sebelumnya, demikian pula Ia menurunkan Al-Qur’an kepadanya. Dalam kitab-kitab itu telah diisyaratkan kedatangan Nabi Muhammad di kemudian hari. Hal ini kemudian benar-benar menjadi kenyataan dengan pengutusan Muhammad saw sebagai nabi dan rasul terakhir.

Para rasul Allah diperingatkan agar menyampaikan kepada umatnya untuk beriman dan mengikuti para rasul yang datang kemudian. Sebab, jika seseorang beriman kepada salah seorang dari para rasul yang diutus Allah, maka ia wajib pula beriman kepada para rasul Allah yang lain, baik yang datang lebih dahulu, maupun yang kemudian.

Oleh karena itu, sebagian dari Ahli Kitab yang ada pada masa Nabi Muhammad beriman kepadanya dan kepada Al-Qur’an, sesuai dengan perintah para nabi mereka. Mereka itu lebih mementingkan akhirat daripada dunia yang fana ini, dan tidak memperturutkan hawa nafsu. Di antara mereka yang bersikap demikian adalah Abdullah bin Salam, Tamim al-Anshari, dan lain-lain.

Adapun orang-orang yang di hatinya ada penyakit, seperti iri hati karena rasul yang ditunggu kedatangannya itu bukan dari golongan mereka, atau tertipu oleh kesenangan dunia karena memperturutkan hawa nafsu, mereka akan mengingkari Al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang menyatakan kerasulan Muhammad.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 16-18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Seharusnya orang-orang Ahli Kitab memperhatikan seruan dan petunjuk para rasul mereka untuk menyembah kepada Allah, dan mempercayai bahwa Muhammad adalah rasul dan nabi terakhir. Tidak ada seorang nabi atau rasul pun yang diutus Allah sesudahnya.

Tafsir Quraish Shihab: Sebagaimana Kami telah menurunkan kitab-kitab suci kepada rasul-rasul sebelummu, Kami pun menurunkan al-Qur’ân kepadamu. Orang-orang yang Kami berikan kitab suci sebelum al-Qur’ân, kemudian mereka merenungi dan mendapatkan petunjuk, mereka pasti beriman juga kepada al-Qur’ân.

Sebagian orang Arab itu ada yang beriman kepadanya dan tidak mengingkari bukti-bukti Kami–setelah menjadi jelas dan hilangnya keraguan di dalamnya–kecuali orang-orang yang bersikeras dalam kekufuran.

Surah Al-Ankabut Ayat 48
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ

Terjemahan: Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).

Tafsir Jalalain: وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ (Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya) yaitu sebelum diturunkannya Alquran kepadamu مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ (sesuatu kitab pun dan kamu tidak pernah menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata kamu pernah membaca dan menulis) maksudnya, seandainya kamu orang yang pandai membaca dan menulis إِذًا لَّارْتَابَ (benar-benar ragulah) pasti akan merasa ragu الْمُبْطِلُونَ (orang-orang yang mengingkarimu) yakni orang-orang Yahudi terhadap dirimu, lalu mereka pasti akan mengatakan bahwa nabi yang disebutkan dalam kitab Taurat adalah nabi yang ummi, tidak dapat membaca dan tidak pula dapat menulis.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: وَمَا كُنتَ تَتْلُو (“Dan kamu tidak pernah membaca.”) yaitu membaca; min qabliHii min kitaab (“Sebelumnya [al-Qur’an] suatu kitab pun.”) untuk memperkuat ketiadaan. Sedangkan tidak pula engkau menulis dengan tangan kananmu adalah ta’kid [penguat] dan keluar dari daerah kebiasaan, seperti firman Allah Ta’ala: wa laa thaa-iriy yatiiru (“Dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya.”) (al-An’am: 38)

Firman Allah: إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ (“Benar-benar ragulah orang yang mengingkari[mu].”) yaitu seandainya engkau memperbaikinya, niscaya ragulah orang-orang jahil, lalu ia berkata: “Sesungguhnya engkau mengetahui ini hanyalah dari kitab-kitab terdahulu yang ditinggalkan para Nabi.” Padahal mereka mengatakan hal demikian dalam keadaan mereka mengetahui bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang ummi, tidak pandai menulis.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa sebelum Al-Qur’an diturunkan, Nabi Muhammad telah dikenal dengan baik oleh orang-orang Arab. Ia telah lama hidup di tengah-tengah mereka sebelum diangkat menjadi rasul.

Semua orang Arab waktu itu mengakui bahwa Muhammad mempunyai budi pekerti yang tinggi, dapat dipercaya, tidak pernah berdusta, dan disegani oleh kawan-kawannya. Mereka betul-betul mengetahui bahwa Muhammad tidak pandai membaca dan menulis, apalagi mengarang buku cerita.

Di samping orang-orang Arab, orang-orang Yahudi dan Nasrani pun mengetahui dari kitab-kitab mereka bahwa Muhammad adalah orang yang tidak pandai menulis dan membaca. Mujahid berkata, “Ahli Kitab mengetahui dari kitab-kitab mereka bahwa Nabi Muhammad tidak pandai menulis dan membaca, karena itu turunlah ayat ini.” Dalam ayat lain, Allah berfirman:

(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. (al-A’raf/7: 157)

Dalam keadaan yang demikian, Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Muhammad. Di dalamnya termuat akidah yang sangat tinggi nilainya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang meyakinkan.

Al-Qur’an juga mempunyai gaya bahasa yang sangat indah, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya, sekalipun pada waktu itu di kalangan bangsa Arab banyak terdapat pujangga-pujangga sastra yang kenamaan karena seni sastra sedang mencapai puncaknya. Akan tetapi, sedikit sekali dari mereka yang beriman.

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 172-173; Seri Tadabbur Al Qur'an

Seandainya Muhammad saw dapat membaca dan menulis, pernah belajar kepada Ahli Kitab, atau ia bukan seorang yang dipercaya, tidak memiliki budi pekerti yang luhur, dan tidak pula seorang yang disegani, tentu orang-orang kafir Mekah dengan mudah menuduh dan mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah buatan Muhammad, bukan Kalamullah.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa hati dan pikiran orang-orang kafir Mekah, berdasarkan pengetahuan mereka tentang pribadi Muhammad, dan ketinggian nilai sastra Al-Qur’an, sejak semula telah mempercayai Al-Qur’an dan kerasulan Muhammad. Akan tetapi, karena dalam hati mereka ada penyakit, dan takut kedudukan mereka di antara kaumnya akan jatuh, maka mereka menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan hati dan pikiran mereka sendiri.

Pengertian ummi dalam ayat ini ialah tidak pandai menulis dan membaca. Hal ini tidak berarti bahwa Muhammad tidak berilmu pengetahuan, karena Allah telah mengajarkan kepadanya ilmu pengetahuan yang tinggi, bahkan mungkin ilmu pengetahuan yang belum pernah diajarkan-Nya kepada manusia biasa. Dengan demikian, beliau menjadi orang yang alim dan bijaksana. Allah berfirman:

Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar. (an-Nisa’/4: 113)

Tafsir Quraish Shihab: Kamu tidak pernah membaca sebuah kitab suci pun sebelum al-Qur’ân, dan juga tidak pernah menulis dengan tangan kananmu. Seandainya kamu termasuk orang-orang yang membaca dan menulis, niscaya para pengikut kebatilan itu akan ragu bahwa al-Qur’ân datang dari sisi Allah.

Surah Al-Ankabut Ayat 49
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ

Terjemahan: Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.

Tafsir Jalalain: بَلْ هُوَ (Sebenarnya Alquran itu) Alquran yang kamu datang dengan membawanya آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ (adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu) orang-orang mukmin yang menghafalnya.

وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang dzalim) yakni orang-orang Yahudi; mereka mengingkarinya, padahal Alquran telah jelas bagi mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Dia berfirman: بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ (“Sebenarnya, al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.”) al-Qur’an ini adalah ayat-ayat yang jelas dan tegas dalam menunjukkan kebenaran, baik perintah, larangan ataupun informasi yang dijaga oleh para ulama serta dimudahkan oleh Allah bagi mereka yang menghafal, membaca dan menafsirkan.

Sebagaimana Allah berfirman: wa laqad yassarnal qur-aana lidzdzikri faHal mim muddakir (“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”)(al-Qamar: 17)

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada satu orang Nabi pun melainkan diberikan kepadanya tanda-tanda [mukjizat] yang manusia mengimani tanda-tanda seperti itu. Sesungguhnya yang diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku. Maka, aku berharap menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat.” (HR Muttafaq ‘alaiH)

Dan dalam hadits ‘Iyadh bin Hammad di dalam Shahih Muslim, bahwa Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengutusmu untuk mengujimu dan menguji denganmu serta menurunkan kepadamu sebuah kitab yang tidak terhapus oleh air yang engkau membacanya di saat tidur dan di saat bangun.”

Yaitu seandainya air menghapus tempat dituliskannya Kitab itu, niscaya dia tidak membutuhkan tempat tersebut, karena ia terpelihara di dalam dada-dada manusia, amat mudah diucapkan lisan lagi terjaga di dalam hati serta mengandung mukjizat di dalam lafadz dan maknanya. Untuk itu, di dalam kitab-kitab terdahulu terkandung tentang sifat umat ini: “Aku memantapkkan mereka di dalam dada-dada mereka.”

Ibnu Jarir memilih pendapat bahwa firman Allah: بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ (“Sebenarnya, al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.”) bahkan, pengetahuan bahwa engkau tidak pernah membaca sebelum Kitab ini sesuatu Kitab pun dan kamu tidak menulis dengan tangan kananmu, adalah ayat-ayat nyata di dada orang-orang yang diberi ilmu di antara ahlul Kitab.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 1; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hal ini dinukil dari Qatadah dan Ibnu Juraij. Dan pendapat yang pertama diceritakan dari al-Hasan al-Bashri. Ibnu Katsir berkata: “Itulah yang diriwayatkan oleh al-‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas serta dikatakan oleh adh-Dahhak dan itulah yang lebih dhahir.” wallaaHu a’lam.

Dan firman Allah: وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (“Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dhalim.”) yaitu tidak ada yang mendustakannya dan tidak ada yang mengurangi haknya serta menolaknya kecuali orang-orang dhalim, yaitu orang-orang yang melampaui batas lagi keras kepala, dimana mereka mengetahi kebenaran dan [kemudian] menentangnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an merupakan petunjuk Allah, tidak ada kesamaran sedikit pun tentang pengertiannya. Allah memudahkan penafsirannya bagi orang-orang yang ingin mencari kebenaran yang hakiki. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman: Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (al-Qamar/54: 17)

Para Ahli Kitab yang ingin mencari kebenaran, dengan mudah dapat memahami Al-Qur’an. Dengan demikian, mereka mau beriman kepadanya dan meyakini bahwa Muhammad adalah benar-benar seorang rasul. Allah berfirman kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada orang-orang kafir yang tidak percaya kepada kerasulan beliau:

Dan orang-orang kafir berkata, “Engkau (Muhammad) bukanlah seorang Rasul.” Katakanlah, “Cukuplah Allah dan orang yang menguasai ilmu Al-Kitab menjadi saksi antara aku, Aisah dan kamu. (ar-Ra’d/13: 43)

Maksud ayat di atas adalah ulama-ulama Ahli Kitab menjadi saksi atas kerasulan Muhammad, karena telah membaca dalam kitab-kitab mereka akan kedatangannya. Dengan demikian, ada di antara Ahli Kitab yang beriman kepada Nabi Muhammad, di antaranya orang-orang yang telah disebutkan di atas.

Allah menegaskan lagi bahwa Al-Qur’an itu terpelihara dalam dada kaum Muslimin. Mereka menghafalnya secara turun temurun sehingga tidak seorangpun dapat mengubahnya.

Selanjutnya ayat ini menerangkan bahwa tidak ada seorang pun yang mengingkari ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang zalim. Ayat ini merupakan isyarat bagi Ahli Kitab bahwa mereka telah mengetahui dari kitab suci mereka tentang kenabian Muhammad dan penurunan Al-Qur’an kepadanya. Namun demikian, banyak di antara mereka yang mengingkari kebenaran itu setelah mengetahuinya. Allah berfirman:

Ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar. (al-Baqarah/2: 89)

Selain bermakna isyarat bagi Ahli Kitab, ayat ini juga merupakan cercaan Allah yang ditujukan kepada orang-orang musyrik Mekah yang mengingkari ayat-ayat-Nya. Mereka tidak percaya kepada Al-Qur’an dan kerasulan Muhammad saw yang sudah menjadi kebenaran yang nyata.

Mereka ini disebut oleh Allah sebagai orang yang zalim. Sifat zalim ini adalah sifat yang paling tepat bagi mereka karena menyembunyikan kebenaran yang sebetulnya telah mereka ketahui. Allah berfirman: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya? (al-Baqarah/2: 140)

Tafsir Quraish Shihab: Kitab ini tidak mengandung keraguan, bahkan kitab ini adalah ayat-ayat yang jelas dan terjaga di dalam dada orang-orang yang dikaruniai ilmu oleh Allah. Tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami–setelah mengetahuinya–kecuali orang-orang yang zalim terhadap kebenaran dan diri mereka sendiri.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Ankabut Ayat 47-49 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S