Surah Al-A’raf Ayat 148-149; Seri Tadabbur Al-Qur’an

Surah Al-A'raf Ayat 148-149

Pecihitam.org – Allah SWT di dalam Surah Al-A’raf Ayat 148-149 menceritakan tentang kesesatan orang-orang yang sesat dari kalangan Bani Israil dalam penyembahan mereka terhadap anak lembu yang telah dibuat untuk mereka oleh Samiri dari perhiasan orang-orang Qibthi yang mereka pinjam

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an Surah Al-A’raf Ayat 148-149

Surah Al-A’raf Ayat 148
وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَىٰ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ ۚ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا ۘ اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ

Terjemahan: Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim.

Tafsir Jalalain: وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَىٰ مِنْ بَعْدِهِ (Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa, mereka membuat) setelah pergi meninggalkan mereka untuk bermunajat

مِنْ حُلِيِّهِمْ (dari perhiasan mereka) yang telah mereka pinjam dari kaumnya Firaun dengan alasan untuk perkawinan (berhala) yang kemudian dipuja-puja oleh mereka

عِجْلًا (anak lembu) Samirilah yang mencetaknya berdasarkan permintaan mereka جَسَدًا (yang bertubuh) sebagai ganti dari daging dan darah لَهُ خُوَارٌ (dan bersuara)

artinya suara yang dapat didengar; dan dapat bergerak sebab Samiri menaruh debu di mulutnya dari bekas teracak kuda malaikat Jibril, sebagai pengaruhnya berhala itu dapat hidup. Maf’ul dari lafal ittakhadza dibuang yang asalnya ialah lafal ilaahan, yakni sebagai tuhan.

أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا (Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat pula menunjukkan jalan kepada mereka?) lalu mengapa mereka menganggapnya sebagai tuhan mereka

اتَّخَذُوهُ (Mereka menjadikannya) sebagai sesembahan وَكَانُوا ظَالِمِينَ (dan mereka adalah orang-orang yang lalim) disebabkan mengambilnya sebagai sesembahan.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberitahukan tentang kesesatan orang-orang yang sesat dari kalangan Bani Israil dalam penyembahan mereka terhadap anak lembu yang telah dibuat untuk mereka oleh Samiri dari perhiasan orang-orang Qibthi yang mereka pinjam.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 201-202; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Kemudian Samiri membentuknya menjadi anak lembu. Lalu ia meletakkan padanya segenggam tanah yang ia ambil dari tanah bekas injakan kuda Malaikat Jibril as, sehingga menjadi anak lembu yang bertubuh dan mempunyai suara. Al-Khuwar berarti suara lembu (sapi).

Yang demikian itu mereka lakukan setelah kepergian Musa as. memenuhi waktu yang telah ditentukan Rabbnya, kemudian Allah Ta’ala memberitahukan hal itu kepadanya, ketika Musa sedang berada di bukit, dimana Allah Ta’ala berfirman memberitahukan tentang dirinya yang mulia: “Allah berfirman: ‘Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri”. (QS. Thaha: 85)

Para ahli tafsir telah berbeda pendapat mengenai anak lembu itu, apakah benar-benar berubah menjadi berdaging dan berdarah yang juga dapat bersuara atau tetap menjadi anak lembu yang terbuat dari emas. Tetapi yang jelas Samiri memasukkan ke dalam patung anak lembu itu udara sehingga dapat bersuara seperti sapi.

Mengenai hal itu terdapat dua pendapat. Disebutkan, ketika anak lembu itu bersuara, mereka pun menari-nari di sekelilingnya dan tertipu olehnya seraya mengatakan: “Inilah ilahmu dan ilah Musa, tetapi Musa telah lupa”. (QS. Thaha: 88)

Karena itu Allah berfirman: ““Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudlaratan dan manfaat kepada mereka?”(QS. Thaha: 89)

Dan mengenai ayat tersebut di atas, Allah berfirman: أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا (Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat menunjukan jalan kepada mereka?)

Allah Ta’ala mengingkari kesesatan mereka berupa penyembahan terhadap anak lembu dan kelengahan mereka terhadap Pencipta langit dan bumi, Rabb dan Penguasa segala sesuatu, karena mereka mempersekutukan-Nya dengan anak lembu yang bertubuh dan mempunyai suara, padahal anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak juga dapat menunjukkan jalan kepada kebaikan.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 26; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tetapi pandangan kearifan mereka telah tertutup oleh kebodohan dan kesesatan. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam riwayat Imam Ahmad dan Abu Dawud, dari Abu Darda, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Kecintaanmu kepada sesuatu menyebabkanmu buta dan tuli”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Tafsir Quraish Shihab: Setelah kepergian Musaâ ke bukit untuk bermunajat kepada Tuhan, kaumnya membuat sebuah patung anak lembu yang tidak dapat berpikir dan merasa dari perhiasan-perhiasan mereka.

Patung anak lembu itu–yang dirancang dengan teknik yang dapat mengeluarkan suara karena bantuan angin yang masuk ke dalamnya–mengeluarkan suara seperti lembu.

Inilah teknik yang dibuat oleh al-Samiriy, pembuat patung yang menyuruh orang menyembahnya. Alangkah dungunya mereka! Bagaimana mungkin mereka menjadikan patung itu sebagai tuhan dan menyembahnya, sementara ia tidak dapat diajak bicara dan tak mampu menunjukkan mereka jalan yang benar. Sesungguhnya mereka, dengan melakukan perbuatan tercela itu, telah menzalimi diri mereka sendiri.

Surah Al-A’raf Ayat 149
وَلَمَّا سُقِطَ فِي أَيْدِيهِمْ وَرَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوا قَالُوا لَئِنْ لَمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Terjemahan: Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, merekapun berkata: “Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi”.

Tafsir Jalalain: وَلَمَّا سُقِطَ فِي أَيْدِيهِمْ (Dan setelah mereka menyesali perbuatannya) mereka menyesal mengambil sebagai sesembahan mereka وَرَأَوْا أَنَّهُمْ (dan mereka melihat) mereka mengetahui

قَدْ ضَلُّوا (bahwa mereka telah sesat) oleh sebab perbuatan itu; penyesalan itu datang setelah Musa kembali kepada mereka قَالُوا لَئِنْ لَمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا (mereka pun berkata, “Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami) dengan memakai ya dan ta pada kedua fi’ilnya لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.”).

Baca Juga:  Surah Asy Syams; Terjemahan, Tafsir dan Asbabun Nuzul (Lengkap)

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَمَّا سُقِطَ فِي أَيْدِيهِمْ (Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya) maksudnya, setelah mereka benar-benar menyesali atas apa yang telah mereka kerjakan.

وَرَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوا قَالُوا لَئِنْ لَمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا (Dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: ‘Sungguh jika Rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami’)

Sebagian ahli tafsir ada yang membaca: la illam tarhamnaa (Seandainya Engkau tidak merahmati kami) ta dengan dua titik di atasnya; rabbanaa (Ya Rabb kami) adalah sebagai yang diseru; wa taghfirlanaa (Dan tidak mengampuni kami)

لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (Pastilah Kami menjadi orang-orang yang merugi) Yakni, termasuk orang-orang yang binasa. Hal itu merupakan pengakuan dari mereka terhadap dosa-dosa yang telah mereka lakukan, sekaligus sebagai upaya kembali kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Ketika mereka menyadari ketergelinciran dan kesalahan, mereka bingung dan menyesal telah menuhankan anak lembu. Mereka sadar atas kesesatan yang mereka lakukan, dan berkata;

“Demi Allah, jika Tuhan kami tidak menerima pertobatan dan tidak memaafkan kami, sungguh kami termasuk orang-orang yang sangat merugi.” Hal itu disebabkan karena mereka telah meletakkan ibadah bukan pada tempatnya.

Demikianlah penjelasan singkat dari Surah Al-A’raf Ayat 148-149 dengan merujuk pada Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Quraish Shihab sebagai bagian lanjutan dari seri Tadabbur Al Qur’an kita. Semoga Bermanfaat.

M Resky S