Surah Al-Hajj Ayat 3-4; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Hajj Ayat 3-4

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hajj Ayat 3-4 ini, menerangkan bahwa sekalipun Allah telah menerangkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada hari Kiamat, namun banyak manusia yang mengingkarinya, bahkan mereka bertindak lebih dari itu. Mereka tidak saja mengatakan bahwa Allah tidak kuasa membangkitkan dan menghidupkan manusia kembali setelah hancur dan berserakan menjadi tanah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah mengingatkan agar manusia waspada terhadap godaan setan. Barang siapa yang memperturutkan godaan setan dan menempuh jalannya, maka Allah menyesatkan mereka pula dengan melapangkan jalan yang dibentangkan setan itu sehingga mereka mudah melaluinya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hajj Ayat 3-4

Surah Al-Hajj Ayat 3
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ

Terjemahan: Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat,

Tafsir Jalalain: Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan Nadhr bin Harits dan para pengikutnya. وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ (Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan) mereka mengatakan, bahwa para Malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.

Alquran adalah dongengan orang-orang dahulu dan mereka mengingkari adanya hari berbangkit serta dihidupkan-Nya kembali manusia yang telah menjadi tanah وَيَتَّبِعُ (dan mengikuti) di dalam bantahannya itu كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ (setiap setan yang sangat jahat) yaitu sangat membangkang.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman mencela orang yang mendustakan hari berbangkit dan mengingkari kekuasaan Allah untuk menghidupkan orang mati sebagai upaya penolakan pembangkangan terhadap apa yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya. Serta dalam perkataan, pengingkaran dan kekufurannya mengikuti setiap syaitan, jin dan manusia yang amat jahat.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ (“Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan,”) yaitu tanpa ilmu yang benar; وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ (Dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat).

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa sekalipun Allah telah menerangkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada hari Kiamat, namun banyak manusia yang mengingkarinya, bahkan mereka bertindak lebih dari itu. Mereka tidak saja mengatakan bahwa Allah tidak kuasa membangkitkan dan menghidupkan manusia kembali setelah hancur dan berserakan menjadi tanah,

Baca Juga:  Surah Al-Hajj Ayat 58-60; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah mempunyai anak dan mempunyai syarikat, Al-Qur’an isinya tidak lain hanyalah dongeng-dongeng orang-orang purbakala, tetapi mereka berbuat lebih dari itu yaitu menantang Allah. Mereka berkata, “Seandainya Allah itu benar-benar Mahakuasa cobalah turunkan azab yang pedih yang pernah dijanjikan itu,” dan tantangan-tantangan yang lain.

Menurut Ibnu Abi Hatim, ayat ini diturunkan berhubungan dengan Nadhar bin Harish, ia membantah keesaan dan kekuasaan Allah dengan mengatakan, “Malaikat itu adalah putri-putri Allah, Al-Qur’an itu tidak lain adalah dongengan orang-orang purbakala saja. Allah tidak kuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati yang tubuhnya telah hancur luluh menjadi tanah.”

Menurut Zamakhsyari, “Sekalipun ayat ini ditujukan kepada Nadhar bin Haris pada waktu turunnya, tetapi ayat ini berlaku umum dan ditujukan kepada semua orang yang membantah Allah, tanpa pengetahuan dan menetapkan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya.”

Allah mencela orang yang berdebat tentang Allah, mengingkari keesaan dan kekuasaan-Nya, tanpa dasar pengetahuan yang benar dan bukti yang kuat. Jika mereka hendak mengemukakan sesuatu tentang Allah, hendaklah mereka menggunakan dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat.

Dalam pada itu Allah memperingatkan bahwa akal dan pikiran manusia tidak akan sanggup untuk mengenal dan memikirkan zat Allah, karena zat Allah merupakan sesuatu yang gaib. Tetapi jika ingin mengetahui adanya Tuhan, keesaan dan kekuasaan-Nya pikirkanlah makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya seperti jagat raya dan segala isinya, hukum-hukum yang mengaturnya, bumi dengan segala isinya, gunung-gunung dengan lembah-lembahnya, lautan yang luas dengan segala kandungannya dan diri mereka sendiri serta semua makhluk yang telah diciptakan Allah.

Allah berfirman: Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya. (ar-Rum/30: 8)

Dan firman Allah: Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia menciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan).

Dan dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah) yang menciptakan sama dengan yang tidak dapat menciptakan (sesuatu)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (an-Nahl/16: 15-17)

Baca Juga:  Surah Al-Ahqaf Ayat 29-32 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah mencela orang yang buruk budi pekertinya, yaitu orang yang mengikuti setan. Setan itu mempunyai budi pekerti yang buruk karena ia mengikuti dan memperturutkan hawa nafsunya, karena keangkuhannya ia enggan sujud kepada Adam sebagaimana yang diperintahkan Allah.

Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, menginginkan orang lain mengikuti perbuatan-perbuatannya yang tercela itu, berusaha dengan segala tipu dayanya agar manusia memandang baik segala perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, seperti mempersekutukan Tuhan, meminum khamar, berjudi, berzina, menumpuk harta untuk kepentingan diri sendiri, menindas orang lain dan sebagainya. Setan itu ada yang berupa setan jin dan ada pula yang berupa setan manusia.

Tafsir Quraish Shihab: Walaupun dengan peringatan keras dan jujur seperti itu, ternyata sebagian orang–karena didorong oleh sikap keras kepala dan taklid buta–memperdebatkan wujud Allah dan sifat-sifat-Nya. Mereka pun kemudian menyekutukan Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya dalam membangkitkan manusia dari kematian guna membalas amal perbuatan mereka.

Perbuatan mereka itu tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan atau bukti yang benar. Akan tetapi mereka hanya mengikuti secara membabi buta langkah-langkah setan yang mendurhakai Tuhan dan jauh dari petunjuk-petunjuk-Nya.

Surah Al-Hajj Ayat 4
كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ

Terjemahan: yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka.

Tafsir Jalalain: كُتِبَ عَلَيْهِ (Yang telah ditetapkan terhadap setan itu) telah diputuskan terhadapnya أَنَّهُ مَنْ تَوَلَّاهُ (bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia) mengikutinya فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ (tentu dia akan menyesatkannya dan membawanya) menjerumuskannya إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ (ke azab neraka) yang apinya berkobar-kobar.

Tafsir Ibnu Katsir: كُتِبَ عَلَيْهِ (yang telah ditetapkan terhadapnya), Mujahid berkata: “Yaitu syaitan, yang berarti telah ditetapkan terhadap syaitan dengan ketetapan qadar.” Bahwa barangsiapa yang berkawan dengannya, yaitu mengikuti dan mencontohnya;

فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ (“Tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke dalam adzab neraka,”) yaitu dia akan menyesatkannya di dunia dan di akhirat. Dia akan mengantarkannya kepada adzab sa’ir (neraka) yaitu api yang panas, pedih, bergolak dan membara.”

As-Suddi berkata dari Abu Malik, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan an-Nadhr bin al-Harits, demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu Juraij.

Baca Juga:  Surah Adz-Dzariyat Ayat 1-14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memberi kesempatan bagi setan melakukan segala macam usaha untuk menyesatkan dan memperdayakan manusia, agar manusia menjadi sesat dan ingkar sebagaimana yang telah ia lakukan. Tetapi usaha itu hanyalah dapat dilakukannya terhadap orang-orang kafir dan tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedang hamba-hamba Allah yang mukmin dan mukhlis tidak dapat mereka ganggu dan perdayakan sedikit pun.

Allah berfirman: Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” (al-Hijr/15: 39-40)

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Allah mengingatkan agar manusia waspada terhadap godaan setan. Barang siapa yang memperturutkan godaan setan dan menempuh jalannya, maka Allah menyesatkan mereka pula dengan melapangkan jalan yang dibentangkan setan itu sehingga mereka mudah melaluinya. Karena itu mereka akan dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama setan yang menggodanya itu.

Seorang yang telah terbiasa mengikuti jalan setan itu amat sulit baginya kembali ke jalan yang benar, karena hatinya telah ditutupi oleh keinginan setan itu.

Allah berfirman: Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan. (al-A’raf/7: 186).

Tafsir Quraish Shihab: Allah telah menetapkan bahwa barangsiapa yang mengikuti dan menjadikan setan itu sebagai petunjuk dan penolong, maka ia akan disesatkan dari jalan kebenaran dan diarahkan kepada kebatilan yang dapat menjerumuskannya ke dalam neraka yang menyala berkobar-kobar.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hajj Ayat 3-4 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S