Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hajj Ayat 34-35 ini, menerangkan Allah telah menetapkan syariat bagi tiap-tiap manusia termasuk di dalamnya syariat kurban. Seseorang yang berkurban berarti ia telah menumpahkan darah binatang untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dan ingin mencari keridaan Allah.
Allah memerintahkan kepada orang-orang yang berkurban itu agar mereka menyebut dan mengagungkan nama Allah waktu menyembelih binatang kurban itu, dan agar mereka mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka. Di antara nikmat Allah itu ialah berupa binatang ternak, seperti unta, lembu, kambing dan sebagainya yang merupakan rezeki dan makanan yang halal bagi mereka.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hajj Ayat 34-35
Surah Al-Hajj Ayat 34
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۗ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
Terjemahan: Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),
Tafsir Jalalain: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ (Dan bagi tiap-tiap umat) golongan orang-orang yang beriman yang telah mendahului kalian جَعَلْنَا مَنْسَكًا (telah Kami syariatkan penyembelihan kurban) kalau dibaca Mansakan adalah Mashdar dan kalau dibaca Minsakan berarti isim makan atau nama tempat. Maksudnya menyembelih kurban atau tempat penyembelihannya,
لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ (supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka) sewaktu mereka menyembelihnya.
فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا (Maka Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kalian kepada-Nya) taat dan patuhlah kalian kepada-Nya. وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ (Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah) orang-orang yang taat dan merendahkan diri kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala mengabarkan bahwa penyembelihan binatang kurban dan penumpahan darah dengan nama Allah telah disyari’atkan dalam seluruh agama. ‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا (“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari’atkan penyembelihan [kurban],”) yaitu hari raya. Sedangkan ‘Ikrimah berkata, “Yaitu penyembelihan kurban.” Firman-Nya: لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ (“Agar mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka,”)
Sebagaimana tercantun di dalam ash-Shahihain, bahwasanya Anas berkata: “Rasulullah saw. datang membawa dua ekor domba yang bagus dan bertanduk, beliau menyebut nama Allah, bertakbir dan meletakkan kakinya di atas pelipis dua ekor domba tersebut.”
Firman-Nya: فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا (“Maka Ilahmu adalah Ilah Yang Mahaesa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya,”) yaitu al-ma’bud (Yang kalian ibadahi) adalah Esa, sekalipun syari’at para Nabi bermacam-macam dan sebagiannya menghapus sebagian yang lain. Seluruhnya menyeru peribadahan kepada Allah Yang Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya:
“Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada-nya: ‘Bahwasanya tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka ibadahilah olehmu sekalian akan Aku.’” (QS. Al-Anbiyaa’: 25). Untuk itu, Dia berfirman: فَلَهُ أَسْلِمُوا (“Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya,”) yaitu murnikanlah dan berserah dirilah kepada hukum-Nya dan dalam mentaati-Nya.
وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ (“Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang mukhbitin.”) Mujahid berkata: “Yaitu orang-orang yang thuma’-ninah.” Adh-Dhahhak dan Qatadah berkata: “Yaitu orang-orang yang tawadhu’.” As-Suddi berkata: “Yaitu orang-orang yang tunduk.”
Sedangkan ats-Tsuri berkata: “Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang mukhbitin, ‘yaitu’orang-orang yang thuma’-ninah lagi ridha dengan qadha Allah dan berserah diri kepada-Nya.”
Tafsir Kemenag: Allah telah menetapkan syariat bagi tiap-tiap manusia termasuk di dalamnya syariat kurban. Seseorang yang berkurban berarti ia telah menumpahkan darah binatang untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dan ingin mencari keridaan Allah.
Allah memerintahkan kepada orang-orang yang berkurban itu agar mereka menyebut dan mengagungkan nama Allah waktu menyembelih binatang kurban itu, dan agar mereka mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka. Di antara nikmat Allah itu ialah berupa binatang ternak, seperti unta, lembu, kambing dan sebagainya yang merupakan rezeki dan makanan yang halal bagi mereka.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang yang beriman dilarang mengagungkan nama apapun selain daripada nama Allah. Setelah datangnya Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir yang membawa risalah bagi seluruh umat manusia, maka agama yang benar dan harus diikuti oleh seluruh umat manusia hanyalah agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad. Firman Allah:
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab. (Ali ‘Imran/3: 19)
Lebih jelas lagi siapapun yang mencari atau berpegang pada agama selain Islam maka tidak akan diterima Allah dan termasuk orang yang rugi. Firman Allah: Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (Ali ‘Imran/3: 85)
Rasulullah saw menyembelih binatang kurban dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, sebagaimana tersebut dalam hadis beliau:
Dari Anas, ia berkata, “Rasulullah saw dibawakan dua ekor domba yang bagus (pada kedua domba itu terdapat warna putih yang bercampur hitam) yang bertanduk bagus, lalu beliau menyebut nama Allah dan bertakbir (waktu menyembelihnya) dan meletakkan kakinya di atas rusuk binatang itu.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Pada akhir ayat ditegaskan bahwa Allah yang berhak disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan kepercayaan tauhid itu telah dianut pula oleh orang-orang dahulu, karena itu patuh dan taat hanya kepada Allah, mengikuti semua perintah-perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya dan melakukan semua pekerjaan semata-mata karena-Nya dan untuk mencari keridaan-Nya.
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar menyampaikan berita gembira kepada orang-orang yang tunduk, patuh, taat, bertobat dan merendahkan dirinya kepada-Nya bahwa bagi mereka disediakan pahala yang berlipat ganda, berupa surga di akhirat nanti.
Perkataan “maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa” memberi peringatan bahwa kurban, menghormati syi’ar-syi’ar Allah, dan beribadah sesuai dengan petunjuk para rasul yang diutus kepada mereka, sekalipun ibadah dan syariat itu berbeda pada tiap-tiap umat, namun termasuk dalam agama Allah, termasuk jalan yang lurus yang harus ditempuh oleh setiap yang mengaku sebagai hamba Allah, dalam menaati dan mencari rida-Nya.
Perbedaan cara-cara beribadah antara umat-umat yang dahulu dengan umat-umat yang datang kemudian, di dalamnya umat Nabi Muhammad, janganlah dijadikan alasan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara orang-orang yang beriman. Semuanya itu dilakukan dengan tujuan untuk menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tafsir Quraish Shihab: Kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan ibadah haji itu bukan hanya disyariatkan kepada kalian saja, melainkan Kami juga telah menjadikan bagi setiap kelompok yang beriman jenis kurban tersendiri yang mereka pakai untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Pada saat menyembelih hewan kurban itu, mereka pun menyebut asma Allah dan mengagungkan-Nya sebagai rasa syukur atas nikmat pemilikan unta, sapi dan kambing yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka.
Allah yang telah memberikan syariat kepada kalian dan mereka adalah Tuhan Yang Mahaesa. Dari itu, serahkanlah semua urusan kepada-Nya semata, menjadikan amal perbuatan hanya untuk-Nya dan tidak membuat sekutu apa pun kepada-Nya.
Kemudian, berilah kabar gembira tentang surga dan pahala yang banyak, wahai Muhammad, kepada hamba Allah yang tulus ikhlas dan tunduk kepada-Nya.
Surah Al-Hajj Ayat 35
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ عَلَىٰ مَا أَصَابَهُمْ وَالْمُقِيمِي الصَّلَاةِ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Terjemahan: (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.
Tafsir Jalalain: الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ (Yaitu orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah) yakni takutlah قُلُوبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ عَلَىٰ مَا أَصَابَهُمْ (hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka) berupa musibah dan malapetaka وَالْمُقِيمِي الصَّلَاةِ (orang-orang yang mendirikan salat) yang mengerjakan salat pada waktu-waktunya.
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka) mereka menyedekahkannya.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan alangkah indahnya penafsiran ayat sesudahnya, yaitu fiirman Allah: الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ (“Orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,”) yaitu hati mereka takut kepada-Nya.
وَالصَّابِرِينَ عَلَىٰ مَا أَصَابَهُمْ (“Orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka,”) yaitu dari berbagai musibah. Al-Hasan al-Bashri berkata: “Demi Allah, sungguh Kami akan sabar atau kami akan binasa.”
وَالْمُقِيمِي الصَّلَاةِ (“Orang-orang yang mendirikan shalat,”) jumhur ulama qira-at yang tujuh, bahkan ulama yang sepuluh membacanya dengan idhafat, yaitu orang-orang yang menunaikan hak Allah yang diwajibkan kepada mereka berupa menunaikan fardhu-fardhu-Nya.
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (“Dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka,”) yaitu mereka menafkahkan rizki yang baik yang diberikan oleh Allah kepada keluarga, kerabat, orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan di kalangan mereka.
Serta mereka berbuat baik kepada makhluk dengan tetap berusaha menjaga batas-batas Allah. Sifat ini berbeda dengan sifat-sifat orang munafik, karena mereka memiliki sifat yang berlawanan dari seluruh sifat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Baraa-ah.
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini disebutkan tanda-tanda orang yang taat dan patuh kepada Allah, yaitu:
- Apabila disebutkan nama Allah di hadapan mereka, gemetarlah hati mereka, karena merasakan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Mendengar nama Allah itu timbul rasa harap dan takut dalam hati mereka. Mereka mengharapkan keridaan-Nya, sebagaimana mereka pula mengharapkan ampunan dan pahala yang disediakan Allah bagi orang yang takwa.
Mereka sangat ingin agar dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang yang bertakwa itu. Mereka takut mendengar nama Allah, karena mereka belum mempunyai persiapan yang cukup untuk menghadap-Nya, seperti ibadah yang mereka kerjakan,
perbuatan baik dan jihad yang telah mereka lakukan, semuanya itu dirasakan mereka belum cukup dikerjakan, karena itu mereka takut kepada siksa Allah, yang akan ditimpakan kepada orang-orang kafir. Mereka ingin terhindar dari siksa itu.
- Mereka sabar menghadapi segala cobaan dari Allah. Di saat mereka memperoleh rezeki dan karunia yang banyak dari Allah, mereka ingat bahwa di dalam harta mereka itu terdapat hak orang fakir dan orang miskin, karena itu mereka mengeluarkan zakat dan sedekah. Di saat mereka menjadi miskin, mereka sadar bahwa itu adalah cobaan terhadap iman mereka, karena itu kemiskinan tidak menggoyahkan iman mereka sedikitpun.
Mereka yakin bahwa cobaan dari Allah itu bermacam-macam bentuk dan ragamnya, ada yang berupa kesenangan dan ada pula berupa kesengsaraan. Hanyalah hamba Allah yang sabar dan tabahlah yang akan memperoleh keberuntungan.
- Mereka selalu mendirikan salat yang difardukan atas mereka pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
- Mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Tindakan menginfakkan harta itu mereka lakukan semata-mata untuk mencari keridaan Allah.
Tafsir Quraish Shihab: Yaitu orang-orang yang apabila asma Allah disebut, hati mereka bergetar karena takut kepada-Nya, yang tetap sabar dalam menghadapi bahaya dan kesusahan yang tengah menimpanya karena kepasrahan mereka kepada perintah dan ketentuan Allah, yang mengerjakan salat dengan benar, serta membelanjakan sebagian harta yang telah diberikan Allah dalam jalan kebaikan.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hajj Ayat 34-35 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020