Surah Al-Hajj Ayat 42-46; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Hajj Ayat 42-46

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hajj Ayat 42-46 ini, menerangkan bahwa banyak negeri yang telah dibinasakan Allah, karena penduduknya menyekutukan Allah, membuat kerusakan di muka bumi dan berlaku zalim. Banyak negeri yang dihancur luluhkan, atap-atap rumahnya roboh, kemudian ditimpa oleh reruntuhan dindingdindingnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Banyak sumur-sumur yang tidak dipergunakan lagi oleh pemiliknya disebabkan para pemiliknya telah meninggal atau musnah bersamasama dengan musnahnya negeri-negeri itu, karena kedurhakaan mereka kepada Allah.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hajj Ayat 42-46

Surah Al-Hajj Ayat 42
اوَإِن يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَعَادٌ وَثَمُودُ

Terjemahan: Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, ‘Aad dan Tsamud,

Tafsir Jalalain: وَإِن يُكَذِّبُوكَ (Dan jika mereka mendustakan kamu) ayat ini mengandung makna yang menghibur hati Nabi saw. فَقَدْ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ (maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh) lafal Qaum dimuannatskan karena memandang dari segi maknanya عَادٌ (Ad) yakni kaum Nabi Hud وَثَمُودُ (dan Tsamud) kaum Nabi Saleh.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, ‘Ad dan Samud, dan kaum Ibrahim dan kaum Lut, dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa, lalu Aku tangguhkan (azabKu) untuk orang-orang kafir, kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu).

Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi,

maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini merupakan penawar hati Nabi Muhammad saw dan hati para sahabat yang sedang susah dan gundah akibat tindakan sewenang-wenang yang dilakukan orang-orang musyrik Mekah terhadap mereka. Seakan-akan Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad, hai Muhammad jika orang-orang musyrik Mekah mendustakanmu, tidak mengindahkanmu, bahkan menentang seruan engkau, berbuat kerusakan di muka bumi,

menyakiti dan menyiksa para sahabatmu dengan cara yang beraneka ragam, janganlah kamu bersedih hati, janganlah putus asa dan kuatkanlah hatimu dalam menghadapi mereka, karena umat-umat dahulu pun telah mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka, tetapi Aku memberikan pertolongan kepada mereka, sehingga kemenangan berada pada mereka.

Allah berfirman: Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa. (Yusuf/12: 110)

Demikianlah Nuh as telah didustakan oleh kaumnya, mereka mengancam dan mendurhakainya, termasuk anaknya sendiri. Nabi Hud as telah didustakan oleh kaumnya, yaitu kaum ‘Ad, Nabi Saleh oleh kaumnya, yaitu kaum Samud, begitu pula Ibrahim, Lut, Syu’aib. Semuanya didustakan oleh kaumnya, disakiti dan disiksa, tetapi mereka tetap tabah dan sabar. Semakin keras siksa dan penentangan dari kaumnya, semakin bertambah kuat iman mereka. Akhirnya kemenangan berada di pihak mereka.

Musa telah didustakan oleh Fir’aun dan kaumnya, mereka tidak mempercayai semua mukjizat yang diperlihatkan Musa, sekalipun mereka tidak dapat mengalahkan Musa as atau mendatangkan mukjizat seperti mukjizat Nabi Musa itu. Karena mereka tetap ingkar, maka sunnah Allah berlaku bagi mereka, yaitu Allah menolong orang-orang yang beriman dan menghancurkan semua orang kafir yang durhaka kepada-Nya, pada saat yang ditentukan-Nya.

Perhatikanlah sejarah umat-umat dahulu yang menentang para rasul yang diutus kepada mereka, akhirnya semua ditimpa malapetaka yang dahsyat, sehingga kesombongan, kegembiraan dan kesenangan yang ada pada mereka beralih seketika menjadi kesedihan dan kesengsaraan yang tiada taranya. Kemudian setelah mengalami malapetaka yang dahsyat itu, di akhirat mereka akan ditimpa azab yang pedih.

Mengubah suatu kemewahan dan kesenangan menjadi suatu kesengsaraan dan penderitaan, suatu kemenangan berubah menjadi suatu kekalahan dalam waktu yang sangat singkat amatlah mudah bagi Allah Yang Mahakuasa dan Maha Bijaksana melakukannya.

Allah berfirman: Sungguh, azab Tuhanmu sangat keras. (al-Buruj/85: 12). Dan firman Allah: Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat. (Hud/11: 102).

Tafsir Quraish Shihab: Jika kamu mendapatkan pendustaan dari kaummu, wahai Nabi, janganlah bersedih. Ambillah pelajaran dari sejarah perjalanan para rasul sebelummu. Dari situ, kamu akan mendapatkan bahwa dirimu bukanlah rasul pertama yang didustakan dan disakiti oleh kaumnya. Nabi Nûh didustakan oleh kaumnya, bangsa ‘Ad mendustakan Nabi Hûd dan bangsa Tsamûd mendustakan Nabi Shâlih.

Surah Al-Hajj Ayat 43
وَقَوْمُ إِبْرَاهِيمَ وَقَوْمُ لُوطٍ

Terjemahan: dan kaum Ibrahim dan kaum Luth,

Tafsir Jalalain: وَقَوْمُ إِبْرَاهِيمَ وَقَوْمُ لُوطٍ (dan kaum Ibrahim dan kaum Luth,)

Tafsir Ibnu Katsir: وَقَوْمُ إِبْرَاهِيمَ وَقَوْمُ لُوطٍ (dan kaum Ibrahim dan kaum Luth,)

Tafsir kemenag: Ayat-ayat ini merupakan penawar hati Nabi Muhammad saw dan hati para sahabat yang sedang susah dan gundah akibat tindakan sewenang-wenang yang dilakukan orang-orang musyrik Mekah terhadap mereka. Seakan-akan Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad, hai Muhammad jika orang-orang musyrik Mekah mendustakanmu, tidak mengindahkanmu, bahkan menentang seruan engkau, berbuat kerusakan di muka bumi, menyakiti dan menyiksa para sahabatmu dengan cara yang beraneka ragam, janganlah kamu bersedih hati,

Baca Juga:  Surah An-Najm Ayat 1-4; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Janganlah putus asa dan kuatkanlah hatimu dalam menghadapi mereka, karena umat-umat dahulu pun telah mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka, tetapi Aku memberikan pertolongan kepada mereka, sehingga kemenangan berada pada mereka.

Allah berfirman: Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa. (Yusuf/12: 110)

Demikianlah Nuh as telah didustakan oleh kaumnya, mereka mengancam dan mendurhakainya, termasuk anaknya sendiri. Nabi Hud as telah didustakan oleh kaumnya, yaitu kaum ‘Ad, Nabi Saleh oleh kaumnya, yaitu kaum Samud, begitu pula Ibrahim, Lut, Syu’aib.

Semuanya didustakan oleh kaumnya, disakiti dan disiksa, tetapi mereka tetap tabah dan sabar. Semakin keras siksa dan penentangan dari kaumnya, semakin bertambah kuat iman mereka. Akhirnya kemenangan berada di pihak mereka.

Musa telah didustakan oleh Fir’aun dan kaumnya, mereka tidak mempercayai semua mukjizat yang diperlihatkan Musa, sekalipun mereka tidak dapat mengalahkan Musa as atau mendatangkan mukjizat seperti mukjizat Nabi Musa itu. Karena mereka tetap ingkar, maka sunnah Allah berlaku bagi mereka, yaitu Allah menolong orang-orang yang beriman dan menghancurkan semua orang kafir yang durhaka kepada-Nya, pada saat yang ditentukan-Nya.

Perhatikanlah sejarah umat-umat dahulu yang menentang para rasul yang diutus kepada mereka, akhirnya semua ditimpa malapetaka yang dahsyat, sehingga kesombongan, kegembiraan dan kesenangan yang ada pada mereka beralih seketika menjadi kesedihan dan kesengsaraan yang tiada taranya.

Kemudian setelah mengalami malapetaka yang dahsyat itu, di akhirat mereka akan ditimpa azab yang pedih. Mengubah suatu kemewahan dan kesenangan menjadi suatu kesengsaraan dan penderitaan, suatu kemenangan berubah menjadi suatu kekalahan dalam waktu yang sangat singkat amatlah mudah bagi Allah Yang Mahakuasa dan Maha Bijaksana melakukannya.

Allah berfirman: Sungguh, azab Tuhanmu sangat keras. (al-Buruj/85: 12). Dan firman Allah: Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat. (Hud/11: 102).

Tafsir Quraish Shihab: Begitu juga kaum nabi Ibrâhîm dan kaum nabi Lûth, mereka semua telah mendustakan keduanya.

Surah Al-Hajj Ayat 44
وَأَصْحَابُ مَدْيَنَ وَكُذِّبَ مُوسَى فَأَمْلَيْتُ لِلْكَافِرِينَ ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ

Terjemahan: dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa, lalu Aku tangguhkan (azab-Ku) untuk orang-orang kafir, kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu).

Tafsir Jalalain: وَأَصْحَابُ مَدْيَنَ (Dan penduduk Madyan) kaum Nabi Syuaib وَكُذِّبَ مُوسَ (dan telah didustakan Musa) didustakan oleh bangsa Koptik bukan oleh kaumnya sendiri yaitu Bani Israel. Maksudnya mereka semuanya mendustakan rasul-rasul mereka, hal itu menjadi perumpamaan bagimu فَأَمْلَيْتُ لِلْكَافِرِينَ (lalu Aku tangguhkan untuk orang-orang kafir) memberikan tangguh dengan mengakhirkan azab mereka ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ (kemudian Aku balas mereka) yaitu menimpakan azab kepada mereka,

فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ (maka lihatlah bagaimana besarnya kebencian-Ku) kemurkaan-Ku kepada mereka disebabkan kedustaan mereka, maka Aku binasakan mereka. Istifham di sini mengandung makna Taqrir, maksudnya azab itu benar-benar ditimpakan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَأَصْحَابُ مَدْيَنَ وَكُذِّبَ مُوسَى (“dan penduduk Madyan,dan telah didustakan Musa,”) yaitu, padahal mereka membawa ayat-ayat yang jelas dan bukti-bukti yang nyata.

فَأَمْلَيْتُ لِلْكَافِرِينَ (“Lalu Aku tangguhkan [adzab-Ku] untuk orang-orang kafir,”) yaitu Aku tunda dan Aku undurkan kepada mereka; ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ (“Kemudian Aku adzab mereka, maka bagaimana besarnya kebencian-Ku [kepada mereka itu]”) yaitu bagaimana pengingkaran-Ku dan hukuman-Ku terhadap mereka.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini merupakan penawar hati Nabi Muhammad saw dan hati para sahabat yang sedang susah dan gundah akibat tindakan sewenang-wenang yang dilakukan orang-orang musyrik Mekah terhadap mereka. Seakan-akan Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad, hai Muhammad jika orang-orang musyrik Mekah mendustakanmu, tidak mengindahkanmu, bahkan menentang seruan engkau, berbuat kerusakan di muka bumi, menyakiti dan menyiksa para sahabatmu dengan cara yang beraneka ragam, janganlah kamu bersedih hati,

janganlah putus asa dan kuatkanlah hatimu dalam menghadapi mereka, karena umat-umat dahulu pun telah mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka, tetapi Aku memberikan pertolongan kepada mereka, sehingga kemenangan berada pada mereka.

Allah berfirman: Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa. (Yusuf/12: 110)

Demikianlah Nuh as telah didustakan oleh kaumnya, mereka mengancam dan mendurhakainya, termasuk anaknya sendiri. Nabi Hud as telah didustakan oleh kaumnya, yaitu kaum ‘Ad, Nabi Saleh oleh kaumnya, yaitu kaum Samud, begitu pula Ibrahim, Lut, Syu’aib.

Semuanya didustakan oleh kaumnya, disakiti dan disiksa, tetapi mereka tetap tabah dan sabar. Semakin keras siksa dan penentangan dari kaumnya, semakin bertambah kuat iman mereka. Akhirnya kemenangan berada di pihak mereka.

Musa telah didustakan oleh Fir’aun dan kaumnya, mereka tidak mempercayai semua mukjizat yang diperlihatkan Musa, sekalipun mereka tidak dapat mengalahkan Musa as atau mendatangkan mukjizat seperti mukjizat Nabi Musa itu. Karena mereka tetap ingkar, maka sunnah Allah berlaku bagi mereka, yaitu Allah menolong orang-orang yang beriman dan menghancurkan semua orang kafir yang durhaka kepada-Nya, pada saat yang ditentukan-Nya.

Baca Juga:  Surah Asy-Syura Ayat 49-50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Perhatikanlah sejarah umat-umat dahulu yang menentang para rasul yang diutus kepada mereka, akhirnya semua ditimpa malapetaka yang dahsyat, sehingga kesombongan, kegembiraan dan kesenangan yang ada pada mereka beralih seketika menjadi kesedihan dan kesengsaraan yang tiada taranya. Kemudian setelah mengalami malapetaka yang dahsyat itu, di akhirat mereka akan ditimpa azab yang pedih.

Mengubah suatu kemewahan dan kesenangan menjadi suatu kesengsaraan dan penderitaan, suatu kemenangan berubah menjadi suatu kekalahan dalam waktu yang sangat singkat amatlah mudah bagi Allah Yang Mahakuasa dan Maha Bijaksana melakukannya.

Allah berfirman: Sungguh, azab Tuhanmu sangat keras. (al-Buruj/85: 12). Dan firman Allah: Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat. (Hud/11: 102).

Tafsir Quraish Shihab: Selain itu, penduduk Madyan mendustakan nabi mereka, Syu’aib, dan Fir’aun dan rakyatnya mendustakan nabi Mûsâ. Para rasul itu mengalami seperti yang kamu alami. Kendatipun begitu, mereka masih Aku beri kesempatan, barangkali mereka menjadi sadar dan mau memenuhi seruan kebenaran. Tetapi, ternyata mereka tetap saja melakukan pendusataan dan semakin menjadi dalam menyakiti para rasul.

Dengan kata lain, mereka semakin banyak berbuat dosa. Akhirnya mereka pun Aku hukum dengan hukuman yang paling kejam. Maka lihatlah sejarah mereka itu lagi, wahai Muhammad, akan kamu dapatkan bagaimana kejamnya hukuman yang Aku berikan kepada mereka itu. Kesenangan yang mereka dapatkan Aku ubah menjadi bencana, kesehatan menjadi kebinasaan, dan majunya pembangunan menjadi keporak- porandaan.

Surah Al-Hajj Ayat 45
فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ

Terjemahan: Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi,

Tafsir Jalalain: فَكَأَيِّن (Berapa banyaknya) sudah berapa banyak مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا (negeri yang Kami telah membinasakannya) menurut qiraat yang lain dibaca Ahlaktuhaa وَهِيَ ظَالِمَةٌ (yang penduduknya dalam keadaan zalim) para penghuninya berbuat aniaya, disebabkan kekafiran mereka فَهِيَ خَاوِيَةٌ (maka runtuhlah) roboh tembok-temboknya عَلَى عُرُوشِهَا (menutupi atap-atapnya) atap-atap rumah mereka tertutup oleh reruntuhan tembok-temboknya وَ (dan) berapa banyak pula بِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ (sumur yang terlantar) ditinggalkan begitu saja disebabkan para pemiliknya binasa وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ (dan istana yang tinggi) lagi sepi disebabkan para pemiliknya telah mati binasa.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala berfirman: فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا (“Berapalah banyaknya kota yang Kami telah binasakan,”) yaitu berapa banyak kota yang telah Aku hancurkan; وَهِيَ ظَالِمَةٌ (“Yang penduduknya dalam keadaan zhalim,”) yaitu mendustakan para Rasul-Nya; فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا (“Maka kota Itu roboh menutupi atap-atapnya.”) Adh-Dhahhak berkata: “Yaitu atap-atapnya. Artinya, rumah-rumahnya roboh dan bangunan-bangunannya sia-sia.”

وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَ (“Dan sumur yang telah ditinggalkan,”) yaitu, airnya tidak diminum dan tidak ada seorang pun mengambilnya setelah banyaknya orang yang mengambil dan berdesak-desakan karenanya. وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ (“Dan istana yang tinggi,”) ‘Ikrimah berkata: “Yaitu, batu-bata putih.” Pendapat serupa diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib, Mujahid, ‘Atha’, Sa’id bin Jubair, Abul Malih dan adh-Dhahhak. Ulama lain berpendapat, yaitu bangunan yang tinggi. Sedangkan yang lainnya berpendapat, bangunan yang dijaga dan kokoh.

Tafsir kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa banyak negeri yang telah dibinasakan Allah, karena penduduknya menyekutukan Allah, membuat kerusakan di muka bumi dan berlaku zalim. Banyak negeri yang dihancur luluhkan, atap-atap rumahnya roboh, kemudian ditimpa oleh reruntuhan dindingdindingnya.

Banyak sumur-sumur yang tidak dipergunakan lagi oleh pemiliknya disebabkan para pemiliknya telah meninggal atau musnah bersamasama dengan musnahnya negeri-negeri itu, karena kedurhakaan mereka kepada Allah.

Demikian pula banyak istana-istana dan mahligai-mahligai menjulang tinggi yang telah kosong, tidak berpenghuni lagi, karena penghuni-penghuninya yang angkuh dan sewenang-wenang itu telah musnah. Semuanya itu bagi mereka merupakan imbalan dari kedurhakaan dan keganasan mereka dan menjadi pelajaran yang berharga, bagi manusia yang datang kemudian, yang ingin memperoleh kebahagian di dunia dan di akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah memusnahkan banyak negeri karena penduduknya yang mula-mula membangun, melakukan kezaliman dan mendustakan para rasul. Rumah-rumah runtuh atapnya dan ditinggalkan para penghuni, hingga seolah-olah tidak pernah ada sebelumnya. Sumur-sumur kering tidak dapat dimanfaatkan lagi. Dan istana yang sebelumnya megah, kokoh, dilapisi batu gips, menjadi kosong tidak berpenghuni.

Surah Al-Hajj Ayat 46
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Terjemahan: maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Tafsir Jalalain: أَفَلَمْ يَسِيرُوا (Maka apakah mereka tidak berjalan) mereka orang-orang kafir Mekah itu فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا (di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami) apa yang telah menimpa orang-orang yang mendustakan sebelum mereka أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا (atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?) berita-berita tentang dibinasakannya mereka dan hancurnya negeri-negeri tempat tinggal mereka, oleh sebab itu mereka mengambil pelajaran darinya.

Baca Juga:  Surah Al-Hajj Ayat 71-72; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

فَإِنَّهَا (Karena sesungguhnya) kisah yang sesungguhnya لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada) kalimat ayat ini berfungsi mengukuhkan makna sebelumnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ (“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi,”) yaitu dengan badan dan pemikiran mereka, dan itu mencukupi. Ibnu Abid Dun-ya berkata: “Sebagian ahli hikmah berkata, “Hidupkanlah hatimu dengan berbagai nasehat, sinarilah dengan tafakkur, matikanlah dengan zuhud, kuatkanlah dengan keyakinan, hinakanlah dengan kematian, tetapkanlah dengan fana,

pandanglah bencana-bencana dunia, waspadalah permainan masa, hati-hatilah dengan perubahan hari, tampilkanlah kepadanya kisah-kisah orang terdahulu, ingatkanlah apa yang menimpa orang yang terdahulu, berjalanlah pada negeri-negeri dan peninggalan-peninggalan mereka, serta lihatlah apa yang mereka lakukan, dimana mereka berada dan karena apa mereka berubah.”‘ Yaitu, telitilah apa yang menimpa umat-umat yang mendustakan, berupa bencana dan kehancuran.”

فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا (“Lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?”) Yaitu, mereka dapat mengambil pelajaran dari semua itu.

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (“Karena sesungguhnya, bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada,”) yakni, kebutaan itu bukanlah kebutaan mata. Akan tetapi kebutaan itu hanyalah kebutaan mata hati,

sekalipun daya penglihatannya cukup bagus, karena hal itu tidak dapat menembus pelajaran dan tidak dapat mengetahui apa yang tersimpan dalam sebuah berita. Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh sebagian ahli syi’ir dalam makna ini. Yaitu Abu Muhammad ‘Abdullah bin Muhammad bin Hayyan al-Andalusi, yang wafat tahun 517:

Hai manusia yang mendengarkan seruan kecelakaan. Telah memanggilmu dua tanda kematian; uban dan kerentaan. Jika engkau tak mau mendengar peringatan, apa saja yang engkau lihat dari kepalamu yang mempunyai dua sumber pemerhati, pendengaran dan penglihatan.Tidak dikatakan buta dan tuli kecuali hanya pada manusia. yang tak dapat menggunakan dua juru petunjuknya, mata dan pengalaman.

Tidak ada masa yang kekal, demikian juga dunia, falak yang tinggi dan juga dua sumber cahaya, matahari dan bulan. Pasti semuanya berlalu dari dunia walau tak disukai tak mau berpisahnya kedua tempat, desa dan kota.

Tafsir kemenag: Orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan mengingkari seruan Nabi Muhammad saw sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara Mekah dan Syiria, serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jazirah Arab.

Mereka membawa barang dagangan dalam perjalanan melihat bekas-bekas reruntuhan negeri umat-umat yang dahulu telah dihancurkan Allah, seperti bekas-bekas negeri kaum ‘Ad dan kaum samud, bekas reruntuhan negeri kaum Lut dan kaum Syu’aib dan sebagainya.

Orang-orang musyrik Mekah telah pula mendengar kisah tragis kaum yang durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan renungkan bahwa tindakan mereka mengingkari seruan Muhammad dan menyiksa para sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para rasul yang diutus kepada mereka?

Jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah. Allah Mahakuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorang pun yang sanggup menghalanginya.

Melihat sikap orang-orang musyrik Mekah yang demikian, ternyata mata mereka tidaklah buta, karena mereka dapat melihat bekas-bekas reruntuhan negeri kaum yang durhaka itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran. Yang menutup hati mereka itu ialah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan mereka dari nenek moyang mereka dahulu.

Oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-umat terdahulu.

Tafsir Quraish Shihab: Tidakkah mereka berjalan meniti bumi untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri kehancuran orang-orang zalim dan melakukan pendustaan itu? Barangkali saja hati mereka terbangun dari tidur, memikirkan apa yang harus mereka lakukan terhadap seruan kebenaran yang disampaikan kepada mereka, dan mau mendengarkan berita-berita tentang kehancuran orang-orang kafir yang dapat diambil sebagai pelajaran.

Tetapi hati mereka telah buta dan membatu, maka mustahil mereka mau mengambil pelajaran dari apa-apa yang mereka lihat dan dengar. Buta hati, itulah buta yang sebenarnya, dan bukan mata.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hajj Ayat 42-46 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S