Surah Al-Hajj Ayat 5-7; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Hajj Ayat 5-7

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hajj Ayat 5-7 ini, menerangkan bahwa Allah telah memberi kesempatan bagi setan melakukan segala macam usaha untuk menyesatkan kaum manusia, agar manusia menjadi sesat dan ingkar sebagaimana yang telah ia lakukan. Tetapi usaha itu hanyalah dapat dilakukannya terhadap orang-orang kafir dan tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedang hamba-hamba Allah yang mukmin dan mukhlis tidak dapat mereka ganggu dan perdayakan sedikit pun.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hajj Ayat 5-7

Surah Al-Hajj Ayat 5
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ

Terjemahan: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,

kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Tafsir Jalalain: يَا أَيُّهَا النَّاسُ (Hai manusia) yakni penduduk Mekah إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ (jika kalian dalam keraguan) kalian meragukan مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم (tentang hari berbangkit, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian) bapak moyang kalian, yaitu Adam مِّن تُرَابٍ ثُمَّ (dari tanah, kemudian) Kami ciptakan anak cucunya مِن نُّطْفَةٍ (dari setetes nuthfah) air mani ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ (kemudian dari segumpal darah) darah yang kental,

ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ ٍ(kemudian dari segumpal daging) daging yang besarnya sekepal tangan مُّخَلَّقَةٍ (yang sempurna kejadiannya) telah diberi bentuk berupa makhluk yang sempurna وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ (dan yang tidak sempurna) masih belum sempurna bentuknya لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ (agar Kami jelaskan kepada kalian) kemahasempurnaan kekuasaan Kami, yaitu supaya kalian dapat mengambil kesimpulan daripadanya, bahwa Allah yang memulai penciptaan dapat mengembalikan ciptaan itu kepada asalnya.

وَنُقِرُّ (Dan Kami tetapkan) kalimat ayat ini merupakan kalimat baru فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى (di dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan) hingga ia keluar ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ (kemudian Kami keluarkan kalian) dari perut ibu-ibu kalian طِفْلًا (sebagai bayi) lafal Thiflan sekalipun berbentuk tunggal tetapi makna yang dimaksud adalah jamak ثُمَّ (kemudian) Kami memberi kalian umur secara berangsur-angsur لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ (hingga sampailah kalian kepada kedewasaan) dewasa dan kuat, yaitu di antara umur tiga puluh tahun sampai empat puluh tahun,

وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّ (dan di antara kalian ada yang diwafatkan) yakni mati sebelum mencapai usia dewasa وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ (dan ada pula di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun) amat tua sehingga menjadi pikun الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا (supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya). Sehubungan dengan hal ini Ikrimah mengatakan, “Barang siapa yang biasa membaca Alquran, niscaya ia tidak akan mengalami nasib yang demikian itu, yakni terlalu tua dan pikun.”

وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً (Dan kalian lihat bumi ini kering) gersang إِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ (kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu) menjadi hidup وَرَبَتْ (dan suburlah ia) hidup dengan suburnya وَأَنبَتَتْ (serta dapat menumbuhkan) huruf Min adalah huruf Zaidah مِن كُلِّ زَوْجٍ (berbagai macam tumbuh-tumbuhan) beraneka ragam tumbuhan بَهِيجٍ (yang indah) yakni yang baik.

Tafsir Ibnu Katsir: Tatkala Allah swt. telah menceritakan orang yang menentang terjadinya hari kebangkitan dan mengingkari hari akhirat, Dia menyebutkan bukti-bukti kekuasaan-Nya dalam menjadikan hari Kiamat, sebagaimana yang dapat disaksikan pada awal penciptaan.

Maka Dia berfirman: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ (“Hai manusia, jika kamu dalam kebimbangan,”) yaitu keraguan. Minal ba’tsi (“Tentang kebangkitan,”) yaitu hari kembali, berdirinya para ruh dan jasad, yaitu hari Kiamat.

فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ (“Maka ketahuilah, sesungguhnya Kami telah menjadikanmu dari tanah,”) yaitu asal bibit kalian adalah dari debu. Dialah yang telah menciptakan Adam dari debu tersebut. ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ (“Kemudian dari setetes mani,”) yaitu, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari setetes air yang jijik. ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ (“Kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging.”)

Hal itu adalah, ketika air mani telah bersarang di dalam rahim seorang wanita, ia akan tinggal di dalamnya selama 40 hari, demikian pula bersandarnya segala sesuatu yang bergabung kepada air tersebut. Kemudian, air itu berubah menjadi segumpal darah merah dengan izin Allah Ta’ala dan tinggal di dalamnya selama 40 hari. Kemudian, darah itu berkembang hingga menjadi mudl-ghah, yaitu segumpal daging yang belum memiliki bentuk dan garis-garis.

Kemudian, Dia mulai membentuk dan menggarisnya, dibentuklah kepala, dua tangan, dada, perut, dua paha, dua kaki dan seluruh anggota badan. Terkadang, wanita menggugurkannya sebelum terbentuk dan bergaris-garis, serta terkadang pula digugurkannya sedangkan bayi itu sudah menjadi bentuk dan garis.

Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ (“Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,”) yaitu sebagaimana kalian saksikan. لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى (“Agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,”) yaitu terkadang air itu menetap di dalam rahim, tidak digugurkan dan tidak keguguran.

Sebagaimana Mujahid berkata tentang firman-Nya: مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ (“Yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,”) yaitu keguguran itu bisa terjadi bagi yang sudah sempurna kejadiannya dan yang belum sempurna.

Jika telah berlalu empat puluh hari dan dia dalam keadaan menjadi segumpal daging, maka Allah mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya serta mengokohkannya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah berupa ketampanan, kejelekan, laki-laki dan perempuan serta mencatat rizki dan ajalnya, celaka dan bahagianya.

Sebagaimana yang tercantum di dalam ash-Shahihain, dari hadits al-A’masy, dari Zaid bin Wahab, bahwa Ibnu Mas’ud berkata: “Rasulullah saw. bersabda dan dia orang jujur yang dipercaya: ‘Sesungguhnya masing-masing di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya empat puluh hari berbentuk nuthfah, kemudian menjadi segumpal darah selama empat puluh hari pula, kemudian menjadi gumpalan seperti potongan daging selama empat puluh hari pula, kemudian diutuslah kepadanya Malaikat, lalu meniupkan kepadanya ruh dan diperintahkan untuk menulis empat perkara; ketentuan rizkinya, ketentuan ajalnya, ketentuan amalnya dan ketentuan ia akan celaka atau bahagia.’”

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 36-39; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Firman-Nya: ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا (“Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,”) yaitu bayi yang lemah badannya, pendengaran, penglihatan, perasaan, gerak dan akalnya. Kemudian Allah memberikan kepadanya kekuatan sedikit demi sedikit, serta menumbuhkan rasa kasih sayang kepada kedua orang tuanya di sepanjang siang dan malam.

Untuk itu Dia berfirman: ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ (“Kemudian kamu sampai pada kedewasaan”) yaitu kuatan itu semakin bertambah sempurna dan sampai kepada masa muda dan menjadi orang yang indah di pandang. وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى (“Dan di antara kamu ada yang diwafatkan,”) yaitu di saat muda dan kuat.

وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ (“Dan ada pula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,”) yaitu sampai tua, jompo, lemah kekuatannya, akalnya dan pemahamannya serta semakin berkurang kondisi aktifitasnya dan kelemahan berpikirnya.

Untuk itu Dia berfirman: لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا (“Supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulutelah diketahuinya,”) sebagaimana Allah Ta’ala ber-firman: “Allah, Dialah yang mencdptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikanmu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikanmu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Mahamengetahui lagi Mahakuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54)

Firman-Nya: وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً (“Dan kamu lihat bumi itu kering,”) ini merupakan bukti lain tentang kekuasaan Allah swt. untuk menghidupkan orang-orang yang mati, seperti Dia menghidupkan tanah yang mati dan kering, yaitu tanah tandus yang tidak memiliki tumbuhan sedikit pun. Qatadah berkata: “Tanah-tanah tandus dan gersang.” As-Suddi berkata: “Yaitu tanah mati.”

فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (“Kemudian apabila Kami telah turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah,”) yaitu kemudian jika Allah telah menurunkan hujan kepadanya, maka iHtazzat, yaitu dia bergerak pada tumbuh-tumbuhan serta menghidupkan dan mengembangkannya setelah kematian.

Kemudian menumbuhkan apa-apa yang dikandungnya berupa warna, berbagai jenis buah-buahan dan tanam-tanaman. Berkembanglah tumbuh-tumbuhan itu dengan berbagai ragam warna, rasa, bau, bentuk dan manfaatnya.

Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (“Dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah,”) yaitu indah dipandang dan harum baunya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menentang orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari Kiamat dan hari kebangkitan. Seandainya mereka tetap tidak mempercayainya hendaklah mereka mengemukakan alasan-alasan dan bukti-bukti yang dapat menguatkan pendapat mereka itu. Tetapi mereka tidak dapat mengemukakannya.

Karena itu Allah memberikan contoh diri mereka sendiri, yaitu mulai dari sperma-ovum, kemudian menjadi zygat, ‘alaqah, janin, kemudian lahir menjadi besar dan kemudian mati, bila menciptakan dari tiada Allah mampu, tentu saja mengulang penciptaan manusia kembali adalah lebih mudah dari penciptaan pertama kali.

Orang yang tidak percaya akan adanya hari kebangkitan menganggap kebangkitan itu merupakan suatu kejadian yang mustahil terjadi. Dalam pandangan mereka tidak mungkin tulang belulang yang telah lapuk berserakan, dan daging-daging yang telah hancur luluh menjadi tanah akan kembali bersatu dalam bentuk seperti semula. Kesanggupan dan kekuasaan Allah mereka ukur sama dengan kesanggupan dan kekuasaan mereka sendiri. Jika mereka merasa tidak sanggup melakukan sesuatu pekerjaan, tentu Allah tidak pula akan sanggup melakukannya.

Mereka yang tidak percaya itu semata-mata karena keingkaran saja, karena dikuasai hawa nafsu dan godaan setan, sedangkan hati dan akal pikiran mereka sebenarnya mengakuinya. Mereka khawatir kedudukan dan pangkat mereka akan terancam jika mereka mengikuti kepercayaan dan agama yang dibawa oleh Muhammad saw. Karena itu mereka membantah Allah tanpa berdasar ilmu pengetahuan yang benar.

Pada ayat ini Allah mengemukakan petunjuk tentang adanya hari kebangkitan dengan mengemukakan dua macam alasan. Pertama ialah berhubungan dengan proses kejadian manusia dan yang kedua berhubungan dengan proses kehidupan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan.

Proses kejadian manusia di dalam rahim ibunya dan kehidupannya dari lahir sampai mati sebagai berikut:

  1. Allah telah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam as, dari tanah. Kemudian dari Adam diciptakan istrinya Hawa, dan dari kedua makhluk itu berkembangbiaklah manusia melalui proses yang cukup panjang. Dapat pula berarti bahwa manusia diciptakan Allah melalui pembuahan ovum oleh sperma di dalam rahim perempuan. Kedua sel itu berasal dari darah, darah berasal dari makanan yang dimakan manusia, dan makanan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan dan ada yang berasal dari binatang ternak atau hewan-hewan yang lain. Semuanya itu berasal dari tanah sekalipun telah melalui beberapa proses. Karena itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa manusia itu berasal dari tanah.
  2. Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia itu berasal dari nuthfah. Yang dimaksud dengan nuthfah ialah zygat, yaitu ovum yang sudah dibuahi oleh sperma.
  3. ‘Alaqah, yaitu zygat yang sudah menempel di rahim perempuan.
  4. Mudhgah, yaitu ‘alaqah yang telah berbentuk kumpulan sel-sel daging, sebesar yang dikunyah. (mudhgah artinya mengunyah). Mudhgah itu ada yang tumbuh sempurna, tidak cacat dan ada pula yang tumbuh tidak sempurna dan cacat. Kejadian sempurna dan tidak sempurna inilah yang menimbulkan kesempurnan fisik manusia, cacat atau keguguran. Proses kejadian nuthfah menjadi ‘alaqah adalah empat puluh hari, dari ‘alaqah menjadi mudhgah” juga empat puluh hari. Kemudian setelah lewat empat puluh hari itu, Allah, meniupkan roh, menetapkan rezeki, amal, bahagia dan sengsara, menetapkan ajal dan sebagainya, sebagaimana tersebut dalam hadis: Sesungguhnya penciptaan seseorang di antara kamu disatukan dalam perut ibunya selama 40 malam dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah selama itu pula lalu menjadi mudhgah selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat, lalu meniupkan roh ke dalamnya, maka (malaikat itu) diperintahkan menulis empat kalimat, yaitu menuliskan rezekinya, amalnya, ajalnya, bahagia atau sengsara. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

Dalam hadis yang lain diterangkan: Bersabda Rasulullah saw, “Malaikat mendatangi nuthfah setelah menetap di dalam rahim 40 atau 45 hari, maka ia berkata, “Wahai Tuhanku: Burukkah atau untungkah?” (Lalu Allah memfirmankan buruk atau baiknya), maka ditulislah keduanya (yakni buruk atau baiknya).

Maka Malaikat berkata pula, “Wahai Tuhanku laki-lakikah dia atau perempuan?” (Lalu Allah memfirmankan tentang laki-lakikah dia atau perempuan), maka ditulislah keduanya (yakni laki-laki atau perempuan), dan ditulislah kerja, peninggalan, ajal dan rezekinya. Kemudian ditutuplah lembaran-lembaran itu, maka apa yang telah dituliskan di dalamnya tidak dapat ditambah atau dikurangi lagi. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Muslim)

Baca Juga:  Surah Al-Hajj Ayat 1-2; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah menetapkan proses kejadian yang demikian, yaitu membiarkan nuthfah, ‘alaqah, mudhgah sampai berbentuk janin yang sempurna dalam waktu yang ditentukan itu, adalah untuk menerangkan kepada manusia tanda-tanda kekuasaan, kebesaran dan kekokohan aturan-aturan yang dibuat-Nya,

dan untuk menjadi bahan pemikiran bagi manusia, bahwa jika Allah kuasa menciptakan manusia pada kali yang pertama, tentulah Dia kuasa pula menciptakannya pada kali yang kedua, dan menciptakan sesuatu pada kali yang kedua itu biasanya lebih mudah dari menciptakannya pada kali yang pertama.

Membangkitkan manusia dari kubur pada hakikatnya adalah menciptakan manusia pada kali yang kedua. Tentu hal itu sangat mudah bagi Allah. Bahkan jika Allah menghendaki kejadian sesuatu tidak melalui proses yang demikian, tidaklah sukar bagi Allah. Karena jika Dia menghendaki adanya sesuatu, cukuplah Dia mengatakan kepadanya, “Jadilah.” Maka terwujud sesuatu itu.

Sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (Yasin/36: 82)

  1. Kemudian janin itu dikandung ibunya selama waktu yang ditentukan Allah. Masa kandungan normal adalah sembilan bulan lebih sepuluh hari. Sekurang-kurangnya usia kandungan adalah enam bulan, sebagaimana dipahami dari ayat bahwa lama mengandung dan menyusui itu tiga puluh bulan, sedangkan lama menyusui saja dua tahun atau dua puluh empat bulan.
  2. Selanjutnya datanglah waktu kelahiran. Bayi dari hari ke hari tumbuh menjadi kanak-kanak.
  3. Kanak-kanak terus tumbuh menjadi dewasa sampai kondisi sempurna, baik jasmani maupun rohani.
  4. Di antara manusia ada yang meninggal sebelum kondisi ideal itu. Tetapi ada manusia yang baru meninggal setelah usia lanjut sampai pikun sehingga tidak dapat mengingat apa-apa lagi.

Proses perkembangan manusia dari kondisi lemah menjadi kuat dari kondisi kuat menjadi lemah kembali atau sejak lahir, menjadi dewasa dan menjadi tua dilukiskan dalam firman Allah:

Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa. (ar-Rum/30: 54)

Selanjutnya setelah manusia meninggal, kehidupan tidaklah berakhir. Tetapi mereka akan dibangkitkan kembali untuk diperiksa amal perbuatan mereka. Kemudian mereka akan diberi balasan atau ganjaran. Allah berfirman:

Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati. Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari Kiamat. (al-Mu`minun/23: 15-16)

Kemudian Allah mengemukakan petunjuk adanya hari Kiamat dan hari kebangkitan, selain yang telah dikemukakan di atas dengan memberikan contoh kehidupan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di permukaan bumi. Perhatikanlah bumi yang tandus dan kering, tiada ditumbuhi tumbuh-tumbuhan apa pun. Kemudian turunlah hujan membasahi permukaan bumi itu. Maka permukaan bumi itu mulai gembur dan subur lalu mulai ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan.

Semakin lama tumbuh-tumbuhan itu semakin besar, bahkan daun-daunnya telah menutupi permukaan bumi yang semulanya tandus, dengan warna-warni yang beraneka ragam ada yang hijau, ada yang keputih-putihan, ada yang merah dan sebagainya.

Perpaduan warna-warni daun-daunan itu sangat indah dan menakjubkan dan semakin indah oleh warna-warni bunga-bungaan yang bermacam corak warnanya. Maka permukaan bumi yang dahulunya tandus telah berubah menjadi hamparan pohon-pohon dan tanaman-tanaman yang beraneka ragam warnanya.

Setelah sampai masanya bunga-bunga itu berubah menjadi putik-putik yang berangsur-angsur besar pula, sampai menjadi buah. Pada saat buah telah masak siap untuk dipetik, maka berdatanganlah manusia yang akan memetiknya.

Buah-buahan itu merupakan rezeki yang halal bagi manusia, baik untuk dimakannya maupun untuk dijadikan keperluan yang lain yang bermanfaat baginya. Setelah itu datang lagi musim kemarau, bumi kembali menjadi kering dan tandus seperti sediakala.

Demikianlah keadaan bumi itu, yang berubah keadaannya setiap pergantian musim, dari mati dan tandus menjadi hidup dan subur ketika disirami hujan, menghasilkan buah yang bermanfaat bagi manusia, kemudian tumbuh-tumbuhan itu mati pada musim panas dan kering untuk dihidupkan kembali pada musim hujan.

Manusia yang berpikir, tentulah akan memikirkan proses hidup dan kematian bumi dan segala yang ada di permukaanya itu. Pikirannya tentu akan sampai kepada Zat yang menentukan kehidupan dan kematian itu. Manusia yang beriman dan berpikir, tentulah baginya semua proses kejadian itu menambah kuat imannya kepada kekuasaan dan keesaan Tuhan, yang menghidupkan dan mematikan makhluk-makhluk-Nya, menurut yang dikehendaki-Nya.

Jika Allah telah berbuat demikian, tentulah Dia mampu pula menciptakan dan membangkitkan manusia kembali di kemudian hari, karena mengulang penciptaan sesuatu kembali adalah lebih mudah dari menciptakannya buat pertama kalinya.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai manusia, apabila kalian ragu akan kebenaran pembangkitan Kami terhadap kalian dari kematian, maka sebetulnya dalam proses penciptaan kalian terdapat bukti tentang kekuasaan Kami untuk melakukan hal itu. Kami mula-mula telah menciptakan asal-usul kalian dari tanah. Lalu, dari tanah itu, Kami menciptakan air mani yang, pada gilirannya, Kami ubah menjadi segumpal darah padat.

Segumpal darah padat itu pun kemudian Kami jadikan sepotong daging yang adakalanya berbentuk manusia atau tidak, untuk menerangkan kekuasaan Kami dalam menciptakan sesuatu secara berangsur-angsur. Setelah itu adakalanya Kami membuat kandungan itu gugur menurut kehendak Kami, ataupun meletakkan di dalam rahim hingga kandungan menjadi sempurna hingga Kami mengeluarkan kalian dari perut ibu dalam bentuk bayi.

Kalian yang masih bayi itu kemudian Kami pelihara hingga sempurna kekuatan fisik dan akal pikirannya. Setelah itu di antara kalian ada yang dimatikan oleh Allah dan ada lagi yang dipanjangkan umurnya hingga usia lanjut dan pikun yang tidak mempunyai daya untuk mengetahui sesuatu lagi. Barangsiapa yang mula-mula menciptakan kalian dengan cara seperti itu, tidak akan ada yang dapat membuat-Nya tidak mampu untuk mengembalikan kalian lagi.

Selain bukti itu, ada bukti lain yang menunjukkan kekuasaan Allah untuk membangkitkan. Yaitu, bahwa bumi yang kalian dapati kering kerontang itu, apabila Kami turunkan air akan memperlihatkan tanda kehidupan, bergerak, mengembang, permukaannya meninggi akibat air dan udara yang menyela-nyelanya, dan akhirnya memunculkan berbagai jenis tumbuhan yang indah, memukau dan membuat senang siapa saja yang melihatnya.

Surah Al-Al-Hajj Ayat 6
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Terjemahan: Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,

Tafsir Jalalain: ذَلِكَ (Yang demikian itu) yakni hal-hal yang telah disebutkan itu mulai dari permulaan kejadian manusia hingga dihidupkannya bumi menjadi subur بِأَنَّ (karena sesungguhnya) disebabkan bahwa اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ (Allah Dialah yang hak) Yang Tetap dan Abadi وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu).

Baca Juga:  Surah Al-Hajj Ayat 30-31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ (“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq,”) yaitu Mahapencipta, pengatur dan pelaku apa saja yang dikehendaki-Nya. وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى (“Dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati,”) yaitu, sebagaimana Dia menghidupkan tanah yang mati dan menumbuhkan darinya berbagai macam jenis. “Sesungguhnya Rabb yang menghidupkannya tentu dapat nenghidupkan yang mati; Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat: 39)

Tafsir Kemenag: Setelah Allah mengemukakan proses perkembangan manusia dan tumbuh-tumbuhan itu pada ayat-ayat yang lalu, maka pada ayat-ayat berikut ini disimpulkan lima hal:

  1. Tuhan yang diterangkan pada ayat-ayat di atas adalah Tuhan yang sebenarnya, Tuhan Yang Mahakuasa, yang menentukan segala sesuatu. Tidak ada seorang pun yang sanggup menciptakan manusia dengan proses yang demikian itu, yaitu menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi mani, nutfah (zygat), sel-sel, mudhgah, janin, kemudian lahir ke dunia, lalu menjadi dewasa, berketurunan, bertambah tua, akhirnya meninggal dunia menjadi makhluk yang mati kembali. Siapakah yang sanggup membuat proses kejadian manusia seperti itu. Siapakah yang sanggup merubah tanah yang mati dan tandus menjadi tanah yang subur serta ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam. Siapakah yang membuat ketentuan dan aturan-aturan yang demikian rapi dan teliti itu, selain dari Allah yang wajib disembah?
  2. Dialah yang menghidupkan yang mati. Menghidupkan yang mati berarti memberi nyawa kepada yang mati itu, di samping memberi kelengkapan untuk kelangsungan hidup makhluk itu, baik kelangsungan hidup makhluk itu sendiri atau pun kelangsungan hidup jenisnya. Kemudian Dia mematikannya kembali. Zat yang dapat menghidupkan yang mati, kemudian mematikannya, tentu Zat itu sanggup pula menghidupkannya kembali pada hari Kebangkitan. Menghidupkan makhluk kembali itu adalah lebih mudah dari menciptakannya pada kali yang pertama.
  3. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia berbuat sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya; tidak ada sesuatu pun yang dapat mengubah dan menghalangi kehendak-Nya itu.
  4. Hari Kiamat yang dijanjikan itu pasti datang; tidak ada keraguan sedikit pun, agar orang-orang yang ingkar itu mengetahui.
  5. Bahwa setelah kiamat manusia akan dihidupkan kembali untuk diperiksa amal-amalnya dan menerima balasan amal-amal itu.

Tafsir Quraish Shihab: Penciptaan manusia dan penumbuhan tanaman yang telah disebut tadi adalah suatu saksi bahwa Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, yang menghidupkan orang mati pada hari pembangkitan, yang Mahakuasa atas segala sesuatu.

Hal itu pun menjadi suatu bukti bahwa hari kiamat benar-benar akan datang berdasarkan perwujudan janji-Nya, serta menjadi saksi bahwa Dia menghidupkan orang mati dari kuburnya untuk diadili dan diberi balasan.

Surah Al-Al-Hajj Ayat 7
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ

Terjemahan: dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.

Tafsir Jalalain: وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ (Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan) tidak diragukan lagi فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ (padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur).

Tafsir Ibnu Katsir: وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا (“Dan sesungguhnya hari Kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya,”) yaitu suatu peristiwa yang tidak diragukan dan tidak disangsikan. Wa annallaaHa yab’atsu man fil qubuur (“Dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur,”) yaitu mengulang penciptaan mereka setelah mereka menjadi bangkai di dalam kubur serta mengadakan mereka kembali setelah lenyap.

Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa Abu Rizin al-‘Uqaili berkata: “Aku mendatangi Rasulullah, lalu aku bertanya: ‘Ya Rasulullah, bagaimana Allah menghidupkan orang-orang yang mati?’ Beliau menjawab: Apakah engkau pernah melewati satu tanah kaummu yang tandus, kemudian engkau melewati tanah yang subur?’ Dia menjawab:Ya.’ Beliau berkata: Demikianlah hari dikumpulkan.’”

Tafsir Kemenag: Setelah Allah mengemukakan proses perkembangan manusia dan tumbuh-tumbuhan itu pada ayat-ayat yang lalu, maka pada ayat-ayat berikut ini disimpulkan lima hal:

  1. Tuhan yang diterangkan pada ayat-ayat di atas adalah Tuhan yang sebenarnya, Tuhan Yang Mahakuasa, yang menentukan segala sesuatu. Tidak ada seorang pun yang sanggup menciptakan manusia dengan proses yang demikian itu, yaitu menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi mani, nutfah (zygat), sel-sel, mudhgah, janin, kemudian lahir ke dunia, lalu menjadi dewasa, berketurunan, bertambah tua, akhirnya meninggal dunia menjadi makhluk yang mati kembali. Siapakah yang sanggup membuat proses kejadian manusia seperti itu. Siapakah yang sanggup merubah tanah yang mati dan tandus menjadi tanah yang subur serta ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam. Siapakah yang membuat ketentuan dan aturan-aturan yang demikian rapi dan teliti itu, selain dari Allah yang wajib disembah?
  2. Dialah yang menghidupkan yang mati. Menghidupkan yang mati berarti memberi nyawa kepada yang mati itu, di samping memberi kelengkapan untuk kelangsungan hidup makhluk itu, baik kelangsungan hidup makhluk itu sendiri atau pun kelangsungan hidup jenisnya. Kemudian Dia mematikannya kembali. Zat yang dapat menghidupkan yang mati, kemudian mematikannya, tentu Zat itu sanggup pula menghidupkannya kembali pada hari Kebangkitan. Menghidupkan makhluk kembali itu adalah lebih mudah dari menciptakannya pada kali yang pertama.
  3. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia berbuat sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya; tidak ada sesuatu pun yang dapat mengubah dan menghalangi kehendak-Nya itu.
  4. Hari Kiamat yang dijanjikan itu pasti datang; tidak ada keraguan sedikit pun, agar orang-orang yang ingkar itu mengetahui.
  5. Bahwa setelah kiamat manusia akan dihidupkan kembali untuk diperiksa amal-amalnya dan menerima balasan amal-amal itu.

Tafsir Quraish Shihab: Penciptaan manusia dan penumbuhan tanaman yang telah disebut tadi adalah suatu saksi bahwa Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, yang menghidupkan orang mati pada hari pembangkitan, yang Mahakuasa atas segala sesuatu.

Hal itu pun menjadi suatu bukti bahwa hari kiamat benar-benar akan datang berdasarkan perwujudan janji-Nya, serta menjadi saksi bahwa Dia menghidupkan orang mati dari kuburnya untuk diadili dan diberi balasan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hajj Ayat 5-7 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S