Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hujurat Ayat 14-18 ini, menerangkan hakikat iman yang sebenarnya yaitu bahwa orang-orang yang diakui mempunyai iman yang sungguh-sungguh hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, tanpa keragu-raguan sedikit pun dan tidak goyah pendiriannya apa pun yang dihadapi.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 14-18
Surah Al-Hujurat Ayat 14
قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّا قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِى قُلُوبِكُمۡ وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيۡـًٔا إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Terjemahan: “Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Tafsir Jalalain: قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ (Orang-orang Arab Badui itu berkata,) yang dimaksud adalah segolongan dari kalangan Bani Asad ءَامَنَّا (“Kami telah beriman”) yakni hati kami telah beriman. قُل (Katakanlah) kepada mereka, لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا (“Kalian belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah berserah diri,'”) artinya, kami telah tunduk secara lahiriah وَلَمَّا (karena masih belumlah) yakni masih belum lagi يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِى قُلُوبِكُمۡ (iman masuk ke dalam hati kalian) sampai sekarang hanya saja hal itu baru merupakan dugaan bagi kalian.
وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ (dan jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya) yakni dengan cara beriman yang sesungguhnya dan taat dalam segala hal لَا يَلِتۡكُم (Dia tidak akan mengurangi) Dia tidak akan mengurangkan مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ (amal-amal kalian) yakni pahala amal-amal kalian شَيۡـًٔا إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ (barang sedikit pun; sesungguhnya Allah Maha Pengampun) kepada orang-orang mukmin رَّحِيمٌ (lagi Maha Penyayang”) kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengingkari orang-orang Arab Badui yang mengklaim bahwa keimanan telah bersemayam dalam diri mereka pada saat pertama kali mereka masuk Islam, padahal tidak ada keimanan sedikitpun yang tertanam dalam diri mereka.
قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّا قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِى قُلُوبِكُمۡ (“orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah: ‘Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu’) dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa iman itu lebih khusus daripada Islam, sebagaimana hal itu menajadi pendapat ahlus sunnah wal jama’ah.
Yang demikian itu ditunjukkan pula oleh hadits Jibril a.s. ketika ia bertanya tentang Islam, lalu tentang iman, kemudian tentang ihsan. Dengan demikian, ia menyebutkannya secara bertingkat, dari yang umum kepada yang lebih khusus.
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya, ia bercerita: “Bahwa Rasulullah saw. pernah memberi kepada beberapa orang laki-laki, tetapi beliau tidak memberi sesuatupun kepada salah seorang dari mereka. Maka Sa’ad bertanya:
‘Ya Rasulallah, engkau berikan kepada si fulan dan si fulan, tetapi tidak memberi sesuatu pun kepada si fulan itu, padahal ia seorang mukmin.’ Nabipun bersabda: ‘Apakah ia muslim?’ Sehingga Sa’ad mengulanginya sampai tiga kali, dan Nabi tetap mengatakan: ‘Apakah ia muslim?’
Setelah itu Nabi saw. bersabda: ‘Sesungguhnya aku akan memberi beberapa orang dan meninggalkan orang yang paling aku sukai di antara mereka, sehingga aku tidak memberinya sesuatu pun karena khawatir mereka akan merangkak ke neraka di atas wajah mereka.’” Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab ash-Shahihain, dari hadits az-Zuhri.
Dengan demikian Nabi membedakan antara orang mukmin dengan muslim, sehingga hal itu menunjukkan bahwa iman itu lebih khusus daripada Islam. Dan kami telah menetapkan hal tersebut dengan dalil-dalil yang terdapat di awal syarah kitab al-iimaan dalam kitab Shahih al-Bukhari. Segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah.
Hal itu menunjukkan bahwa orang tersebut adalah muslim dan bukan munafik, karena beliau tidak memberikan sesuatu dan mengantarkannya pada keislaman. Dan hal ini menunjukkan bahwa orang-orang Badui yang disebutkan dalam ayat tersebut bukan orang-orang munafik, tetapi mereka adalah orang-orang Islam yang dalam hati mereka belum tertanam keimanan.
Lalu mereka mengklaim suatu kedudukan yang lebih tinggi dari apa yang telah mereka capai, sehingga diberikan pengarahan kepada mereka tentang hal tersebut. Dan itulah makna ucapan Ibnu ‘Abbas, Ibrahim an-Nakha’i, dan Qatadah, dan makna itu pula yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Seandainya mereka itu orang-orang munafik, tentulah mereka akan dikasari dan dibuka aib mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam surah bara’ah [at-taubah]. Dan hal itu dikatakan kepada mereka sebagai bentuk pengarahan semata.
قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِى قُلُوبِكُمۡ (“Katakanlah: ‘Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu’) maksudnya, ketika kalian masuk Islam pertama kali, kalian belum sampai pada hakekat keimanan. Lalu Allah berfirman:
وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيۡـًٔا (“Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia tidak akan mengurangi sedikitpun amalanmu.”) maksudnya hal itu tidak akan mengurangi pahala kalian sedikitpun. Hal itu sama seperti firman Allah berikut ini: (“Dan Kami tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.”)(ath-Thuur: 21).
Dan firman Allah: إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (“Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”) yaitu terhadap orang-orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.
Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa orang-orang Arab Badui yang mengaku bahwa diri mereka telah beriman. Ucapan mereka itu dibantah oleh Allah. Sepantasnya mereka itu jangan mengatakan telah beriman karena iman yang sungguh-sungguh ialah membenarkan dengan hati yang tulus dan percaya kepada Allah dengan seutuhnya.
Hal itu belum terbukti karena mereka memperlihatkan bahwa mereka telah memberikan kenikmatan kepada Rasulullah saw dengan keislaman mereka dan dengan tidak memerangi Rasulullah saw. Mereka dilarang oleh Allah mengucapkan kata beriman itu dan sepantasnya mereka hanya mengucapkan ‘kami telah tunduk masuk Islam, karena iman yang sungguh-sungguh itu belum pernah masuk ke dalam hati mereka. Apa yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan isi hati mereka.
Az-Zajjaj berkata, “Islam itu ialah memperlihatkan kepatuhan dan menerima apa-apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Dengan memperlihatkan patuh itu terpeliharalah darah dan jiwa, dan jika ikrar tentang keislaman itu disertai dengan tasdiq (dibenarkan hati), maka barulah yang demikian itu yang dinamakan iman yang sungguh-sungguh.
Jika mereka benar-benar telah taat kepada Allah dan rasul-Nya, ikhlas berbuat amal, dan meninggalkan kemunafikan, maka Allah tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalan mereka, bahkan akan memperbaiki balasannya dengan berlipat ganda.” Terhadap manusia yang banyak berbuat kesalahan, di mana pun ia berada, Allah akan mengampuninya karena Dia Maha Pengampun terhadap orang yang bertobat dan yang beramal penuh keikhlasan.
Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang Arab Badui berkata dengan lisan mereka, “Kami telah beriman.” Katakanlah kepada mereka, hai Muhammad, “Kalian belum beriman. Sebab hati kalian masih belum percaya terhadap apa yang kalian katakan. Tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk kepada risalahmu,’ karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian.”
Jika kalian benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada sedikit pun pahala amal perbuatan kalian yang dikurangi. Sesungguhnya Allah Mahaagung ampunan-Nya terhadap para hamba, lagi Maha Memiliki rahmat yang luas terhadap segala sesuatu.
Surah Al-Hujurat Ayat 15
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
Terjemahan: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Tafsir Jalalain: إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (Sesungguhnya orang-orang yang beriman) yakni orang-orang yang benar-benar beriman, sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ (hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu) dalam keimanannya,
وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ (dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah) mereka benar-benar berjihad berkat kesungguhan iman mereka أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ (mereka itulah orang-orang yang benar) dalam keimanan mereka, bukan seperti orang-orang yang mengatakan, “Kami telah beriman”, sedangkan dalam diri mereka yang dijumpai hanya ketundukan belaka.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (“Sesungguhnya orang-orang yang beriman”) maksudnya orang-orang yang beriman secara sempurna: ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ (“adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu.”) yakni, tidak bimbang dan tidak pula goyah, bahkan mereka semakin kokoh dalam satu keadaan, yaitu keimanan yang sebenarnya.
وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ (“dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.”) yakni mengerahkan seluruh jiwa dan harta benda mereka untuk berbuat taat kepada Allah dan mencari keridlaan-Nya.
أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ (“Mereka itulah orang-orang yang benar.”) yaitu benar dalam ucapan mereka jika mereka mengatakan bahwa mereka beriman, dan tidak seperti sebagian orang-orang Arab Badui yang mereka tidak beriman melainkan hanya perkataan lahiriah semata.
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan hakikat iman yang sebenarnya yaitu bahwa orang-orang yang diakui mempunyai iman yang sungguh-sungguh hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, tanpa keragu-raguan sedikit pun dan tidak goyah pendiriannya apa pun yang dihadapi. Mereka menyerahkan harta dan jiwa dalam berjihad di jalan Allah semata-mata untuk mencapai keridaan-Nya.
Orang mukmin di dunia ada tiga golongan: pertama, orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu dan berjihad fi sabilillah dengan harta dan dirinya. Kedua, orang yang tidak mengganggu harta dan diri orang lain. Ketiga, orang yang mendapatkan kemuliaan ambisi, ia meninggalkannya karena Allah. (Riwayat Ahmad dari Abu Sa’id al-Khudri)
Mereka itulah orang-orang yang imannya diakui oleh Allah. Tidak seperti orang-orang Arab Badui itu yang hanya mengucapkan beriman dengan lidah belaka, sedangkan hati mereka kosong karena mereka masuk Islam itu hanya karena takut akan tebasan pedang, hanya sekadar untuk mengamankan jiwa dan harta bendanya.
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang sebenarnya adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian tidak ada keraguan sedikit pun di dalam hati mereka terhadap apa yang diimaninya, dan berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Hanya mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Surah Al-Hujurat Ayat 16
قُلۡ أَتُعَلِّمُونَ ٱللَّهَ بِدِينِكُمۡ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ
Terjemahan: “Katakanlah: “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?”
Tafsir Jalalain: قُلۡ (Katakanlah) kepada mereka أَتُعَلِّمُونَ ٱللَّهَ بِدِينِكُمۡ (“Apakah kalian akan memberitahukan kepada Allah tentang agama kalian) lafal أَتُعَلِّمُونَ berasal dari ‘Allama yang artinya Sya’ara atau memberitahukan. Maksudnya, apakah kalian melalui perkataan kalian, ‘Kami telah beriman’, hendak memberitahukan kepada Allah tentang keyakinan kalian (padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Mengetahui segala sesuatu.”).
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: قُلۡ أَتُعَلِّمُونَ ٱللَّهَ بِدِينِكُمۡ (“Katakanlah [kepada mereka]: ‘Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah tentang agamamu [keyakinanmu]?”) maksudnya, apakah kalian memberitahukan kepada-Nya tentang segala sesuatu yang tersimpan di dalam hati nurani kalian?
وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ (“Padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”) maksudnya, tidak ada sesuatupun sebesar biji atom di muka bumi dan juga di atas langit, atau bahkan yang lebih kecil atau lebih besar darinya yang tersembunyi dari-Nya. وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ (“Dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.”)
Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar bertanya kepada orang-orang Arab Badui itu, apakah mereka akan memberitahukan kepada Allah tentang keyakinannya yang telah tersimpan di dalam hatinya, padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, termasuk apa yang terkandung di dalam hati mereka karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tafsir Quraish Shihab: Wahai Muhammad, katakanlah kepada mereka untuk menjelaskan kebohongan pengakuan beriman mereka, “Apakah kalian akan menjelaskan kepada Allah tentang keyakinan hati kalian.” Padahal hanya Allah yang mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Surah Al-Hujurat Ayat 17
يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَىَّ إِسۡلَٰمَكُم بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ
Terjemahan: “Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar”.
Tafsir Jalalain: يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَىَّ إِسۡلَٰمَكُم ب (Mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka) tanpa melalui perang, berbeda dengan orang-orang selain mereka yang masuk Islam setelah melalui peperangan terlebih dahulu.
بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ (Katakanlah, “Janganlah kalian merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislaman kalian) lafal Islamakum dinashabkan karena huruf Jarrnya yaitu Ba dicabut darinya, sebagaimana keberadaan huruf Ba ini diperkirakan pula sebelum An pada permulaan ayat,
أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepada kalian dengan menunjuki kalian kepada keimanan, jika kalian adalah orang-orang yang benar”) di dalam perkataan kalian yang menyatakan, “Kami telah beriman.”.
Tafsir Ibnu Katsir: يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَىَّ إِسۡلَٰمَكُم (“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: ‘Jangan kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku tentang keislamanmu.”) yakni, orang-orang Arab Badui yang telah merasa memberikan nikmat kepada Rasulullah saw. melalui keislaman, ketundukan, dan pertolongan mereka terhadap beliau. Maka Allah Ta’ala memberikan bantahan kepada mereka melalui firman-Nya:
قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَىَّ إِسۡلَٰمَكُم (“Katakanlah: ‘Jangan kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku tentang keislamanmu.”) sesungguhnya manfaat semua itu hanyalah kembali kepada kalian juga. Hanya milik Allah saja kenikmatan yang dikaruniakan kepada kalian di dalam keislaman kalian itu.
بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (“sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.”) maksudnya, dalam pengakuan kalian tentang hal itu, sebagaimana yang telah disabdakan Nabi saw. kepada kaum Anshar pada saat terjadi perang Hunain:
“Wahai sekalian kaum Anshar, bukankah sebelum ini aku dapati kalian berada dalam kesesatan kemudian Allah memberikan petunjuk kepada kalian melalui diriku? Bukankah kalian sebelum ini dalam keadaan bercerai-berai kemudian Allah menjadikan kalian bersatu melalui diriku juga?
Dan bukankah kalian sebelum ini termasuk orang-orang miskin, kemudian Allah memberikan kecukupan kepada kalian melalui diriku?” setiap kali Nabi mengatakan sesuatu maka mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih dapat memberikan nikmat.”
Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa orang-orang Arab Badui itu merasa telah memberi nikmat kepada Rasulullah saw. Mereka menganggap bahwa keislaman dan ketundukan mereka kepada Nabi Muhammad itu harus dipandang suatu nikmat yang harus disyukuri oleh Nabi.
Kemudian Allah memerintahkan kepada rasul-Nya supaya membantah ucapan mereka yang selalu menonjol-nonjolkan pemberian nikmat karena sesungguhnya hanya Allah yang melimpahkan nikmat kepada mereka dengan menunjuki mereka keimanan, jika mereka sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang benar imannya.
Tafsir Quraish Shihab: Mereka menganggap bahwa keislaman mereka itu adalah sebagai nikmat yang mereka berikan kepadamu, Muhammad, sehingga kamu harus berterimakasih kepada mereka. Katakan kepada mereka, “Janganlah kalian merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislaman kalian.
Kebaikannya adalah untuk diri kalian sendiri. Sebenarnya Allahlah yang melimpahkan nikmat kepada kalian dengan memberi petunjuk kepada keimanan jika kalian adalah orang-orang yang benar dalam pengakuan kalian.”
Surah Al-Hujurat Ayat 18
وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
Terjemahan: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ غَيۡبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi) yakni apa-apa yang tidak kelihatan pada keduanya. وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ (Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan) dapat dibaca Ta’maluuna atau Ya’maluuna, kalau dibaca Ya’maluuna artinya, Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Maksudnya tiada sesuatu pun darinya yang samar bagi-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir: Al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzar meriwayatkan, kemudian Allah swt. mengulang-ulangi berita melalui pengetahuan-Nya tentang segala sesuatu dan penglihatan-Nya terhadap semua perbuatan makhluk. Lalu Allah berfirman: وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ (“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah Mahamelihat apa yang kamu kerjakan.”)
Tafsir Kemenag: Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Mengetahui apa-apa yang gaib di langit dan di bumi. Dia-lah yang melihat apa yang tersembunyi di dalam hati, dan apa yang diucapkan oleh lidah karena Allah Maha Melihat apa yang dikerjakan oleh seluruh hamba-hamba-Nya.
Tafsir Quraish Shihab: Allah sungguh mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi, dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hujurat Ayat 14-18 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020