Surah Al-Jatsiyah Ayat 16-20; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Jatsiyah Ayat 16-20

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Jatsiyah Ayat 16-20 ini, menerangkan bahwa Al-Qur’an itu adalah pedoman hidup bagi manusia, petunjuk dan rahmat yang dikaruniakan kepada hamba-Nya yang meyakininya. Al-Qur’an disebut pedoman karena di dalamnya terdapat dalil-dalil dan keterangan-keterangan agama yang sangat mereka perlukan untuk kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan mereka di akhirat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Jatsiyah Ayat 16-20

Surah Al-Jatsiyah Ayat 16
وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا بَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ

Terjemahan: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya).

Tafsir Jalalain: وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا بَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡكِتَٰبَ (Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israel Alkitab) yakni Taurat وَٱلۡحُكۡمَ (dan hukum) yakni kitab Taurat sebagai sumber hukum untuk memutuskan perkara di antara orang-orang Bani Israel وَٱلنُّبُوَّةَ (dan kenabian) kepada Musa dan Harun, di antara mereka وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ (dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik) atau rezeki-rezeki yang halal, yaitu manna dan salwa وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ (dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa) atas orang-orang pandai di zamannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah menyebutkan apa yang telah Dia karuniakan kepada bani Israil berupa diturunkannya kitab-kitab kepada mereka serta diutus-Nya para Rasul dan dijadikannya raja ditengah-tengah mereka. Oleh karena itu Allah berfirman:

وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا بَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ (“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada bani Israil al-Kitab [Taurat], kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rizky-rizky yang baik.”) yakni berupa makanan dan minuman. وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ (“Dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa.”) yaitu pada zaman mereka.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Bani Israil telah diberi Kitab Taurat, kemampuan memahami agama, kenabian, rezeki yang berlimpah dan keutamaan yang melebihi bangsa-bangsa lain pada masanya itu.

Anugerah yang diberikan Allah kepada Bani Israil pada waktu itu adalah seimbang dengan sikap dan usaha Bani Israil menegakkan agama Allah. Karena itu, keutamaan yang diberikan itu juga merupakan keutamaan dunia dan akhirat.

Dalam ayat yang ini disebutkan enam macam anugerah yang telah diberikan kepada mereka, yaitu: Pertama : Kitab Taurat. Kitab ini diturunkan kepada Nabi Musa. Di dalamnya terdapat petunjuk, pelajaran dan ketentuan-ketentuan yang dapat membimbing Bani Israil ke jalan yang benar. Kitab ini khusus diturunkan Allah untuk Bani Israil.

Kedua : Kemampuan memahami agama Allah. Dengan kemampuan ini, Musa, Harun beserta pemimpin kaumnya dapat menjelaskan persengketaan yang terjadi di antara kaumnya dan dengan kemampuan ini pula dapat diterangkan agama Allah kepada Bani Israil dengan baik.

Ketiga : Kenabian Banyak di antara para rasul dan para nabi yang diutus Allah diangkat dari Bani Israil; ada di antara mereka sebagai Nabi saja seperti Nabi Khidir, ada pula sebagai nabi dan rasul seperti Musa, Harun, Ayyub, dan lain-lain, dan ada pula nabi dan rasul yang diangkat dari kalangan mereka di samping bertugas sebagai nabi dan rasul, juga sebagai kepala negara seperti Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.

Dengan demikian, terhimpunlah kekuasaan dunia dan agama pada mereka. Keempat : Rezeki yang berlimpah-limpah Bani Israil telah dianugerahi Allah masa kejayaan dan keemasan pada masa-masa pemerintahan Nabi Daud dan pada masa pemerintahan putranya Sulaiman.

Banyak kisah yang menceritakan keagungan dan kejayaan Bani Israil pada masa kedua pemerintahan anak dan bapak itu. Kekuasaan dan kebijaksanaan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman diterangkan dalam Al-Qur’an. Apa yang pernah dicapai Bani Israil pada waktu itu tidak diperoleh oleh bangsa lain yang sezaman dengannya.

Kelima : Keutamaan mereka yang melebihi bangsa-bangsa lain pada zamannya yaitu pada zaman Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Keenam: Allah telah memberikan kepada mereka hukum-hukum dan ajaran-ajaran yang diperkuat dengan mukjizat-mukjizat. Hal ini yang mendorong mereka untuk bersatu dan mereka tidak berselisih melainkan hanya perselisihan yang ringan yang tidak membawa kemudaratan. Akan tetapi tatkala datang ilmu kepada mereka, mereka berselisih sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah tersebut di atas.

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 100; Seri Tadabbur Al Qur'an

Perselisihan di antara mereka itu timbul setelah datang hujjah (argumen) yang nyata karena perebutan soal pimpinan dan kedengkian di antara mereka. Sehubungan dengan keutamaan yang diperoleh Bani Israil ini, Ibnu ‘Abbas pernah berkata,

“Tidak ada seorang pun di antara orang-orang di dunia ini yang dicintai Allah melebihi mereka itu.” Allah telah menampakkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat, didengar, dan dipahami mereka. Mereka pun mengikuti segala petunjuk Allah. Demikian keadaan Bani Israil pada zaman itu.

Tafsir Quraish Shihab: Kami bersumpah, bahwa Kami telah memberikan kitab Tawrât, dengan cakupan hukum yang dikandungnya, dan karunia kenabian yang diilhamkan dari sisi Allah kepada Banû Isrâ’îl. Kami juga telah menganugerahkan mereka berbagai macam kebaikan, dan melebihkan mereka dengan banyak karunia di atas semua makhluk.

Surah Al-Jatsiyah Ayat 17
وَءَاتَيۡنَٰهُم بَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَمَا ٱخۡتَلَفُوٓاْ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡعِلۡمُ بَغۡيًۢا بَيۡنَهُمۡ إِنَّ رَبَّكَ يَقۡضِى بَيۡنَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ فِيمَا كَانُواْ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَ

Terjemahan: “Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian yang ada di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.

Tafsir Jalalain: وَءَاتَيۡنَٰهُم بَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ (Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan) agama, menyangkut masalah halal dan haram, serta berita tentang akan diutusnya Nabi Muhammad saw. فَمَا ٱخۡتَلَفُوٓاْ (maka mereka tidak berselisih) tentang diutusnya Nabi Muhammad إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡعِلۡمُ بَغۡيًۢا بَيۡنَهُمۡ (melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena permusuhan di antara mereka) karena permusuhan yang ada di antara mereka sebab mereka dengki kepada Nabi Muhammad.

إِنَّ رَبَّكَ يَقۡضِى بَيۡنَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ فِيمَا كَانُواْ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَ (Sesungguhnya Rabbmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.).

Tafsir Ibnu Katsir: وَءَاتَيۡنَٰهُم بَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ (“Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan.”) yakni hujjah-hujjah, bukti-bukti, dalil-dalil qath’i. Maka tegaklah hujjah-hujjah bagi mereka, dan setelah itu terjadi perselisihan di antara mereka, dan sesungguhnya yang demikian itu dikarenakan kedengkian sebagian mereka atas sebagian yang lainnya.

إِنَّ رَبَّكَ (“Sesungguhnya Rabb-mu”) hai Muhammad, يَقۡضِى بَيۡنَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ فِيمَا كَانُواْ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَ (“Akan memutuskan antara mereka pada hari Kiamat terhadap apa yang mereka selalu perselisihkan padanya.”) maksudnya, Dia akan memberikan rincian di antara mereka dengan hikmah keadilan. Dan di dalamnya terdapat peringatan bagi umat ini agar tidak menempuh jalan serta menghindari manhaj mereka.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, dijelaskan keutamaan yang keenam yang pernah diberikan Allah kepada Bani Israil yaitu bahwa Allah telah memberikan kepada mereka kemampuan memahami dalil-dalil dan keterangan-keterangan tentang agama. Keterangan itu adakalanya berupa hukum, peringatan, dan ada pula yang berupa mukjizat.

Semua dipahami dan dilaksanakan dengan baik sehingga kehidupan mereka menjadi baik, tidak terjadi perselisihan sesama mereka dan ikatan masyarakat mereka menjadi baik pula, karena itu banyak usaha besar yang dapat mereka lakukan waktu itu.

Sebenarnya ketentuan seperti di atas tidak saja berlaku bagi Bani Israil, tetapi juga berlaku bagi semua bangsa yang mau melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan-Nya serta tunduk, patuh dan berserah diri kepada-Nya. Jika demikian, maka kebahagiaan yang diperoleh tidak saja berupa kebahagiaan dunia, tetapi juga kebahagiaan akhirat.

Seakan-akan dengan ayat ini Allah mengingatkan manusia agar mencontoh kehidupan Bani Israil pada zaman dahulu itu. Pada akhir ayat ini Allah menerangkan sebab-sebab terjadinya perselisihan di kalangan Bani Israil yang datang kemudian.

Nabi-nabi mereka dahulu pernah menerangkan bahwa akan datang Nabi penutup nanti, yang diutus kepada semua manusia. Nabi itu termasuk keturunan Ibrahim dari anaknya Ismail. Setelah Nabi yang dimaksud itu datang dan memberikan keterangan sesuai dengan keterangan yang disampaikan nabi-nabi mereka dahulu, mereka pun mengingkarinya, dan tidak mempercayainya.

Kedengkian itu timbul karena Nabi yang diutus itu bukan dari keturunan Ishak, dan mereka menganggap bahwa keturunan Ishak lebih mulia dari keturunan Ismail walaupun keduanya adalah saudara seayah (Nabi Ibrahim). Karena itu, tidak pantas nabi dan rasul terakhir diangkat dari keturunannya.

Baca Juga:  Tadabbur Al Qur'an; Surah Ali Imran Ayat 62-70

Allah berfirman: Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. (asy-Syura/42: 14) Mengenai masalah yang mereka persengketakan itu, Allah akan memberikan keputusan-Nya pada hari Kiamat dan akan menjelaskan alasan yang sebenarnya yang menyebabkan terjadinya perselisihan di antara mereka.

Pada saat itu, tampak dengan jelas hasad dan kedengkian mereka, yang menjurus kepada fanatik golongan sehingga nikmat yang semula harus disyukuri, malah menjadikan mereka sombong dan takabur.

Tafsir Quraish Shihab: Kami pun telah memberi mereka berbagai bukti yang jelas, yaitu ajaran agama mereka. Tetapi, tidak pernah terjadi perselisihan di antara mereka, kecuali setelah mereka diberi pengetahuan tentang hakikat agama dan hukum-hukumnya, karena sikap permusuhan dan dengki di antara sesama mereka.

Sesungguhnya Tuhan akan memutuskan pengadilan di antara orang-orang yang berselisih itu kelak di hari kiamat mengenai perkara yang dahulu mereka perselisihkan.

Surah Al-Jatsiyah Ayat 18
ثُمَّ جَعَلۡنَٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَٱتَّبِعۡهَا وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ

Terjemahan: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ جَعَلۡنَٰكَ (Kemudian Kami jadikan kamu) hai Muhammad عَلَىٰ شَرِيعَةٍ (berada di atas suatu syariat) yakni peraturan مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ (dari urusan itu) dari urusan agama فَٱتَّبِعۡهَا وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ (maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui) untuk menyembah kepada selain Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu Allah berfirman: ثُمَّ جَعَلۡنَٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَٱتَّبِعۡهَا (“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at [peraturan] dari urusan [agama] itu, maka ikutilah syariat itu.”) maksudnya ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu oleh Rabb-mu, yang tidak ada yang berhak diibadahi selain Dia. Dan berpalinglah kalian dari orang-orang musyrik.

وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ ( dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. _dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.)

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar jangan terpengaruh oleh sikap orang-orang Quraisy karena Allah telah menetapkan urusan syariat yang harus dijadikan pegangan dalam menetapkan urusan agama dengan perantara wahyu. Maka peraturan yang termuat dalam wahyu itulah yang harus diikuti, tidak boleh mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahuinya.

Syariat yang dibawa oleh para rasul terdahulu dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad pada asas dan hakikatnya sama, sama-sama berasaskan tauhid, membimbing manusia ke jalan yang benar, mewujudkan kemaslahatan dalam masyarakat, menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat mungkar. Jika terdapat perbedaan, maka perbedaan itu bukan masalah pokok, hanya dalam pelaksanaan ibadah dan cara-caranya. Hal itu disesuaikan dengan keadaan, tempat dan waktu.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian, setelah terjadi perselisihan di antara Ahl al-Kitâb itu, Kami menjadikanmu, Muhammad, sebagai seorang utusan yang berada di atas ajaran syariat agama yang jelas yang telah Kami syariatkan kepadamu dan kepada rasul-rasul sebelummu. Maka dari itu, ikutilah syariatmu yang benar dan diperkuat dengan hujah-hujah dan bukti-bukti itu. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui jalan yang benar.

Surah Al-Jatsiyah Ayat 19
إِنَّهُمۡ لَن يُغۡنُواْ عَنكَ مِنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔا وَإِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ وَٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلۡمُتَّقِينَ

Terjemahan: “Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.

Tafsir Jalalain: إِنَّهُمۡ لَن يُغۡنُواْ (Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat memberikan manfaat) mereka tidak akan dapat menolak عَنكَ مِنَ ٱللَّهِ (atas kamu dari siksaan Allah) yakni azab-Nya شَيۡـًٔا وَإِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ (barang sedikit pun. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu) orang-orang kafir itu بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ وَٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلۡمُتَّقِينَ (sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain dan Allah adalah Pelindung orang-orang yang bertakwa.).

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 72; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: إِنَّهُمۡ لَن يُغۡنُواْ عَنكَ مِنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔا وَإِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ (“Dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-sekali tidak akan dapat menolak darimu sedikitpun dari [siksaan] Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu, sebagian mereka tidak berarti bagi sebagian yang lain.”) maksudnya pertolongan sebagian mereka itu tidak berarti bagi sebagian lainnya, karena mereka itu tidak menambah kecuali kerugian, kehancuran, dan kebinasaan.

وَٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلۡمُتَّقِينَ (“Dan Allah adalah Pelindung orang-orang yang bertakwa.”)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik tidak mengetahui syariat Allah dan tidak mengakui keesaan-Nya. Karenanya mereka tidak akan dapat menolak atau menghindari azab Allah yang ditimpakan kepada mereka di akhirat. Kemudian diterangkan bahwa orang-orang musyrik itu saling menolong antara yang satu dengan yang lain dalam melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.

Ditegaskan bahwa tipu muslihat mereka dijalankan dengan bersekongkol untuk merintangi dan merusak agama Islam dan memecah belah kaum Muslimin. Hal seperti ini dapat mereka lakukan selama hidup di dunia saja, sedangkan di akhirat nanti hal itu tidak dapat mereka lakukan.

Pada hari itu, seseorang tidak dapat menolong orang lain dan tidak dapat menanggung dosa orang lain; tiap-tiap orang bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri-sendiri. Pada akhir ayat, Allah menegaskan bahwa Dia pelindung orang yang bertakwa. Takwa yang mereka lakukan untuk mencari keridaan Allah itu dibalas oleh-Nya dengan pahala yang berlipat ganda di akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang berbuat kebatilan dan sangat mengharapkan agar kamu mau mengikuti mereka, tidak akan dapat melindungimu sedikit pun dari siksa Allah jika kamu benar-benar mengikuti mereka.

Orang-orang yang melampaui batas-batas Allah, masing-masing sungguh menjadi penolong bagi yang lain dalam melakukan kebatilan. Dan Allah akan menjadi penolong bagi orang-orang yang takut kepada-Nya, sehingga mereka tidak akan terpengaruh oleh kejahatan orang-orang zalim.

Surah Al-Jatsiyah Ayat 20
هَٰذَا بَصَٰٓئِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحۡمَةٌ لِّقَوۡمٍ يُوقِنُونَ

Terjemahan: “Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

Tafsir Jalalain: هَٰذَا (Inilah) Alquran ini بَصَٰٓئِرُ لِلنَّاسِ (adalah pedoman bagi manusia) artinya, sebagai pedoman yang dijadikan sumber bagi mereka dalam masalah hukum-hukum dan hudud وَهُدًى وَرَحۡمَةٌ لِّقَوۡمٍ يُوقِنُونَ (petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini) adanya hari berbangkit.

Tafsir Ibnu Katsir: Dia Mahatinggi, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan cahaya yang terang benderang. Sedangkan orang-orang kafir, penolongnya adalah para thaghut yang akan mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. هَٰذَا بَصَٰٓئِرُ لِلنَّاسِ (“Ini adalah pedoman bagi manusia.”) yakni al-Qur’an; وَهُدًى وَرَحۡمَةٌ لِّقَوۡمٍ يُوقِنُونَ (“Petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”)

Tasir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Al-Qur’an itu adalah pedoman hidup bagi manusia, petunjuk dan rahmat yang dikaruniakan kepada hamba-Nya yang meyakininya. Al-Qur’an disebut pedoman karena di dalamnya terdapat dalil-dalil dan keterangan-keterangan agama yang sangat mereka perlukan untuk kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan mereka di akhirat.

Petunjuk dan rahmat Allah itu hanya akan dapat dirasakan oleh orang-orang yang benar-benar yakin dan percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dalam melaksanakan isi Al-Qur’an.

Tafsir Quraish Shihab: Al-Qur’ân yang diturunkan kepadamu ini, merupakan bukti yang memperlihatkan kepada manusia agama yang benar, sebagai petunjuk yang membimbing mereka kepada jalan yang baik, dan sebagai karunia bagi kaum yang meyakini adanya pahala dan hukuman Allah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Jatsiyah Ayat 16-20 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S