Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Jin Ayat 25-28 ini, menerangkan Allah menyuruh Nabi-Nya agar menyampaikan kepada manusia bahwa hari kiamat itu pasti akan tiba, tidak ada keraguan padanya. Akan tetapi, tidak ada yang mengetahui kapan waktunya tiba, apakah dalam waktu dekat ataukah masih dalam jangka waktu yang panjang.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Jinn Ayat 25-28
Surah Al-Jinn Ayat 25
قُلۡ إِنۡ أَدۡرِىٓ أَقَرِيبٌ مَّا تُوعَدُونَ أَمۡ يَجۡعَلُ لَهُۥ رَبِّىٓ أَمَدًا
Terjemahan: Katakanlah: “Aku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Tuhanku menjadikan bagi (kedatangan) azab itu masa yang panjang?”.
Tafsir Jalalain: قُلۡ إِنۡ (Katakanlah, “Tiadalah) tidaklah أَدۡرِىٓ أَقَرِيبٌ مَّا تُوعَدُونَ (aku mengetahui apa yang diancamkan kepada kalian itu dekat) artinya, apakah azab itu dekat أَمۡ يَجۡعَلُ لَهُۥ رَبِّىٓ أَمَدًا (ataukah Rabbku menjadikan bagi kedatangannya masa yang panjang?) Yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali hanya Dia.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman memerintahkan Rasul-Nya supaya mengatakan kepada orang-orang bahwa dia tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun mengenai hari kiamat dan tidak pula mengetahui apakah ia sudah dekat ataukah masih jauh.
قُلۡ إِنۡ أَدۡرِىٓ أَقَرِيبٌ مَّا تُوعَدُونَ أَمۡ يَجۡعَلُ لَهُۥ رَبِّىٓ أَمَدًا (“Katakanlah, ‘Aku tidak mengetahui, apakah adzab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Rabb-ku menjadikan bagi [kedatangan] adzab itu masa yang panjang?’”) yakni jangka waktu yang cukup lama.
Tafsir Kemenag: Ayat ini dan ayat-ayat sesudahnya adalah jawaban atas pertanyaan, “Bilakah datangnya hari yang dijanjikan itu kepada kami.” Allah menyuruh Nabi-Nya agar menyampaikan kepada manusia bahwa hari Kiamat itu pasti akan tiba, tidak ada keraguan padanya. Akan tetapi, tidak ada yang mengetahui kapan waktunya tiba, apakah dalam waktu dekat ataukah masih dalam jangka waktu yang panjang.
Nabi saw pernah ditanya Jibril tentang hari Kiamat ketika berhadapan dengan Nabi saw dalam rupa seorang Badui, tetapi beliau tidak menjawabnya. Antara lain Jibril bertanya, “Hai Muhammad! Kabarkan kepadaku tentang hari Kiamat itu.” Beliau menjawab, “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.”
Kemudian orang Badui itu bertanya lagi dengan suara keras, “Hai Muhammad! Bilakah tibanya hari Kiamat itu?” Nabi menjawab, “Jangan khawatir, ia pasti datang, tetapi apa yang telah engkau sediakan untuk menghadapinya?” Badui menjawab,
“Saya tidak banyak mengerjakan salat atau puasa, tetapi saya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.” Lalu Nabi saw bersabda, “Maka engkau bersama orang-orang yang engkau cintai.” Anas berkata, “Orang-orang mukmin tidak gembira terhadap sesuatu sebagaimana gembira mereka mendengar hadis ini.”.
Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah, “Hai orang-orang kafir, aku tidak mengetahui apakah ancaman azab yang dijanjikan kepada kalian itu telah dekat atau Tuhanku menangguhkannya untuk waktu yang cukup lama?”
Surah Al-Jin Ayat 26
عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ فَلَا يُظۡهِرُ عَلَىٰ غَيۡبِهِۦٓ أَحَدًا
Terjemahan: (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Tafsir Jalalain: عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ (Dia adalah Tuhan Yang Mengetahui yang gaib) mengetahui semua hal yang gaib di mata hamba-hamba-Nya فَلَا يُظۡهِرُ (maka Dia tidak memperlihatkan) tidak menampakkan عَلَىٰ غَيۡبِهِۦٓ أَحَدًا (kepada seorang pun tentang yang gaib itu) di antara manusia ini.
Tafsir Ibnu Katsir: عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ فَلَا يُظۡهِرُ عَلَىٰ غَيۡبِهِۦٓ أَحَدًا ((Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.) ayat ini sama seperti firman Allah yang artinya:
“Dan mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari ilmu-Nya melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (al-Baqarah: 255). Dan demikian pula yang difirmankan di sini, bahwa Dia mengetahui yang ghaib dan yang nyata, dan bahwasannya tidak ada satu pihak pun dari makhluk-Nya yang mengetahui sedikit saja dari ilmu-Nya kecuali yang Dia telah perlihatkan kepadanya.
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia mengetahui semua yang gaib, tidak terlihat, dan tidak diketahui oleh hamba-Nya. Semua yang gaib yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah, dapat diketahui oleh para rasul yang diridai oleh-Nya dan Dia akan memperlihatkan kepada mereka sekadar apa yang dikehendaki-Nya. Allah berfirman:
Dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 255)
Ayat ini menunjukkan bahwa pekerjaan tukang tenung, ahli nujum, dan tukang sihir semuanya itu salah karena mereka tidak termasuk orang-orang yang diridai Allah, bahkan mereka termasuk yang dibenci-Nya. Ayat ini juga menerangkan bahwa orang-orang yang mengaku bahwa bintang itu dapat menunjukkan siapa yang akan hidup dan siapa pula yang akan mati, adalah orang-orang yang telah kafir dan mengingkari Al-Qur’an.
Fakhruddin ar-Razi berkata, “Yang dimaksud dengan tidak dapat menyaksikan yang gaib adalah gaib yang khusus yaitu tentang waktu tibanya hari Kiamat.”.
Tafsir Quraish Shihab: Allahlah yang Mahatahu hal-hal yang gaib. Dia tidak memperlihatkan hal-hal yang gaib itu kepada siapa pun kecuali kepada rasul yang diizinkan-Nya untuk mengetahui beberapa hal gaib. Sesungguhnya Dia mempersiapkan penjaga-penjaga dari malaikat di depan dan di belakang seorang rasul yang akan melindunginya dari berbagai bisikan jahat.
Surah Al-Jinn Ayat 27
إِلَّا مَنِ ٱرۡتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُۥ يَسۡلُكُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ رَصَدًا
Terjemahan: Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
Tafsir Jalalain: إِلَّا مَنِ ٱرۡتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُۥ (Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia) di samping Dia memperhatikan hal yang gaib kepada Rasul-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya sebagai mukjizat bagi rasul itu يَسۡلُكُ (mengadakan) menjadikan dan memberlakukan مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ (di muka) rasul itu وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ رَصَدًا (dan di belakangnya penjaga-penjaga) yang terdiri dari malaikat-malaikat untuk menjaganya, hingga rasul itu dapat menyampaikan hal tersebut, di antara sejumlah wahyu-wahyu-Nya kepada manusia.
Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, Dia berfirman: ‘إِلَّا مَنِ ٱرۡتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ (“Kecuali kepada Rasul yang diridlai-Nya.”) dan ini bersifat umum yang mencakup Rasul dari kalangan malaikat maupun manusia.
Kemudian firman Allah: فَإِنَّهُۥ يَسۡلُكُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ رَصَدًا (“Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga [malaikat] di muka dan di belakangnya.”) yakni Allah memberi pengkhususan kepada Rasul ini dengan tambahan beberapa penjaga dari kalangan malaikat yang akan menjaganya atas perintah Allah. Dan para Malaikat itu menuntunnya untuk bisa menunaikan wahyu dari Allah yang ada padanya.
Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah mengungkapkan bahwa para rasul yang memperoleh keridaan-Nya sehingga dapat menyaksikan alam gaib, dijaga oleh malaikat Hafadhah dengan penjagaan yang sangat ketat. Dengan penjagaan itu, godaan setan, jin, dan para pengacau lainnya tidak sampai kepada mereka, sehingga para rasul itu dapat menyampaikan wahyu-wahyu Allah menurut aslinya. Mereka juga dijaga dari rongrongan setan-setan manusia sehingga mereka selamat dari bahaya dan kemudaratan manusia.
Adh-ahhak berkata, “Allah tidak mengutus seorang rasul kecuali baginya telah disiapkan pengawal-pengawal dari malaikat untuk menjaganya dari setan-setan yang datang dalam bentuk rupa malaikat. Bila setan-setan itu datang, maka pengawalnya mengingatkannya agar hati-hati karena yang datang itu setan, dan bila yang menemui rasul itu malaikat, maka pengawal berkata, “Ini adalah utusan Tuhanmu.”
Pengawal-pengawal itu adalah malaikat yang bertugas menjaga kekuatan lahir dan batin para rasul dan untuk memelihara mereka dari bisikan-bisikan setan.
Tafsir Quraish Shihab: Allahlah yang Mahatahu hal-hal yang gaib. Dia tidak memperlihatkan hal-hal yang gaib itu kepada siapa pun kecuali kepada rasul yang diizinkan-Nya untuk mengetahui beberapa hal gaib. Sesungguhnya Dia mempersiapkan penjaga-penjaga dari malaikat di depan dan di belakang seorang rasul yang akan melindunginya dari berbagai bisikan jahat.
Surah Al-Jinn Ayat 28
لِّيَعۡلَمَ أَن قَدۡ أَبۡلَغُواْ رِسَٰلَٰتِ رَبِّهِمۡ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيۡهِمۡ وَأَحۡصَىٰ كُلَّ شَىۡءٍ عَدَدًۢا
Terjemahan: Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.
Tafsir Jalalain: لِّيَعۡلَمَ (Supaya Dia mengetahui) yakni supaya Allah menampakkan أَن (bahwa) adalah bentuk takhfif dari anna. أَن قَدۡ أَبۡلَغُواْ (sesungguhnya mereka itu telah menyampaikan) yakni rasul-rasul itu رِسَٰلَٰتِ رَبِّهِمۡ (risalah-risalah Rabbnya) di sini dipakai dhamir hum karena memandang segi makna yang terkandung di dalam lafal man وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيۡهِمۡ (sedangkan, sebenarnya, ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka) diathafkan kepada lafal yang tidak disebutkan, lengkapnya ilmu mengenai hal tersebut telah diliputi oleh ilmu-Nya.
وَأَحۡصَىٰ كُلَّ شَىۡءٍ عَدَدًۢا (dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu.”) lafal adadan adalah tamyiz yang mengganti kedudukan mafulnya, asalnya ialah “ahshaa ‘adada kulli syai’in,” yakni Dia telah menghitung bilangan segala sesuatu.
Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu Dia berfirman: لِّيَعۡلَمَ أَن قَدۡ أَبۡلَغُواْ رِسَٰلَٰتِ رَبِّهِمۡ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيۡهِمۡ وَأَحۡصَىٰ كُلَّ شَىۡءٍ عَدَدًۢا (“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya Rasul-Rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Rabb mereka, sedang [sebenarnya] ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.”) para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai dlamir [kata ganti] yang terdapat dalam firman-Nya, liya’lama; kepada siapa kembalinya?
Ada yang berpendapat bahwa kata itu kembali kepada Nabi saw. ‘Abdurrazzaq mengatakan dari Ma’mar, dari Qatadah: لِّيَعۡلَمَ أَن قَدۡ أَبۡلَغُواْ رِسَٰلَٰتِ رَبِّهِمۡ (“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya Rasul-Rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Rabb mereka,”) dia mengatakan: “Agar Nabi Allah mengetahui bahwa para Rasul telah menyampaikan tugas dari Allah dan para malaikat menjaga sekaligus mendukungnya.
Dan bisa juga dlamir itu kembali kepada Allah. Demikian pendapat yang dikisahkan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitab Zaadul Masiir, dan maknanya adalah bahwa Allah senantiasa menjaga Rasul-Rasul-Nya melalui para malaikat-malaikat-Nya, agar mereka bisa mengemban risalah-risalah-Nya serta menjaga wahyu yang diturunkan kepada mereka agar Dia mengetahui bahwa mereka telah menyampaikan risalah-risalah Rabb mereka. Dan hal itu sama seperti firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu [sekarang] melainkan agar Kami mengetahui [supaya nyata] siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berpaling.” (al-Baqarah: 143). Dan ilmu-ilmu semisal lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala sesuatu sebelum kejadiannya, itu pasti dan tidak mungkin tidak. Oleh karena itu Dia berfirman:
وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيۡهِمۡ وَأَحۡصَىٰ كُلَّ شَىۡءٍ عَدَدًۢا (“sedang [sebenarnya] ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.”)
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan tujuan dari penjagaan yang sangat rapi itu, yaitu agar para rasul itu dapat menjalankan tugas dengan sempurna dan agar wahyu-wahyu yang disampaikan kepada mereka terpelihara dengan baik. Penjagaan itu juga bertujuan agar dapat dibuktikan dengan pasti bahwa para rasul itu telah menyampaikan risalah Tuhan mereka kepada manusia dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman:
Dan Allah pasti mengetahui orang-orang yang beriman dan Dia pasti mengetahui orang-orang yang munafik. (al-‘Ankabut/29: 11)
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa ilmu-Nya meliputi apa yang diketahui oleh malaikat-malaikat pengawas, apa yang telah ada, dan yang akan ada satu persatu. Dia mengetahui segala sesuatu secara sempurna, tidak ada persamaan. Malaikat itu adalah perantara yang menyampaikan ilmu-ilmu-Nya kepada para rasul.
Tafsir Quraish Shihab: Agar Allah mengetahui–sesuai dengan ketetapan-Nya–bahwa para nabi telah menyampaikan semua risalah Tuhan. Sungguh Dia Mahatahu segala yang ada pada diri para rasul secara terperinci. Dia pun Mahatahu jumlah seluruh makhluk yang ada, dan tak satu pun luput dari pengetahuan-Nya.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Jinn Ayat 25-28 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020