Surah Al-Kahfi Ayat 50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Kahfi Ayat 50

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 50 ini, dijelaskan ketika Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam, mereka menaati perintah itu dan sujud kepada-nya. Hanya Iblis yang menolak perintah itu. Malaikat yang selalu taat kepada Allah termasuk makhluk gaib, tidak seorangpun yang mengetahui hakikat-nya. Menurut penjelasan Al-Qur’an, malaikat terbagi menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan mempunyai tugas masing-masing.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam Islam, yang memberi ilham kepada manusia untuk cenderung kepada kebenaran dan kebaikan adalah malaikat, sebagaimana yang terjadi pada kisah Maryam a.s. Sedangkan yang menggoda dan menimbulkan was-was dalam hati manusia ialah setan.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 50

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَل

Terjemahan: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.”

Tafsir Jalalain: وَإِذْ (Dan ingatlah ketika) lafal Idz dinashabkan oleh lafal Udzkur yang tidak disebutkan قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ (Kami berfirman kepada para Malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam)” dengan cara membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepadanya, bukan dengan cara meletakkan kening

فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ (maka sujudlah mereka kecuali iblis, dia adalah segolongan dari jin) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa iblis itu adalah sejenis malaikat. Berdasarkan pengertian ini maka istitsnanya adalah Muttashil.

Menurut pendapat yang lain Istitsna ini adalah Munqathi’. Berdasarkan pengertian ini maka iblis adalah biang jin, ia mempunyai keturunan yang telah disebutkan sebelumnya, sedangkan Malaikat tidak mempunyai keturunan

فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ (maka ia mendurhakai perintah Rabbnya) artinya, iblis itu membangkang tidak mau taat kepada-Nya, karena ia tidak mau bersujud kepada Nabi Adam.

أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ (Patutkah Engkau mengambil dia dan turunan-turunannya) pembicaraan ini ditujukan kepada Nabi Adam dan keturunannya, dan Dhamir Ha pada dua tempat kembali kepada iblis

أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ (sebagai pemimpin selain daripada-Ku) yang kemudian kalian taati mereka وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ (sedangkan mereka adalah musuh kalian?) menjadi musuh. Lafal ‘Aduwwun berkedudukan menjadi Hal karena bermakna A’daa-an.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 97-99; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلً (Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti Allah bagi orang-orang yang lalim) yakni iblis dan keturunannya untuk ditaati sebagai pengganti taat kepada Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengingatkan anak cucu Adam akan permusuhan iblis terhadap mereka dan juga terhadap bapak mereka. Dan Dia juga sangat mengecam orang-orang yang mengikutinya, menentang Pencipta dan Pelindungnya, padahal Dialah yang telah mencipta dan memulai kejadiannya.

Dengan kelembuatan-Nya, Dia memberi rizki dan makan. Kemudian setelah itu semua, iblis justru berpaling dan memusuhi Allah Ta’ala. Di mana Dia berfirman:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ (“Dan ingatlah ketika Kami berfiman kepada para Malaikat,”) yakni, kepada seluruh Malaikat, sebagaimana yang telah dikemukakan pembahasannya di awal Surat al-Baqarah. اسْجُدُوا لِآدَمَ (“Sujudlah kamu kepada Adam.”) Yakni, sujud penghormatan, pemuliaan dan pengagungan.

Dan firman-Nya: فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ (“Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin.”) Maksudnya, kecuali iblis yang mengkhianati. Asalnya iblis diciptakan dari nyala api, sedangkan Malaikat diciptakan dari cahaya.

Sebagaimana yang ditegaskan dalam Shahih Muslim, dari `Aisyah, dari Rasulullah, beliau bersabda: “Para Malaikat itu diciptakan dari nur, dan iblis diciptakan dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan seperti yang telah disifatkan kepada kalian.”

Maka pada saat diperlukan, setiap wadah akan menumpahkan isinya dan iblis dikhianati oleh tabi’atnya. Karena itu, iblis bercirikan perilaku Malaikat dan menyerupai mereka dalam beribadah dan dalam melakukan kewajiban. Karena itu, iblis termasuk dalam apa yang diserukan kepada Malaikat dan iblis bermaksiat karena menyalahi urusan itu.

Di sini Allah , mengingatkan bahwa iblis itu termasuk dari golongan jin karena ia diciptakan dari api, sebagaimana yang Dia firmankan berikut ini: “Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api sedang Engkau ciptakan Adam dari tanah.” (QS. Al-A’raaf: 12)

Al-Hasan al-Bashri mengemukakan, iblis itu bukan dari golongan Malaikat sama sekali meski sedikit pun, sesungguhnya ia berasal dari golongan jin, sebagaimana Adam as adalah asal manusia. Demikian yang diriwayatkan Ibnu Jarir dengan isnad yang shahih.

Mengenai firman-Nya: كَانَ مِنَ الْجِنِّ (“Dia adalah dari golongan jin,”) Ibnu `Abbas mengatakan: “Yakni dari perbendaharaan Jannah, sebagaimana seseorang disebut Makki (dari Makkah) dan Madani (dari Madinah).”

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 42-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman-Nya: فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ (“Maka ia mendurhakai perintah Rabb-nya.”) Artinya, ia keluar dari ketaatan kepada Allah Ta’ala, karena al-fisqu berarti keluar. Dikatakan, fasaqatir ruthbatu (kurma itu berjatuhan) jika ia telah keluar dari tangkainya, atau fasagatil fa’-ratu min juhriha (tikus itu keluar dari lobangnya), jika ia memang keluarnya untuk melakukan kerusakan.

Kemudian Allah berfirman seraya mengecam dan mencela orang-orang yang mengikuti iblis dan mentaatinya: أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ (“Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku.”) Yakni, sebagai pengganti diri-Ku.

Oleh karena itu, Dia pun berfirman: بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلً (“Sangat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan ketika Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam, mereka menaati perintah itu dan sujud kepada-nya. Hanya Iblis yang menolak perintah itu. Malaikat yang selalu taat kepada Allah termasuk makhluk gaib, tidak seorangpun yang mengetahui hakikat-nya.

Menurut penjelasan Al-Qur’an, malaikat terbagi menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan mempunyai tugas masing-masing. Dalam Islam, yang memberi ilham kepada manusia untuk cenderung kepada kebenaran dan kebaikan adalah malaikat, sebagaimana yang terjadi pada kisah Maryam a.s. Sedangkan yang menggoda dan menimbulkan was-was dalam hati manusia ialah setan. Dia ingin mendorong manusia berbuat kejahatan, sebagaimana firman Allah swt:

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir). (al-Baqarah/2: 268)

Malaikat dan setan adalah makhluk rohani yang memiliki hubungan dengan jiwa manusia, namun tidak diketahui hakikatnya. Manusia harus beriman sebagaimana yang diperintahkan dalam rukun iman tanpa menambah dan menguranginya.

Semua manusia bisa merasakan bahwa jika ia bermaksud mengerjakan sesuatu, terjadi pergolakan dalam jiwanya antara cenderung kepada kebaikan atau kejahatan, hingga keinginan yang satu mengalahkan yang lain. Jika kita cenderung kepada kebaikan, itu adalah akibat dorongan malaikat, dan jika cenderung kepada kejahatan, maka itu adalah dorongan setan.

Dilihat dari segi kejadian, keduanya berasal dari unsur yang berbeda. Malaikat diciptakan dari cahaya, sedangkan jin atau setan diciptakan dari lidah api. Firman Allah swt:

Dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap. (ar-Rahman/55: 15)

Sabda Rasulullah saw: Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan seperti yang diceritakan kepadamu. (Riwayat Muslim dari ‘a’isyah r.a.)

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 21; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Iblis menolak sujud kepada Adam karena menurutnya, unsur api lebih tinggi dari tanah. Karena Adam dibuat dari unsur tanah, Iblis merasa hina jika disuruh sujud dan hormat kepadanya, sebagaimana yang diceritakan Allah dalam firman-Nya:

(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (al-A’raf/7: 12)

Pendapat Iblis ini sangat keliru karena ketinggian derajat dan kemuliaan tidak tergantung pada asal usul, melainkan pada ketaatan kepada Allah. Karena tidak mau sujud kepada Adam, maka Iblis menjadi fasik dalam artian tidak taat kepada perintah Tuhan.

Iblis menolak untuk taat karena isi perintah Allah tersebut berlawanan dengan jalan pikirannya. Jadi, dia keberatan untuk sujud kepada Adam. Iblis memiliki bakat suka membang-kang dan selalu melakukan perlawanan sesuai dengan dasar kejadiannya dari nyala api.

Sesudah menjelaskan kefasikan Iblis, Tuhan mengingatkan manusia agar jangan sampai menempatkan Iblis dan keturunannya sebagai pemimpin, karena mereka adalah musuh manusia dan musuh Tuhan. Banyak riwayat, baik yang datang dari Nabi Muhammad saw maupun dari sahabat, yang menunjukkan Iblis dan keturunannya (setan) terus-menerus berkembang-biak, dan umat manusia diingatkan agar tidak tergoda rayuannya untuk mengikutinya.

Setan bertebaran di muka bumi ini untuk menggoda manusia. Hanya manusia yang zalim yang tunduk kepada godaan setan dan menjadikan mereka sebagai pemimpin dan pelindung. Sungguh, setan itu seburuk-buruk makhluk Allah.

Orang-orang yang mengikuti setan dikatakan zalim karena Allah swt yang telah menurunkan rahmat dan kenikmatan kepada mereka ditinggalkan dan lebih memilih ajakan setan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al- Kahfi Ayat 50 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S