Surah Al-Kahfi Ayat 85-88; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Kahfi Ayat 85-88

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 85-88 ini,menjelaskan bahwa Zulkarnain menempuh jalan ke arah Barat. Setelah dia menempuh jalan itu, maka sampailah ia ke ujung bumi sebelah barat di mana kelihatan matahari terbenam seolah-olah masuk ke dalam lautan Atlantik.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Di mana dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang tampak kehitam-hitaman seperti lumpur. Dia telah melalui negeri Tunis dan Maroko dan sampailah ke pantai Afrika sebelah barat, dan di sana menjumpai beberapa kaum kafir.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 85-88

Surah Al-Kahfi Ayat 85
فَأَتْبَعَ سَبَبًا

Terjemahan: maka diapun menempuh suatu jalan.

Tafsir Jalalain: فَأَتْبَعَ سَبَبًا (Maka dia pun menempuh suatu jalan) yakni dia menempuh jalan ke arah Barat.

Tafsir Ibnu Katsir: Ibnu Abbas mengatakan: فَأَتْبَعَ سَبَبًا (“Maka ia pun menempuh suatu jalan,”) yakni as-sabab, yaitu tempat.” Mujahid mengatakan: “Maka ia pun menempuh suatu jalan,” yakni, tempat turun dan jalan antara timur dan barat.”

Sa’id bin Jubair mengatakan: “Yakni ilmu pengetahuan.” Hal yang sama juga dikemukakan olehIkrimah, `Ubaid bin Ya’la, dan as-Suddi.
Dan ia pun mengatakan: “Tanda-tanda dan bekas-bekas.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa Zulkarnain menempuh jalan ke arah Barat. Setelah dia menempuh jalan itu, maka sampailah ia ke ujung bumi sebelah barat di mana kelihatan matahari terbenam seolah-olah masuk ke dalam lautan Atlantik. Di mana dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang tampak kehitam-hitaman seperti lumpur. Dia telah melalui negeri Tunis dan Maroko dan sampailah ke pantai Afrika sebelah barat, dan di sana menjumpai beberapa kaum kafir.

Allah telah menyuruhnya untuk memilih di antara dua hal, yaitu menyiksa mereka dengan pertumpahan darah atau mengajak mereka supaya beriman kepada Allah. Yang demikian ini dijelaskan dalam firman Allah yang disampaikan kepada Zulkarnain secara ilham.

Zulkarnain disuruh supaya membunuh mereka jika mereka tidak mau mengakui Keesaan Allah dan tidak mau tunduk kepada ajakannya, atau mengajarkan kepada mereka petunjuk-petunjuk sehingga mereka mengenal hukum dan syariat agama dengan penuh keyakinan.

Surah Al-Kahfi Ayat 86
حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِندَهَا قَوْمًا قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا

Terjemahan: Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.

Tafsir Jalalain: حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ (Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenamnya matahari) tempat matahari terbenam وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ (dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam) pengertian terbenamnya matahari di dalam laut hanyalah berdasarkan pandangan mata saja, karena sesungguhnya matahari jauh lebih besar daripada dunia atau bumi

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 100-102; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَجَدَ عِندَهَا (dan dia mendapati di situ) di laut itu قَوْمًا (segolongan umat) yang kafir قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ (Kami berkata, “Hai Zulkarnain!) dengan melalui ilham إِمَّا أَن تُعَذِّبَ (Kamu boleh menyiksa) kaum itu dengan cara membunuh mereka وَإِمَّا أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا (atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka)” dengan hanya menawan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ (“Hingga apabila ia telah sampai ke tempat terbenam matahari.”) Artinya; lalu ia berjalan melampaui jalan hingga akhirnya sampai di tempat terjauh yang ditempuhnya itu, yakni belahan bumi bagian barat. Adapun mencapai tempat terbenamnya matahari di langit, maka itu merupakan suatu hal yang tidak mungkin.

Firman-Nya: وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ (“Ia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam.”) Maksudnya, ia menyaksikan matahari dengan matanya sendiri terbenam di dalam samudera.

Demikianlah keadaan setiap orang yang pandangannya berakhir sampai pada tepian pantai, di mana ia melihat matahari itu seakan-akan terbenam ke dalam laut tersebut. Sedangkan matahari itu tidak bersinar dari falaknya (orbitnya), dia tetap ada pada orbitnya, tidak meninggalkannya.

Kata al-hami-ah diambil dari salah satu dari dua macam bacaan, yakni dari al-hama-ah yang berarti tanah, sebagaimana yang difirmankan Allah:

إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ (“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”) (QS. Al-Hijr: 28). Yakni tanah yang lembut, yang telah diuraikan sebelumnya.

Ibnu Abbas pernah berkata mengenai tanah yang berlumpur hitam, di mana ia menafsirkannya dengan sesuatu yang berlumpur hitam. Ali bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu `Abbas: “Dzulqarnain mendapati matahari terbenam di laut yang panas.” Demikian halnya yang dikemukakan oleh al-Hasan al-Bashri.

Ibnu Jarir menyebutkan, yang benar bahwa keduanya merupakan bacaan yang masyhur. Mana saja di antara kedua bacaan itu dibaca oleh seseorang, maka ia adalah benar.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis katakan, bahwasanya tidak ada pertentangan antara makna keduanya, karena mungkin saja air itu panas karena mendapatkan pancaran sinar langit secara langsung pada saat matahari itu terbenam tanpa adanya halangan yang menutupinya dan hami-ah dalam arti air dan tanah hitam (lumpur).

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 57-59; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَوَجَدَ عِندَهَا قَوْمًا (“Dan di sana ia mendapati segolongan kaum.”) Yakni, salah satu dari beberapa umat. Mereka menyebutkan bahwa ia adalah umat yang besar dari Bani Adam.

Firman-Nya: قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا (“Kami berkata, ‘Hai Dzulgarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.’”) Hal itu berarti bahwa Allah swt. memberikan kekuasaan untuk mengatur mereka dan menjalankan hukum ke tengah-tengah mereka serta memberikan pilihan kepadanya, jika berkehendak ia boleh membunuh dan menawan dan jika berkehendak ia juga boleh memberikan karunia atau menarik fidyah, sehingga Dia akan mengetahui keadilan dan keimanannya sesuai dengan keadilan dan penjelasan yang telah Dia sampaikan

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa Zulkarnain menempuh jalan ke arah Barat. Setelah dia menempuh jalan itu, maka sampailah ia ke ujung bumi sebelah barat di mana kelihatan matahari terbenam seolah-olah masuk ke dalam lautan Atlantik. Di mana dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang tampak kehitam-hitaman seperti lumpur.

Dia telah melalui negeri Tunis dan Maroko dan sampailah ke pantai Afrika sebelah barat, dan di sana menjumpai beberapa kaum kafir. Allah telah menyuruhnya untuk memilih di antara dua hal, yaitu menyiksa mereka dengan pertumpahan darah atau mengajak mereka supaya beriman kepada Allah.

Yang demikian ini dijelaskan dalam firman Allah yang disampaikan kepada Zulkarnain secara ilham. Zulkarnain disuruh supaya membunuh mereka jika mereka tidak mau mengakui Keesaan Allah dan tidak mau tunduk kepada ajakannya, atau mengajarkan kepada mereka petunjuk-petunjuk sehingga mereka mengenal hukum dan syariat agama dengan penuh keyakinan.

Surah Al-Kahfi Ayat 87
قَالَ أَمَّا مَن ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُّكْرًا

Terjemahan: Berkata Dzulkarnain: “Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.

Tafsir Jalalain: قَالَ أَمَّا مَن ظَلَمَ (Berkata Zulkarnain, “Adapun orang yang aniaya) yang melakukan kemusyrikan فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ (maka kami kelak akan mengazabnya) yaitu kami akan membunuhnya ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُّكْرًا (kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Rabb mengazabnya dengan azab yang tiada taranya). Lafal Nukran artinya yang sangat keras, yakni azab yang sangat keras di neraka.

Tafsir Ibnu Katsir: firman-Nya: أَمَّا مَن ظَلَمَ (“Adapun orang yang aniaya.”) Yakni, terus menerus dalam kekafiran dan kemusyrikannya kepada Allah Ta’ala. فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ (“Maka kami kelak akan mengadzabnya.”) Qatadah mengatakan: “Yakni, dengan pembunuhan.” Wallahu a’lam.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 82; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman-Nya: ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُّكْرًا (“Kemudian ia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Rabb mengadzabnya dengan adzab yang tidak ada taranya.”) Maksudnya, sangat pedih lagi menyakitkan. Dan dalam hal itu terdapat penetapan hari pengembalian dan pembalasan.

Tafsir Kemenag: Zulkarnain berkata kepada sebagian komandan pasukannya, “Adapun orang yang berbuat aniaya terhadap dirinya dan terus-menerus hidup dalam kemusyrikan kepada Allah maka kami akan mengazabnya dan kemudian di akhirat akan dikembalikan kepada Tuhannya untuk diazab dengan azab yang tidak ada taranya dalam neraka Jahannam.”.

Surah Al-Kahfi Ayat 88
وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا

Terjemahan: Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami”.

Tafsir Jalalain: وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى (Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik) yakni surga; diidhafatkannya lafal Jazaa-an kepada lafal Al Husna mengandung makna penjelasan. Dan menurut qiraat yang lain lafal Jazaa-an dibaca Jazaa-u’; sehubungan dengan bacaan ini Imam Al-Farra’ mengatakan bahwa dinashabkannya lafal Jazaa-an karena dianggap sebagai kalimat penafsir, maksudnya bila ditinjau dari segi nisbatnya

وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا (dan akan Kami titahkan kepadanya perintah yang mudah dari perintah-perintah Kami)” maksudnya Kami akan memberikan perintah kepadanya dengan perintah yang mudah untuk ia laksanakan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَأَمَّا مَنْ آمَنَ (“Adapun orang-orang yang beriman.”) Yakni, yang mengikuti apa yang kami serukan berupa peribadahan kepada Allah Ta’ala semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى (“Maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan.”) Yakni, di alam akhirat di sisi Allah.

وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا (“Dan akan kami titahkan kepadanya [perintah] yang
mudah dari perintah perintah kami.”) Mujahid mengemukakan: “Yakni, yang baik.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al- Kahfi ayat 85-88 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S