Surah Al-Ma’arij Ayat 1-7; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Ma'arij Ayat 1-7

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ma’arij Ayat 1-7 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita mengetahui isi surah. Di dalam surah ini terdapat ancaman berupa hari kiamat, lama dan dahsatnya siksa pada hari itu yang tidak dapat diwakilkan oleh anak, istri, saudara dan kerabat. Bahkan juga tidak bisa ditebus oleh seluruh penghuni bumi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

surah ini memberitahukan kepada manusia akan kelemahannya pada saat suka maupun duka, kecuali orang-orang yang telah dijaga oleh Allah dengan ketakwaan dan amal saleh. Mereka selamat dari kelemahan itu Di dalam surah ini juga terdapat penolakan terhadap keinginan-keinginan jahat orang-orang kafir.

Sebagai khatimah, surah ini ditutup dengan pesan untuk Rasulullah saw. agar membiarkan mereka dalam kebodohan dan permainan mereka sampai datang hari yang telah dijanjikan untuk mereka.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ma’arij Ayat 1-7

Surah Al-Ma’arij Ayat 1
سَأَلَ سَآئِلٌۢ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ

Terjemahan: Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan menimpa,

Tafsir Jalalain: سَأَلَ سَآئِلٌۢ (Seseorang telah meminta) yakni berdoa meminta بِعَذَابٍ وَاقِعٍ (kedatangan azab yang akan menimpa.).

Tafsir Ibnu Katsir: سَأَلَ سَآئِلٌۢ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ (“Seorang peminta telah meminta kedatangan adzab yang bakal terjadi”) di dalam ayat ini terkandung pengertian yang ditujukan oleh huruf ba’, seakan-akan memiliki pengertian: ada seseorang yang meminta disegerakan adzab yang sudah bakal terjadi. Dan itu sama seperti firman Allah yang artinya:

“Dan mereka meminta kepadamu agar adzab itu disegerakan kedatangannya, sedang Allah itu tidak akan mengingkari janji-Nya.” (al-Hajj: 47). Maksudnya adzab-Nya itu pasti akan terjadi, tidak mungkin tidak. Ibnu Abi Najih meriwayatkan dari Mujahid mengenai firman Allah Ta’ala:

سَأَلَ سَآئِلٌۢ (“ada seseorang yang memohon didatangkan adzab yang bakal ditimpakan di akhirat kelak.”) dia mengatakan: “Dan itulah ungkapan mereka: ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلۡحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمۡطِرۡ عَلَيۡنَا حِجَارَةً مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئۡتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (“Ya Allah, jika benar [al-Qur’an] ini, dialah yang datang dari sisi-Mu, maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih.” (al-Anfaal: 32)

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang musyrik Mekah seperti an-Nadhr bin al-Harits meminta kepada Nabi Muhammad agar segera menimpakan azab yang telah dijanjikan itu kepada mereka, seandainya ancaman itu benar-benar berasal dari Allah, dan jika Muhammad itu benar-benar seorang rasul yang diutus Allah.

Permintaan itu dijawab oleh ayat ini dengan mengatakan bahwa azab yang dijanjikan itu pasti menimpa orang-orang kafir, baik diminta atau tidak. Sebab, telah menjadi sunatullah bahwa azab itu pasti ditimpakan kepada setiap orang kafir.

Tafsir Quraish Shihab: Di dalam surah ini terdapat ancaman berupa hari kiamat, lama dan dahsatnya siksa pada hari itu yang tidak dapat diwakilkan oleh anak, istri, saudara dan kerabat. Bahkan juga tidak bisa ditebus oleh seluruh penghuni bumi. surah ini memberitahukan kepada manusia akan kelemahannya pada saat suka maupun duka, kecuali orang-orang yang telah dijaga oleh Allah dengan ketakwaan dan amal saleh.

Mereka selamat dari kelemahan itu Di dalam surah ini juga terdapat penolakan terhadap keinginan-keinginan jahat orang-orang kafir. Sebagai khatimah, surah ini ditutup dengan pesan untuk Rasulullah saw. agar membiarkan mereka dalam kebodohan dan permainan mereka sampai datang hari yang telah dijanjikan untuk mereka.]]

Seseorang telah meminta–dengan nada mengejek–agar disegerakan azab yang pasti akan diberikan Allah kepada orang-orang kafir. Tidak ada yang dapat menghalangi azab tersebut dari mereka, karena azab itu datang dari Allah, Pemilik seluruh langit yang merupakan sumber terlaksananya kekuatan dan keputusan.

Surah Al-Ma’arij Ayat 2
لِّلۡكَٰفِرِينَ لَيۡسَ لَهُۥ دَافِعٌ

Terjemahan: orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat menolaknya,

Tafsir Jalalain: لِّلۡكَٰفِرِينَ لَيۡسَ لَهُۥ دَافِعٌ (Untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya) dia adalah Nadhr bin Haris, ia mengatakan di dalam permintaannya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, “Ya Allah, jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau…” (Q.S. Al-Anfal 32).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: لِّلۡكَٰفِرِينَ (“Yang bakal terjadi. Untuk orang-orang kafir”) yang sudah disediakan dan disiapkan bagi orang-orang kafir. Ibnu ‘Abbas mengatakan: لَيۡسَ لَهُۥ دَافِعٌ (“Yang tidak seorang pun dapat menolaknya.”) yakni tidak ada seorang pun yang dapat menolak jika Allah sudah menghendaki kejadiannya.”

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang musyrik Mekah seperti an-Nadhr bin al-Harits meminta kepada Nabi Muhammad agar segera menimpakan azab yang telah dijanjikan itu kepada mereka, seandainya ancaman itu benar-benar berasal dari Allah, dan jika Muhammad itu benar-benar seorang rasul yang diutus Allah.

Permintaan itu dijawab oleh ayat ini dengan mengatakan bahwa azab yang dijanjikan itu pasti menimpa orang-orang kafir, baik diminta atau tidak. Sebab, telah menjadi sunatullah bahwa azab itu pasti ditimpakan kepada setiap orang kafir.

Tafsir Quraish Shihab: Di dalam surah ini terdapat ancaman berupa hari kiamat, lama dan dahsatnya siksa pada hari itu yang tidak dapat diwakilkan oleh anak, istri, saudara dan kerabat. Bahkan juga tidak bisa ditebus oleh seluruh penghuni bumi. surah ini memberitahukan kepada manusia akan kelemahannya pada saat suka maupun duka, kecuali orang-orang yang telah dijaga oleh Allah dengan ketakwaan dan amal saleh.

Mereka selamat dari kelemahan itu Di dalam surah ini juga terdapat penolakan terhadap keinginan-keinginan jahat orang-orang kafir. Sebagai khatimah, surah ini ditutup dengan pesan untuk Rasulullah saw. agar membiarkan mereka dalam kebodohan dan permainan mereka sampai datang hari yang telah dijanjikan untuk mereka.]]

Seseorang telah meminta–dengan nada mengejek–agar disegerakan azab yang pasti akan diberikan Allah kepada orang-orang kafir. Tidak ada yang dapat menghalangi azab tersebut dari mereka, karena azab itu datang dari Allah, Pemilik seluruh langit yang merupakan sumber terlaksananya kekuatan dan keputusan.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 3-4; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Ma’arij Ayat 3
مِّنَ ٱللَّهِ ذِى ٱلۡمَعَارِجِ

Terjemahan: (yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik.

Tafsir Jalalain: مِّنَ ٱللَّهِ (Yang datang dari Allah) lafal minallaah ini berkaitan erat dengan lafal Waaqi’ yang ada di akhir ayat pertama ذِى ٱلۡمَعَارِجِ (yang mempunyai tempat-tempat naik) tempat-tempat naik bagi para malaikat, yaitu langit.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu Allah berfirman: مِّنَ ٱللَّهِ ذِى ٱلۡمَعَارِجِ (“[yang datang] dari Allah yang mempunyai tempat-tempat naik.”) ats-Tsauri menceritakan dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah مِّنَ ٱللَّهِ ذِى ٱلۡمَعَارِجِ dia mengatakan: “Yang memiliki beberapa derajat.” Ali bin Abi Thalhah mengemukakan dari Ibnu ‘Abbas: “Dzil ma’aarij berarti tinggi lagi utama.” Mujahid mengatakan: “Dzil ma’aarij berarti tingkatan langit.”

Tafsir Kemenag: Azab itu datang dari Allah pada waktu yang telah ditentukan, dan jika datang, tidak seorang pun yang dapat menolaknya. Maksud perkataan ?al-ma?arij? (mempunyai tangga) yang terdapat dalam ayat ini adalah bahwa azab datang dari Allah Yang Mahatinggi dan Mahasempurna.

Tidak ada sifat kekurangan sedikit pun pada Allah, dan kedatangan azab itu semata-mata atas kehendak dan keputusan-Nya, bukan berdasarkan permintaan makhluk, seperti yang dilakukan oleh an-Nadhr bin al-Harits itu.

Dari ayat ini dipahami bahwa seakan-akan orang musyrik tidak mengetahui kemuliaan dan kebesaran Allah. Seakan-akan kepada Allah, dapat dimintakan seluruh kehendak dan keinginan mereka, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap berhala-berhala.

Tafsir Quraish Shihab: Di dalam surah ini terdapat ancaman berupa hari kiamat, lama dan dahsatnya siksa pada hari itu yang tidak dapat diwakilkan oleh anak, istri, saudara dan kerabat. Bahkan juga tidak bisa ditebus oleh seluruh penghuni bumi. surah ini memberitahukan kepada manusia akan kelemahannya pada saat suka maupun duka, kecuali orang-orang yang telah dijaga oleh Allah dengan ketakwaan dan amal saleh.

Mereka selamat dari kelemahan itu Di dalam surah ini juga terdapat penolakan terhadap keinginan-keinginan jahat orang-orang kafir. Sebagai khatimah, surah ini ditutup dengan pesan untuk Rasulullah saw. agar membiarkan mereka dalam kebodohan dan permainan mereka sampai datang hari yang telah dijanjikan untuk mereka.]]

Seseorang telah meminta–dengan nada mengejek–agar disegerakan azab yang pasti akan diberikan Allah kepada orang-orang kafir. Tidak ada yang dapat menghalangi azab tersebut dari mereka, karena azab itu datang dari Allah, Pemilik seluruh langit yang merupakan sumber terlaksananya kekuatan dan keputusan.

Surah Al-Ma’arij Ayat 4
تَعۡرُجُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيۡهِ فِى يَوۡمٍ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٍ

Terjemahan: Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.

Tafsir Jalalain: تَعۡرُجُ (Naiklah) dapat dibaca taruju dan yaruju ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ (malaikat-malaikat dan Jibril) Malaikat Jibril إِلَيۡهِ (kepada-Nya) kepada tempat turun bagi perintah-Nya di langit فِى يَوۡمٍ (dalam sehari) lafal fii yaumin bertaalluq kepada lafal yang tidak disebutkan, azab menimpa orang-orang kafir pada hari kiamat كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٍ (yang kadarnya lima puluh ribu tahun) ini menurut apa yang dirasakan oleh orang kafir, karena penderitaan dan kesengsaraan yang mereka temui di hari itu.

Adapun orang yang beriman merasakan hal itu amat pendek, bahkan lebih pendek daripada satu kali salat fardu yang dilakukan sewaktu di dunia. Demikianlah menurut keterangan yang disebutkan di dalam hadis.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: تَعۡرُجُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيۡهِ (“Malaikat-malaikat dan Jibril naik [menghadap] kepada Rabb.”) ‘Abdurrazzaq menceritakan dari Ma’mar, dari Qatadah: “Ta’ruju berarti naik.” Sedangkan ar-ruuh, Abu Shalih mengatakan: “Mereka adalah segolongan makhluk dari makhluk-makhluk Allah yang menyerupai manusia, tetapi mereka bukanlah manusia.” Ibnu Katsir mengatakan:

“Ada pula kemungkinan bahwa yang dimaksud itu adalah Jibril, dan itu termasuk ke dalam ‘athaf khusus atas yang umum. Dan mungkin juga ia merupakan isim jenis bagi arwah anak cucu Adam, dimana jika arwah tersebut dicabut, maka akan dibawa naik ke langit.”

Firman Allah: فِى يَوۡمٍ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٍ (“Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”) yang dimaksud dengan hal ini adalah hari kiamat. Ibnu Abi Hatim menceritakan dari Ibnu ‘Abbas: فِى يَوۡمٍ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٍ (“Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”) dia mengatakan: “Yaitu pada hari kiamat.” Sanadnya shahih. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu ‘Umar al-‘Adani, dia berkata:

“Aku pernah bersama Abu Hurairah ra. lalu lewatlah seseorang dari bani ‘Amir bin Sha’Sha’ah, lalu dikatakan kepadanya: ‘Ini adalah orang dari bani ‘Amir yang kekayaannya paling banyak.’ Maka Abu Hurairah berkata: ‘Hadirkan dia padaku.’ Kemudian mereka menghadirkan orang tersebut. Lalu Abu Hurairah berkata: ‘Aku dengar engkau memiliki banyak kekayaan.’ Lalu al-‘Amiri berkata:

‘Benar. Sesungguhnya aku memiliki seratus ekor keledai dan seratus kulit samakan.’ Sampai dia menyebutkan macam-macam unta, berbagai budak, dan tali penambat kuda. Kemudian Abu Hurairah berkata: ‘Hindarilah olehmu tapak kaki unta dan kuku binatang.’

Hal itu diullanginya berkali-kali sehingga membuat raut wajah al-‘Amiri berubah seraya berkata: ‘Apa yang engkau maksudkan dengan hal itu, wahai Abu Hurairah?’ Abu Hurairah menjawab: ‘Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa memiliki seekor unta lalu dia tidak memberikan haknya pada saat najdah dan rislahnya.” Lalu kami bertanya: “Apa yang dimaksud dengan najlah dan risahnya itu wahai Rasulallah?” Beliau menjawab:

“Yakni pada masa sulit dan mudahnya, maka unta itu akan datang pada hari kiamat kelak sebagai unta yang paling cepat jalannya, paling banyak, paling gemuk, dan paling lincah sehingga ketika disediakan untuknya sebidang tanah lapang untuk menderum, maka ia pun akan menginjaknya dengan telapak kakinya.

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 50-51; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Dan jika telah melewati tempat tersebut maka ia akan kembali ke tempat permulaan dalam satu hari yang kadarnya 50.000 tahun sampai diberikan keputusan kepada umat manusia sehingga dia melihat jalannya. Dan jika dia memiliki seekor sapi lalu dia tidak memberikan haknya ketika dalam keadaan susah maupun mudah, maka sapi itu akan datang pada hari kiamat kelak sebagai sapi yang paling cepat jalannya, paling banyak, paling gemuk, dan paling lincah sehingga ketika disediakan untuknya sebidang tanah lapang untuk menderum maka setiap makhluk yang mempunyai kuku akan menginjaknya dengan kukunya,

dan setiap binatang bertanduk akan menyeruduk dengan tanduknya yang di dalamnya tidak terdapat satu pun binatang yang tanduk dan telinganya cacat. Jika binatang itu melintasinya, maka dia akan mengulanginya dari tempat permulaan dalam satu hari yang kadarnya 50.000 tahun sampai diberikan putusan kepada umat manusia sehingga dia melihat jalannya.

Dan jika dia memiliki seekor kambing lalu dia tidak memberikan haknya ketika dalam keadaan susah dan lapang, maka dia akan datang pada hari kiamat kelak sebagai kambing yang paling cepat jalannya, paling banyak, paling gemuk, dan paling lincah sehingga ketika disediakan untuknya sebidang tanah lapang untuk menderum maka ia pun akan menginjaknya dengan telapak kakinya.

Maka setiap makhluk yang mempunyai kuku akan menginjaknya dengan kukunya dan setiap binatang bertanduk akan menyeruduk dengan tanduknya yang di dalamnya tidak terdapat satu binatang yang tanduk dan telinganya cacat. Jika binatang lain melintasinya, maka dia akan mengulanginya dari tempat permulaan dalam satu hari yang kadarnya 50.000 tahun sampai diberikan putusan pada umat manusia sehingga ia melihat jalannya.” Lalu al-‘Amiri mengatakan:

‘Lalu apakah hak binatang-binatang itu, wahai Abu Hurairah?’ Abu Hurairah menjawab: ‘Hendaklah engkau memberi yang pemurah, memperkenankan yang melimpah, dan memberi minum unta, serta mengawinkannya dengan unta jantan.’” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa-i.

Jalan lain untuk hadits ini: Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang pemilik simpanan tidak menunaikan haknya melainkan simpanan itu akan dijadikan sebagai lempengan-lempengan panas yang dipanaskan di neraka jahanam, lalu lempengan itu akan digosok pada bagian dahi, lambung dan punggungnya sehingga Allah memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Nya pada satu hari yang kadarnya 50.000 tahun menurut hitungan kalian. Kemudian dia akan mengetahui jalannya, apakah ke surga ataukah ke neraka.”

Dan kelanjutan hadits ini disebutkan berkenaan dengan kambing dan unta sebagaimana yang telah disebutkan di atas, di dalamnya disebutkan: “Kuda itu bagi tiga orang. Bagi satu orang sebagai pahala, bagi satu orang lagi sebagai penutup dan bagi satu orang lagi sebagai dosa.” Sampai akhir hadits.

Dan diriwayatkan oleh Muslim seorang diri dalam kitab Shahihnya secara lengkap, dan tidak diriwayatkan oleh al-Bukhari dari hadits Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah. Adapun tempat penguraian jalan dan lafadznya ada di dalam ktiab az-Zakaah dari kitab al-Ahkam. Tujuan yang dimaksud dari hadits ini adalah perkataan: “Sehingga Allah memberikan putusan di antara hamba-hamba-Nya pada satu hari yang kadarnya 50.000 tahun.”

Dan diriwayatkan pula dari Ibnu Abi Mulaikah, dia berkata bahwa ada seseorang bertanya kepada Ibnu ‘Abbas mengenai firman Allah Ta’ala: فِى يَوۡمٍ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٍ (“Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”) lalu dia berkata: “Maka dia pun menuduhnya.” Selanjutnya orang itu berkata:

“Sesungguhnya aku bertanya kepadamu agar engkau berkenan memberitahuku.” Dia menjawab: “Keduanya merupakan dua hari yang telah disebutkan oleh Allah, hanya Allah yang lebih tahu akan keduanya dan aku tidak suka mengatakan apa yang adaa di dalam al-Qur’an sesuatu yang tidak aku ketahui.”

Tafsir Kemenag: Malaikat-malaikat dan Jibril menghadap Allah memakan waktu yang sangat singkat dan jika dilakukan manusia akan memakan waktu lima puluh ribu tahun. Angka 50.000 tahun yang disebutkan dalam ayat ini bukanlah bilangan yang sebenarnya, tetapi untuk menerangkan bahwa Arasy Allah itu sangat jauh dan tinggi, tidak akan dapat dicapai oleh hamba-hamba-Nya yang mana pun.

Di sini ada beberapa makhluk Tuhan yang lain yang berbeda-beda tingkat dan kemampuannya. Dalam firman Allah yang lain, diterangkan bahwa Dia mengatur urusan dari langit ke bumi dalam suatu saat yang kadarnya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan manusia:

Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (As-Sajdah/32: 5)

Sebenarnya persoalan berapa lama umur dunia ini, dan berapa lama waktu yang diperlukan malaikat naik kepada Allah kemudian turun kembali ke dunia ini melaksanakan perintah-perintah-Nya, termasuk perkara gaib. Hanya Allah yang mengetahuinya dengan pasti. Bagi kita sebagai hamba Allah, cukup percaya bahwa ada azab Allah yang akan ditimpakan kepada yang mereka yang mengingkari hari Kiamat.

Dalam Surah Az-Zariyat/51: 7, Allah bersumpah demi langit yang mem?punyai jalan-jalan. Jalan-jalan ini secara ilmiah, dapat ditafsirkan sebagai wormhole, yakni jalan pintas yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain di jagad raya ini.

Kemudian Allah menegaskan dalam Surah Al-Ma\\’arij/70: 4 bahwa Ia memiliki ma?arij, di mana malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Seperti telah dijelaskan dalam penafsiran Surah Az-Zariyat/51: 7 bahwa dalam teori fisika relativitas umum, dikenal mengenai mekanisme pemendekan jarak yang sangat jauh menjadi hanya beberapa meter saja yang saat ini oleh para ilmuwan disebut sebagai wormhole (lubang cacing).

Jalan-jalan itu boleh jadi adalah ma?arij, di mana Allah memperinci lebih jauh bahwa para malaikat dan Jibril naik menghadap Allah melalui jalan tersebut dan digambarkan bahwa mereka naik dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Meski belum satu pun para ahli fisika menggunakannya, dalam wormhole kita bergerak tanpa membutuhkan energi. Begitu kita masuk ke dalamnya, medan gaya berat menarik kita dan tahu-tahu kita telah terlempar ke suatu tempat yang lain.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 127-129; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Dalam wormhole, arloji kita bergerak lebih lambat dan tongkat yang kebetulan kita bawa juga memendek. Namun, begitu keluar semua kembali seperti sediakala termasuk jam dan tongkat yang kita bawa. Siapa saja melewati ma?arij ini akan mengalami pemanjangan (dilation) waktu yakni sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun di bumi. Hal ini bukan berarti berapa lama kita melalui ma?arij, tetapi jika kita melalui jalan ini kita akan menjadi lebih tua dengan perbandingan tersebut.

Perjalanan Rasulullah dalam peristiwa Isra? Mi?raj, boleh jadi melewati mekanisme pemendekan jarak sehingga jarak yang demikian jauhnya ditempuh Rasulullah hanya dalam bilangan jam. Ketika Rasulullah menceritakan peristiwa yang dialaminya, orang-orang kafir jelas tidak mempercayainya. Padahal itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Menarik disimak dalam Surah Al-Hijr/15: 13-15:

Mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur?an) padahal telah berlalu sunatullah terhadap orang-orang terdahulu. Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, ?Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir.? (Al-Hijr/15: 13-15)

Dengan demikian, Allah menyatakan bahwa bagi mereka yang tidak beriman, sampai seandainya pintu langit dibuka dan mereka melaluinya, mereka akan tetap berdalih bahwa itu sebuah ilusi. Subhanallah, Allah memberikan gambaran bagaimana mengatur makhluk-Nya.

Para malaikat lalu lalang dari satu tempat ke tempat dengan menggunakan jalan khusus yang disebut ma?arij, dan Rasulullah, Sang Kekasih Allah, mendapat kesempatan melalui ma?arij-jalan istimewa- tersebut pada suatu malam yang sangat mengguncangkan, yakni Isra? Mi?raj.

Tafsir Quraish Shihab: Para malaikat dan Jibril naik ke hadapan-Nya dalam sehari yang lamanya lima puluh ribu tahun dalam hitungan tahun dunia.

Surah Al-Ma’arij Ayat 5
فَٱصۡبِرۡ صَبۡرًا جَمِيلًا

Terjemahan: Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.

Tafsir Jalalain: فَٱصۡبِرۡ (Maka bersabarlah kamu) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berperang صَبۡرًا جَمِيلًا (dengan sabar yang baik) sabar yang tidak disertai dengan gelisah.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: فَٱصۡبِرۡ صَبۡرًا جَمِيلًا (“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.”) artinya bersabarlah wahai Muhammad, atas pendustaan kaummu terhadapmu dan permohonan mereka agar adzab didatangkan dengan segera serta anggapan mereka bahwa adzab itu tidak akan pernah terjadi.

Tafsir Kemenag: Rasulullah saw disuruh bersabar terhadap sikap orang musyrik yang selalu memperolok-olokkannya. Beliau juga diminta untuk tidak merasa gelisah oleh sikap mereka, karena urusan azab adalah urusan Allah. Hanya Allah yang mengetahui kapan azab itu akan ditimpakan kepada mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Maka bersabarlah, hai Muhammad, dalam menghadapi ejekan dan permintaan mereka agar azab disegerakan, tanpa berkeluh-kesah. Orang-orang kafir itu sungguh menganggap hari kiamat itu mustahil terjadi. Padahal itu amatlah mudah dan dapat dilakukan dengan kemampuan Kami.

Surah Al-Ma’arij Ayat 6
إِنَّهُمۡ يَرَوۡنَهُۥ بَعِيدًا

Terjemahan: Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh (mustahil).

Tafsir Jalalain: إِنَّهُمۡ يَرَوۡنَهُۥ (Sesungguhnya mereka memandangnya) memandang azab itu بَعِيدًا (jauh) artinya mustahil akan terjadi.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu Dia berfirman: إِنَّهُمۡ يَرَوۡنَهُۥ بَعِيدًا (“Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh.”) yaitu terjadinya adzab. Dan hari kiamat itu dipandang oleh orang-orang kafir sebagai sesuatu yang sangat jauh, artinya mustahil terjadi.

Tafsir Kemenag: Kaum musyrik memandang bahwa azab itu mustahil terjadi, karena teperdaya oleh kesenangan dunia yang sifatnya sementara. Juga karena ilmu mereka sangat sedikit dan tidak mengindahkan petunjuk Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Maka bersabarlah, hai Muhammad, dalam menghadapi ejekan dan permintaan mereka agar azab disegerakan, tanpa berkeluh-kesah. Orang-orang kafir itu sungguh menganggap hari kiamat itu mustahil terjadi. Padahal itu amatlah mudah dan dapat dilakukan dengan kemampuan Kami.

Surah Al-Ma’arij Ayat 7
وَنَرَىٰهُ قَرِيبًا

Terjemahan: Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin terjadi).

Tafsir Jalalain: وَنَرَىٰهُ قَرِيبًا (Sedangkan Kami memandangnya dekat) pasti terjadi.

Tafsir Ibnu Katsir: وَنَرَىٰهُ قَرِيبًا (“Sedangkan kami memandangnya dekat.”) yakni orang-orang mukmin meyakini keberadaan adzab yang sudah dekat itu meskipun rentang waktunya hanya diketahui oleh Allah, tetapi setiap apa yang akan datang itu pasti sudah dekat dan pasti akan terjadi, tidak mungkin tidak.

Tafsir Kemenag: Namun demikian, azab itu pasti terjadi karena Allah-lah yang menentukan segala sesuatu. Tidak ada satu pun yang sukar bagi-Nya. Jika Dia menghendaki terjadinya sesuatu, maka akan terjadi pada saat yang dikehendaki-Nya. Tidak ada suatu pun yang dapat melawan kehendaknya.

Tafsir Quraish Shihab: Maka bersabarlah, hai Muhammad, dalam menghadapi ejekan dan permintaan mereka agar azab disegerakan, tanpa berkeluh-kesah. Orang-orang kafir itu sungguh menganggap hari kiamat itu mustahil terjadi. Padahal itu amatlah mudah dan dapat dilakukan dengan kemampuan Kami.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Ma’arij Ayat 1-7 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S