Surah Al-Mulk Ayat 12-15; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mulk Ayat 12-15

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mulk Ayat 12-15 ini, memperingatkan orang-orang musyrik yang tidak percaya akan luas dan detilnya pengetahuan Allah, bahwa Tuhan Maha Mengetahui segala isi langit dan bumi betapa pun kecilnya, betapa pun jauh disembunyikan, serta mengetahui perkataan-perkataan yang dirahasiakan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sesungguhnya pengetahuan Allah dapat menembus dinding yang sangat tebal dan kokoh dan sesuatu yang paling tersembunyi letaknya sekalipun.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mulk Ayat 12-15

Surah Al-Mulk Ayat 12
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُم بِٱلۡغَيۡبِ لَهُم مَّغۡفِرَةٌ وَأَجۡرٌ كَبِيرٌ

Terjemahan: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُم ب (Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya) mereka yang takut kepada-Nya بِٱلۡغَيۡبِ (dalam sendirian) sewaktu mereka tidak kelihatan oleh orang lain, mereka tetap taat kepada-Nya. Dengan demikian berarti bila mereka berada secara terang-terangan maka lebih takut lagi لَهُم مَّغۡفِرَةٌ وَأَجۡرٌ كَبِيرٌ (mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar) yang dimaksud adalah surga.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya menceritakan tentang orang-orang yang takut akan maqam [kedudukan] Rabb-nya, yang ada antara dirinya dengan-Nya, jika dia tengah menyendiri dari orang-orang lalu dia menahan diri dari perbuatan maksiat dan melaksanakan berbagai ketaatan, di tempat dimana tidak diketahui oleh seorang pun kecuali hanya Allah Ta’ala semata.

Maka dia akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar, yakni dosa-dosanya diampuni dan diberi pahala yang banyak. Sebagaimana yang telah ditegaskan di dalam kitab ash-Shahihain: “Ada tujuh golongan yang akan senantiasa dinaungi oleh Allah Yang Mahatinggi di bawah naungan ‘Arsy-Nya, pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.”

Kemudian dari mereka, beliau menyebutkan salah seorang yang diajak [berbuat maksiat] oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, lalu ia mengatakan: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah.” Beliau juga menyebutkan seseorang yang menyedekahkan sesuatu secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan tanda-tanda orang bertakwa yang tunduk dan patuh kepada Allah, dan yakin bahwa Allah mengetahui segala yang mereka lakukan baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Tanda-tanda itu ialah:

1. Senantiasa takut kepada azab Allah walaupun azab itu merupakan suatu yang gaib, tidak tampak dan belum tentu kapan datangnya. 2. Merasa takut akan kedatangan hari Kiamat, karena mengingat malapetaka yang akan terjadi pada diri mereka seandainya mengingkari Allah, seperti peristiwa yang akan terjadi pada hari perhitungan, hari pembalasan, dan azab neraka yang tiada terkirakan.

3. Yakin dan percaya bahwa Allah selalu mengawasi, memperhatikan, dan mengetahui di mana dan dalam keadaan bagaimana mereka setiap saat. Dalam hadis Nabi Muhammad disebutkan: Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah. (Riwayat at-Tirmidhi, an-Nasa’i, Ahmad, al-hakim, dan lainnya)

Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh, tidak ada kekhawatiran terhadap diri mereka dan mereka tidak bersedih hati terhadap segala sesuatu yang luput dari mereka, sebagaimana firman Allah:

Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (al-Baqarah/2: 277)

Orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah selalu merasa mendapat pengawasan dari-Nya. Mereka yakin bahwa Dia melihat dan memperhatikan mereka, sebagaimana yang diucapkan Nabi Muhammad dalam konteks ihsan: Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu. (Riwayat al-Bukhari, Muslim, dan Abu Hurairah)

Allah menjanjikan bahwa orang-orang mukmin yang bersifat demikian akan diampuni dosa-dosanya dan akan diberi pahala yang besar di akhirat kelak.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka, padahal mereka tidak melihat-Nya, memperoleh ampunan atas dosa-dosa mereka. Mereka juga mendapat pahala yang besar atas amal baik mereka.

Surah Al-Mulk Ayat 13
وَأَسِرُّواْ قَوۡلَكُمۡ أَوِ ٱجۡهَرُواْ بِهِۦٓ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 65-66; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Tafsir Jalalain: وَأَسِرُّواْ (Dan rahasiakanlah) hai manusia قَوۡلَكُمۡ أَوِ ٱجۡهَرُواْ بِهِۦٓ إِنَّهُۥ (perkataan kalian atau lahirkanlah ia; sesungguhnya Dia) yakni Allah swt. عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ (Maha Mengetahui segala isi hati) Maha Mengetahui apa yang tersimpan di dalam kalbu dan apa yang kalian ucapkan.

Asbabun nuzul ayat ini ialah karena orang-orang musyrik mengatakan, sebagian di antara mereka kepada sebagian yang lain, “Rahasiakanlah pembicaraan kalian, niscaya Tuhannya Muhammad tidak akan dapat mendengarkannya.”.

Tafsir Ibnu Katsir: وَأَسِرُّواْ قَوۡلَكُمۡ أَوِ ٱجۡهَرُواْ بِهِۦٓ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ (“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Tafsir Kemenag: Menurut riwayat Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Pada suatu ketika orang-orang musyrikin mempergunjingkan Nabi Muhammad dan menjelek-jelekkannya, maka Allah menurunkan kepada beliau semua yang dibicarakan mereka itu. Lalu sebahagian mereka berkata kepada sebagian yang lain,

“Rendahkanlah suaramu agar kata-katamu tidak didengar oleh Tuhan Muhammad.” Maka turunlah ayat ini yang antara lain menjelaskan bahwa tidak ada suatu apa pun yang luput dari pengetahuan Allah.

Pada ayat ini, Allah kembali menjelaskan bahwa Dia mengetahui segala yang dirahasiakan dan segala yang dilahirkan oleh hamba-hamba-Nya, baik berupa perkataan, perbuatan, dan segala yang dirasakan oleh hati dan panca indera. Semuanya itu tidak luput sedikit pun dari pengetahuan Allah, karena Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Dari ayat ini dapat pula diambil kesimpulan bahwa semua doa yang dipanjatkan kepada Allah, baik dengan suara keras, berbisik, lemah-lembut maupun dengan gerakan hati saja akan diketahui Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Sembunyikanlah perkataan kalian atau nyatakanlah, keduanya sama saja menurut Allah. Sebab Dia Maha Mengetahui segala yang tersembunyi di dalam dada.

Surah Al-Mulk Ayat 14
أَلَا يَعۡلَمُ مَنۡ خَلَقَ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ

Terjemahan: “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?

Tafsir Jalalain: أَلَا يَعۡلَمُ مَنۡ خَلَقَ (Apakah Tuhan yang telah menciptakan tidak mengetahui) apa yang kalian rahasiakan itu, yakni apakah ilmu-Nya tidak dapat menjangkau hal tersebut وَهُوَ ٱللَّطِيفُ (sedangkan Dia Maha Halus) ilmu-Nya ٱلۡخَبِيرُ (lagi Maha Waspada).

Tafsir Ibnu Katsir: َأَلَا يَعۡلَمُ مَنۡ خَلَقَ (Apakah Tuhan yang telah menciptakan tidak mengetahui) apa yang kalian rahasiakan itu, yakni apakah ilmu-Nya tidak dapat menjangkau hal tersebut وَهُوَ ٱللَّطِيفُ (sedangkan Dia Maha Halus) ilmu-Nya ٱلۡخَبِيرُ (lagi Maha Waspada).

Tafsir Kemenag: Ayat ini seakan-akan memperingatkan orang-orang musyrik yang tidak percaya akan luas dan detilnya pengetahuan Allah, bahwa Tuhan Maha Mengetahui segala isi langit dan bumi betapa pun kecilnya, betapa pun jauh disembunyikan, serta mengetahui perkataan-perkataan yang dirahasiakan.

Sesungguhnya pengetahuan Allah dapat menembus dinding yang sangat tebal dan kokoh dan sesuatu yang paling tersembunyi letaknya sekalipun. Seandainya orang-orang kafir mau menggunakan akalnya, tentu ia akan berpendapat bahwa yang menciptakan seluruh alam ini, termasuk di dalamnya bumi dengan segala isinya, adalah Allah.

Pencipta itu pasti mengetahui keadaan dan sifat-sifat dari ciptaan-Nya, baik yang kecil maupun yang besar. Oleh karena itu, apa pun yang terjadi pada ciptaan-Nya, Allah mengetahuinya dengan rinci.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah Sang Pencipta Mahatahu segala ciptaan-Nya? Dialah yang mengetahui hakikat dan rincian segala sesuatu.

Surah Al-Mulk Ayat 15
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولًا فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ

Terjemahan: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

Tafsir Jalalain: هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ (Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kalian) mudah untuk dipakai berjalan di atas permukaannya ذَلُولًا فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِهَا (maka berjalanlah di segala penjurunya) pada semua arahnya وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦ (dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya) yang sengaja diciptakan buat kalian. وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ (Dan hanya kepada-Nyalah kalian dibangkitkan) dari kubur untuk mendapatkan pembalasan.

Tafsir Ibnu Katsir: Dia berfirman: هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولًا فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِهَا (“Dia lah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya.”) maksudnya lakukanlah perjalanan ke mana saja kalian kehendaki dari seluruh belahannya serta bertebaranlah kalian di segala penjurunya untuk menjalankan berbagai macam usaha dan perdagangan.

Baca Juga:  Surah Al Baqarah Ayat 6-20; Tafsir dan Terjemahan

Dan ketahuilah bahwa usaha kalian tidak akan membawa manfaat bagi kalian sama sekali kecuali jika Allah memudahkannya untuk kalian. Oleh karena itu Allah berfirman: وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦ (“dan makanlah sebagian dari rizky-Nya”) dengan demikian, usaha yang merupakan sarana sama sekali tidak bertentangan dengan tawakkal. وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ (“Dan hanya kepada-Nya lah kamu [kembali setelah] dibangkitkan.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan nikmat Allah yang tiada terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, dengan menyatakan bahwa Allah telah menciptakan bumi dan memudahkannya untuk mereka, sehingga mereka dapat mengambil manfaat yang tidak terhingga untuk kepentingan hidup mereka.

Dia menciptakan bumi itu bundar dan melayang-layang di angkasa luas. Manusia tinggal di atasnya seperti berada di tempat yang datar terhampar, tenang, dan tidak bergoyang. Dengan perputaran bumi terjadilah malam dan siang, sehingga manusia dapat berusaha pada siang hari dan beristirahat pada malam hari.

Bumi memancarkan sumber-sumber mata air, yang mengalirkan air untuk diminum manusia dan binatang ternak peliharaannya. Dengan air itu pula manusia mengairi kebun-kebun dan sawah-sawah mereka, demikian pula kolam-kolam tempat mereka memelihara ikan.

Dengan air itu pula mereka mandi membersihkan badan mereka yang telah kotor, sehingga mereka merasa segar dan nyaman. Diciptakan-Nya pula bukit-bukit, lembah-lembah, gunung-gunung yang menghijau yang menyejukkan hati orang yang memandangnya.

Dari celah-celah bukit itu mengalirlah sungai-sungai dan di antara bukit-bukit dan lembah-lembah itu manusia membuat jalan-jalan yang menghubungkan suatu negeri dengan negeri yang lain. Alangkah banyaknya nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada manusia.

Seandainya Allah menahan suatu nikmat saja kepada manusia, misalnya tidak memberikan udara yang akan dihirup, manusia akan mengalami penderitaan yang sangat. Siapakah yang dapat mengingkari nikmat Allah yang demikian banyaknya itu? Menurut para saintis, bumi yang diseliputi atmosfer sangat dinamis.

Proses-proses geologi yang mencakup dari proses erosi, pengendapan, naik-turun muka laut, gempa bumi, pergerakan magma, sampai ke letusan gunung api dalam rentang waktu jutaan tahun telah memungkinkan terjadinya cebakan-cebakan mineral maupun energi.

Di bagian lain, laut dan atmosfer pun tak kalah dinamisnya. Interaksinya dengan daratan dan perjalanannya bersama bulan mengitari matahari membentuk iklim dan musim.

Proses-proses dinamis yang melibatkan daratan-laut dan atmosfer tersebut memungkinkan terjadinya siklus hidrologi yang pada gilirannya menurunkan hujan dan menyebabkan kesuburan tanah serta terbentuknya cadangan air baik di danau, sungai maupun dalam tanah.

Oksigen dan air yang merupakan kebutuhan vital manusia tersedia melimpah dan amat mudah didapatkannya. Ayat ini menyatakan bahwa dengan sifat rahman-Nya kepada seluruh umat manusia, maka Allah bukan saja telah menyediakan seluruh sarana dan prasarana bagi manusia.

Ia juga telah memudahkan manusia untuk hidup di permukaan bumi. Manusia diperintahkan Allah untuk berjalan di permukaan bumi untuk mengenali baik tempatnya, penghuninya, manusianya, hewan dan tumbuhannya.

Manusia tidak saja diberi udara, tumbuhan, hewan, dan cuaca yang menyenangkan, tapi juga diberi perlengkapan dan kenyamanan untuk mencari rezeki di bumi dengan segala yang ada di atasnya maupun terkandung di dalamnya.

Setelah Allah menerangkan bahwa alam ini diciptakan untuk manusia dan memudahkannya untuk keperluan mereka, maka Dia memerintahkan agar mereka berjalan di muka bumi, untuk memperhatikan keindahan alam, berusaha mengolah alam yang mudah ini, berdagang, beternak, bercocok tanam dan mencari rezeki yang halal. Sebab, semua yang disediakan Allah itu harus diolah dan diusahakan lebih dahulu sebelum dimanfaatkan bagi keperluan hidup manusia.

Dengan memahami ayat ini, dapat dikemukakan hal-hal yang berikut: 1. Allah memerintahkan agar manusia berusaha dan mengolah alam untuk kepentingan mereka guna memperoleh rezeki yang halal. Hal ini berarti bahwa tidak mau berusaha dan bersifat pemalas bertentangan dengan perintah Allah.

2. Karena berusaha dan mencari rezeki itu termasuk melaksanakan perintah Allah, maka orang yang berusaha dan mencari rezeki adalah orang yang menaati Allah, dan hal itu termasuk ibadah. Dengan perkataan lain bahwa berusaha dan mencari rezeki itu bukan mengurangi ibadah, tetapi memperkuat dan memperbanyak ibadah itu sendiri.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 71-72 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Diriwayatkan oleh Ahmad dari ‘Umar bin al-Khaththab, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah bersabda: Jika kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana Allah memberikan rezeki-Nya kepada burung. Pergi mencari rezeki dengan perut yang kosong, dan petang hari ia kembali ke sarangnya dengan perut yang berisi penuh. (Riwayat at-Tirmidhi, Ahmad, al-Baihaqi, dan Abu Dawud dari ‘Umar bin al-Khaththab)

Hadis ini menunjukkan bahwa waktu sejak pagi hari sampai petang adalah waktu untuk mencari rezeki, seperti yang telah dilakukan burung. Jika manusia benar-benar mau berusaha sejak pagi sampai petang pasti Allah memberinya rezeki. Mereka tidak akan kelaparan. Dari hadis ini juga dapat dipahami bahwa orang yang tidak mau berusaha tidak akan diberi rezeki oleh Allah.

Diriwayatkan oleh al-hakim dan at-Tirmidhi dari Mu’awiyah bin Qurrah, ia berkata, “Pada suatu hari ‘Umar bin Khaththab lewat di perkampungan suatu kaum, lalu beliau bertanya kepada kaum itu, “Siapakah kamu?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah.” Umar berkata, “Kamu bukanlah orang-orang yang bertawakal kepada Allah, melainkan orang-orang yang telah dimakan karat.

Adapun orang yang bertawakal kepada Allah ialah orang yang menanamkan benih ke dalam tanah, lalu ia bertawakal kepada Allah.” Dalam mencari rezeki ajaran Islam memberikan beberapa pedoman: 1. Agar setiap manusia berusaha mencukupkan keperluan dirinya dan keluarganya.

Oleh karena itu, orang yang berangkat dari rumahnya pagi hari untuk mencari rezeki, termasuk orang yang didoakan oleh Nabi Muhammad agar diberkahi Allah. Bahwa Nabi Muhammad saw berkata, “Wahai Allah, berkatilah umatku yang berangkat berusaha pagi-pagi.” (Riwayat at-Tirmidhi dari sakhr bin al-Gamidi)

2. Dalam berusaha itu hendaklah mencari yang halal. Maksudnya ialah mencari rezeki dengan cara-cara yang halal, tidak dengan mencuri, menipu, korupsi, dan sebagainya. Rezeki yang dicari itu adalah rezeki yang halal, bukan yang haram, seperti khamar, bangkai, dan sebagainya, sesuai dengan hadis:

Dari Ali bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya, dalam mencari yang halal.” (Riwayat ath-thabrani) Hadis yang lain menerangkan: Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Mencari rezeki yang halal wajib bagi setiap orang muslim.” (Riwayat ath-thabrani)

Pada akhir ayat, Allah memberi peringatan kepada manusia bahwa semua makhluk akan kembali kepada-Nya pada hari Kiamat, dan pada waktu itu akan ditimbang semua perbuatan manusia. Amal baik dibalas dengan pahala yang berlipat ganda, sedangkan perbuatan buruk akan dibalas dengan azab neraka.

Oleh karena itu, hendaklah manusia selalu mawas diri, berusaha melaksanakan amal saleh sebanyak mungkin dan menilai serta meneliti perbuatan-perbuatan yang akan dikerjakan, berusaha memohon ampun kepada Allah atas kesalahan yang telanjur dilakukan atau yang tanpa disadari bahwa perbuatan itu termasuk perbuatan yang dilarang Allah.

Maka setiap muslim seyogyanya mencari rezeki yang halal saja, jangan sekali-kali memakan rezeki yang diperoleh dengan cara yang haram atau bendanya sendiri adalah benda yang haram. Ingatlah bahwa semua makhluk tanpa ada kecualinya akan kembali kepada-Nya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka menjawab, Dialah yang telah menundukkan bumi sehingga memudahkan kalian. Maka, jelajahilah di seluruh pelosoknya dan makanlah dari rezeki yang dikeluarkan dari bumi itu untuk kalian. Hanya kepada-Nyalah kalian akan dibangkitkan untuk diberi balasan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mulk Ayat 12-15 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S