Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mu’min Ayat 18-20 ini, Allah menerangkan bahwa Dia memerintahkan Rasulullah supaya memperingatkan kaumnya yang musyrik akan datangnya hari Kiamat yang tidak lama lagi. Oleh karena itu, mereka diingatkan untuk berhenti melakukan perbuatan jahat yang dilarang oleh agama, dan memperbaiki akidah mereka yang sesat, yang menyebabkan mereka diazab nanti di akhirat dengan azab yang pedih.
Pada hari itu, keadaan sangat mengerikan dan menakutkan, kesedihan tak terkirakan lagi sehingga jantung terasa sesak sampai ke kerongkongan, napas turun naik, nyawa keluar masuk sampai mereka menemui ajal. Tidak seorang pun yang dapat menolong orang-orang yang telah menganiaya diri mereka dengan mempersekutukan Allah, dan tidak ada pembela yang memintakan syafaat.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’min Ayat 18-20
Surah Al-Mu’min Ayat 18
وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡءَازِفَةِ إِذِ ٱلۡقُلُوبُ لَدَى ٱلۡحَنَاجِرِ كَٰظِمِينَ مَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ
Terjemahan: Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.
Tafsir Jalalain: وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡءَازِفَةِ (Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat) yakni hari kiamat. Berasal dari kata Azifar Rahiilu, artinya, Waktu berangkat telah dekat إِذِ ٱلۡقُلُوبُ (yaitu ketika kalbu) menyesak karena dicekam rasa takut لَدَى (sampai) artinya hingga sesaknya terasa sampai ٱلۡحَنَاجِرِ كَٰظِمِينَ (di kerongkongan dengan menahan kedukaan) penuh dengan kesedihan. Lafal Kaazhimiina ini adalah Hal atau kata keterangan keadaan bagi lafal Al-Quluubu, kemudian dianggap sebagai jamak dengan memakai huruf Ya dan Nun karena diibaratkan kepada para pemiliknya.
مَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ حَمِيمٍ (Tiada teman-teman yang setia bagi orang-orang yang zalim) maksudnya tiada teman sejawat dan dekat وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ (dan tidak pula mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya) yang dapat diterima syafaatnya; lafal Yuthaa’u sebagai sifat, tidak mengandung pengertian apa-apa, karena pada asalnya tiada syafaat bagi mereka, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firman-Nya yang lain, yaitu, “Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun.” (Q.S. Asy-Syu’ara, 100).
Tetapi kalau lafal Syafii’in, memang mengandung makna, karena ditinjau dari segi dugaan mereka yaitu, bahwasanya mereka memiliki pemberi-pemberi syafaat. Maksudnya, seandainya mereka memberi syafaat, niscaya syafaat mereka tidak akan diterima.
Tafsir Ibnu Katsir: Yaumul Azifah adalah istilah lain dari hari kiamat. Dinamakan demikian karena masanya sudah dekat, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah Swt.: Telah dekat terjadinya hari kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (An-Najm: 57-58) Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: l)
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka. (Al-Anbiya: l) Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta disegerakan (datang)nya. (An-Nahl: 1) Dan firman Allah Swt.: Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. (Al-Mulk: 27), hingga akhir Ayat.
Adapun firman Allah Swt.: إِذِ ٱلۡقُلُوبُ لَدَى ٱلۡحَنَاجِرِ كَٰظِمِينَ ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. (Al-Mumin: 18)” Qatadah mengatakan bahwa hati menyesak sampai di tenggorokan karena takut yang amat sangat, dan hati tidak dapat keluar dan tidak dapat pula kembali ke tempatnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Makna kadhimina ialah semuanya diam, tidak ada seorang pun yang dapat bicara kecuali dengan izin Allah Swt. seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
Pada hari, ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba: 38) Ibnu Juraij mengatakan bahwa kadhimina artinya mereka menangis.
Firman Allah Swt.: مَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. (Al-Mumin: 18) Yakni tiadalah bagi orang-orang yang zalim karena mempersekutukan Allah seorang kerabat pun dari kalangan mereka yang dapat memberi manfaat bagi mereka, tiada pula pemberi syafaat pun yang dapat diterima syafaatnya, bahkan semua penyebab kebaikan telah terputus dari mereka.
Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia memerintahkan Rasulullah supaya memperingatkan kaumnya yang musyrik akan datangnya hari Kiamat yang tidak lama lagi. Oleh karena itu, mereka diingatkan untuk berhenti melakukan perbuatan jahat yang dilarang oleh agama, dan memperbaiki akidah mereka yang sesat, yang menyebabkan mereka diazab nanti di akhirat dengan azab yang pedih.
Pada hari itu, keadaan sangat mengerikan dan menakutkan, kesedihan tak terkirakan lagi sehingga jantung terasa sesak sampai ke kerongkongan, napas turun naik, nyawa keluar masuk sampai mereka menemui ajal. Tidak seorang pun yang dapat menolong orang-orang yang telah menganiaya diri mereka dengan mempersekutukan Allah, dan tidak ada pembela yang memintakan syafaat.
Tafsir Quraish Shihab: Ingatkanlah mereka, wahai Muhammad, tentang hari kiamat yang dekat itu. Yaitu ketika hati mereka–karena begitu takutnya–sampai ke kerongkongan, sementara mereka menahan sedih namun tak tahu bagaimana harus mengungkapkannya. Orang-orang yang menzalimi diri dengan bersikap kafir tidak lagi mempunyai kerabat dekat atau pemberi syafaat yang perintahnya dapat ditaati.
Surah Al-Mu’min Ayat 19
يَعۡلَمُ خَآئِنَةَ ٱلۡأَعۡيُنِ وَمَا تُخۡفِى ٱلصُّدُورُ
Terjemahan: Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.
Tafsir Jalalain: يَعۡلَمُ (Dia mengetahui) Allah mengetahui خَآئِنَةَ ٱلۡأَعۡيُنِ (mata yang khianat) ketika mencuri pandang melihat hal-hal yang diharamkan وَمَا تُخۡفِى ٱلصُّدُورُ (dan apa yang disembunyikan oleh hati) yang tersimpan di dalam kalbu.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Swt.: يَعۡلَمُ خَآئِنَةَ ٱلۡأَعۡيُنِ وَمَا تُخۡفِى ٱلصُّدُورُ Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mumin: 19) Allah Swt. menceritakan tentang Pengetahuan-Nya Yang sempurna lagi meliputi segala sesuatu, yang besar, yang kecil, yang agung, yang hina, yang lembut dan yang paling kecil.
Ayat ini merupakan peringatan bagi manusia agar selalu merasa di bawah pengawasan Allah, sehingga mereka merasa malu dari Allah dengan malu yang sebenar-benarnya, dan bertakwa kepada-Nya dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan merasa berada dalam pengawasan-Nya dengan perasaan seseorang yang mengetahui bahwa Dia melihatnya. Karena sesungguhnya Allah Swt. mengetahui pandangan mata yang khianat, sekalipun pada lahiriahnya menampakkan pandangan yang jujur. Dan Dia mengetahui apa yang tersembunyi di balik lubuk hati berupa detikan hati dan semua rahasia yang ada di dalamnya.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: يَعۡلَمُ خَآئِنَةَ ٱلۡأَعۡيُنِ وَمَا تُخۡفِى ٱلصُّدُورُ Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mumin: 19) Dia adalah seorang lelaki yang memasuki rumah suatu ahli bait yang di dalamnya ada seorang wanita yang cantik, atau wanita yang cantik itu berlalu di hadapannya; maka apabila keluarga si wanita itu lengah, ia melirikkan pandangannya ke wanita itu. Dan apabila mereka mengawasinya, maka ia menundukkan pandangan matanya dari wanita itu.
Bila mereka lengah, ia memandangnya; dan bila mereka mengawasinya, ia menunduk. Allah Swt. mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati lelaki seperti itu, dia menginginkan seandainya saja ia dapat melihat farji wanita cantik itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (pandangan) mata yang khianat. (Al-Mumin: 19) Yakni lirikan mata.
Seorang lelaki berkata, “Aku telah melihat,” padahal dia tidak melihat. Atau, “Aku tidak melihat,” padahal dia melihat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah Swt. mengetahui pandangan mata saat melihat, apakah pandangan itu jujur ataukah khianat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: وَمَا تُخۡفِى ٱلصُّدُورُ (dan apa yang disembunyikan oleh hati.) (Al-Mumin: 19) Dia mengetahui bahwa jika kamu mempunyai kemampuan untuk menguasainya (si wanita cantik yang dipandangmu), apakah kamu akan berbuat zina dengannya ataukah tidak. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mumin: 19) Yakni rasa waswas.
Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia mengetahui penglihatan mata yang khianat dan pandangan yang curang. Mata yang khianat adalah penglihatan mata pada hal-hal yang diharamkan dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui orang lain.
Ibnu ‘Abbas memberikan contoh penglihatan mata seorang yang khianat, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim, Ibnu Abi Syaibah, dan Ibnu al-Mundzir bahwa seseorang berada di tengah-tengah kaumnya, maka lewatlah di dekat mereka seorang perempuan. Ia memperlihatkan kepada kaumnya bahwa ia memejamkan matanya dan tidak melihat wanita yang lewat itu. Kalau kaumnya tidak memerhatikannya, ia membuka matanya melihat wanita itu. Tetapi kalau kaumnya melihat dia, ia menunduk lagi menyembunyikan pandangannya.
Allah mengetahui bahwa di dalam hati laki-laki itu tersembunyi niat ingin melihat aurat wanita yang lewat itu. Firman Allah: Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (at-Tagabun/64: 4)
Dan firman-Nya: Katakanlah, “Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya.” (ali ‘Imran/3: 29)
Kalau yang tersembunyi seperti bisikan hati diketahui oleh Allah, tentunya lebih-lebih lagi yang nyata dan ada di sekitar kita, yang ada di langit dan di bumi, yang diturunkan dari langit dan apa yang naik daripadanya sebagaimana firman Allah:
? Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka? (al-Baqarah/2: 255)
Dan firman-Nya: Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. (at-Tagabun/64: 4)
Dan firman-Nya lagi: Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. (Saba’/34: 2)
Tafsir Quraish Shihab: Allah Swt. mengetahui pandangan mata yang berkhianat dan semua apa yang tersimpan di dalam dada.
Surah Al-Mu’min Ayat 20
وَٱللَّهُ يَقۡضِى بِٱلۡحَقِّ وَٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ لَا يَقۡضُونَ بِشَىۡءٍ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Terjemahan: Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Tafsir Jalalain: وَٱللَّهُ يَقۡضِى بِٱلۡحَقِّ وَٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ (Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sesembahan-sesembahan yang mereka seru) yang mereka sembah دُونِهِۦ (selain Allah) yakni berhala-berhala لَا يَقۡضُونَ بِشَىۡءٍ (tiada dapat menghukum dengan sesuatu apa pun) mana mungkin mereka menjadi sekutu-sekutu Allah? إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلسَّمِيعُ (Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar) semua perkataan mereka ٱلۡبَصِيرُ (lagi Maha Melihat) semua perbuatan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Swt.: وَٱللَّهُ يَقۡضِى بِٱلۡحَقِّ Dan Allah menghukum dengan keadilan. (Al-Mumin: 20) Maksudnya, memutuskan hukum dengan adil. Al-A’masy telah meriwAyatkan dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: وَٱللَّهُ يَقۡضِى بِٱلۡحَقِّ Dan Allah menghukum dengan keadilan. (Al-Mumin: 20) Yaitu berkuasa membalas satu kebaikan dengan satu kebaikan, dan satu keburukan dengan satu keburukan lagi.
إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mumin: 20) Inilah tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas r.a. tentang Ayat ini, bahwa Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang baik. (An-Najm:31)
Adapun firman Allah Swt.: Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah. (Al-Mumin: 20) Yakni berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan tandingan-tandingan Allah yang mereka ada-adakan. tiada dapat menghukum dengan sesuatu pun. (Al-Mumin: 20) Maksudnya, tidak memiliki sesuatu pun dan tidak dapat menghukumi sesuatu pun.
إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mumin: 20) Yakni Maha Mendengar semua ucapan makhluk-Nya dan Maha Melihat kepada mereka, maka Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, Dialah Hakim Yang Mahaadil dalam semuanya itu.”
Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia akan menghukum dengan adil orang-orang yang khianat dan curang penglihatan matanya, dan yang menyembunyikan dalam hatinya niat-niat dan keinginan yang jahat.
Allah memberi balasan surga kepada orang-orang yang memejamkan matanya untuk menghindari melihat yang diharamkan, dan balasan siksa yang pedih bagi orang-orang yang mengulang-ulang penglihatannya dan menetapkan dalam hatinya akan mengerjakan sesuatu yang dilarang agama. Tak seorang pun yang dirugikan. Akibat perbuatan seseorang itu akan kembali kepada dirinya masing-masing, tak akan dianiaya sedikit pun sebagaimana firman Allah:
Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya. (Fushshilat/41: 46)
Adapun berhala-berhala dan sembahan-sembahan lain yang disembah oleh kaum musyrikin, tidak berdaya dan tidak dapat menghukum dengan sesuatu apa pun, karena mereka itu tidak tahu apa-apa dan tidak mempunyai kekuasaan sedikit pun.
Pada akhir Ayat ini, ditegaskan bahwa Allah itu Maha Mendengar segala ucapan, baik yang nyata maupun secara berbisik-bisik bahkan bisikan hati pun, Ia mendengarnya. Allah Maha Melihat semua yang diperbuat seseorang baik di tempat yang terang maupun di tempat yang gelap.
Tafsir Quraish Shihab: Allah memutuskan hukuman dengan sangat adil. Sedangkan sembahan-sembahan lain yang mereka persekutukan dengan Allah tidak dapat memutuskan hukuman apa-apa karena mereka, memang, tidak mampu. Sesungguhnya hanya Allahlah yang meliputi semua apa yang dapat didengar dan dilihat.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mu’min Ayat 18-20 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020