Surah Al-Mu’min Ayat 57-59; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mu'min Ayat 57-59

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mu’min Ayat 57-59 ini, menjelaskan orang-orang yang meng-ingkari seruan rasul dan membantah Ayat-Ayat Allah adalah orang-orang yang dalam hatinya penuh dengan keangkuhan dan takabur.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka enggan menerima kebenaran karena pengaruh hawa nafsu. Mereka ingin berkuasa dan dijadikan pemimpin dalam masyarakat, serta merasa sebagai orang yang paling berkuasa.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’min Ayat 57-59

Surah Al-Mu’min Ayat 57
لَخَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ

Terjemahan: Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Tafsir Jalalain: لَخَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi) yakni permulaannya أَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ ٱلنَّاسِ (lebih besar daripada penciptaan manusia) untuk yang kedua kalinya, yaitu mengulanginya وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah لَا يَعۡلَمُونَ (tidak mengetahui) hal tersebut, perihal mereka sama dengan orang buta, sedangkan orang yang mengetahui hal tersebut perumpamaannya sama dengan orang yang melihat.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberikan perhatian bahwa Dia akan mengembalikan seluruh makhluk pada hari kiamat. Hal tersebut merupakan sesuatu yang amat mudah dan ringan bagi-Nya, karena Dia-lah yang telah menciptakan langit dan bumi. Sedangkan penciptaan keduanya lebih besar daripada penciptaan manusia, baik pada tahab permulaan maupun pada tahab pengembalian.

Rabb Yang Mahakuasa melakukan hal tersebut, tentu Mahakuasa pula untuk melakukan sesuatu yang lebih mudah dari itu semua.

لَخَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ (“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”) karena itu mereka tidak merenungkan dan tidak memikirkan hujjah tersebut, seperti yang terjadi pada kebanyakan orang Arab.

Mereka memang mengakui bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan langit dan bumi, akan tetapi mereka mengingkari hari Kiamat karena menganggap mustahil, mengingkari dan membangkang, walaupun sebenarnya mereka mengakui sesuatu yang lebih hebat dari apa yang mereka ingkari.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini dinyatakan bahwa orang-orang yang meng-ingkari seruan rasul dan membantah Ayat-Ayat Allah adalah orang-orang yang dalam hatinya penuh dengan keangkuhan dan takabur. Mereka enggan menerima kebenaran karena pengaruh hawa nafsu.

Mereka ingin berkuasa dan dijadikan pemimpin dalam masyarakat, serta merasa sebagai orang yang paling berkuasa. Keinginan mereka inilah yang menyebabkan mereka mengingkari Ayat-Ayat Allah. Menurut mereka, keinginan itu tidak akan tercapai jika mereka mengikuti seruan rasul, karena dengan mengikuti seruan rasul berarti mereka meninggalkan agama nenek moyang yang mereka hormati selama ini.

Kemudian Allah menerangkan bahwa sekalipun orang-orang kafir itu selalu berusaha untuk menghancurkan Nabi Muhammad dan para pengikutnya, namun mereka tidak akan mencapai cita-cita itu. Sebab, Allah selalu membantu Nabi Muhammad dengan merendahkan, menghinakan, dan memusnahkan musuh-musuhnya dan usaha-usaha mereka.

Baca Juga:  Penjelasan Makna Syukur yang Terdapat dalam Ayat Al-Quran Menurut Para Ahli Bahasa

Allah lalu memerintahkan Nabi agar selalu mohon perlindungan kepada-Nya untuk mematahkan tipu daya dan usaha orang-orang musyrik itu. Allah Maha Mendengar segala permintaan dan permohonan hamba-Nya, mengetahui setiap getaran jiwa dan melihat segala perbuatan hamba-hamba-Nya.

(57) Pada Ayat ini, Allah mengemukakan salah satu bukti adanya hari kebangkitan pada hari Kiamat nanti. Dia menerangkan bahwa menciptakan langit dan bumi lebih “berat” dan “sukar” dibanding dengan menciptakan manusia, baik pada waktu pertama kali menciptakannya maupun pada waktu mengulanginya kembali. Langit dan bumi beserta segala isinya tidak terhingga luas dan besarnya.

Tidak terhitung jumlah planet-planet di sana. Tidak terhitung jumlah binatang dan tumbuh-tumbuhan yang ada padanya. Gunung-gunung dan sungai-sungai yang mengalir tidak bisa dilacak semua oleh manusia.

Hukum-hukum dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengannya tidak bisa diketahui oleh manusia seluruhnya. Oleh karena itu, orang-orang musyrik jangan sekali-kali mengira bahwa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta manusia yang ada di dalamnya, tidak sanggup membangkitkan manusia kembali pada hari Kiamat atau menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Tidak sesuatu pun yang sukar bagi Allah, semua mudah bagi-Nya.

Allah berfirman: Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, dan Dia kuasa menghidupkan yang mati? Begitulah; sungguh, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (al-A.hqaf/46: 33)

Ayat 57 Surah az-Zumar ini seolah menekankan bahwa penciptaan alam semesta ini jauh lebih rumit (besar) daripada penciptaan manusia (hal ini tentu dalam pandangan manusia karena bagi Allah tidak ada yang rumit sedikit pun). Padahal dari jumlah tulisan hasil pemikiran dan temuan, pengungkapan teori terciptanya alam semesta ini lebih banyak dan lebih pesat perkembangannya dibandingkan dengan perkembangan teori kejadian manusia yang sampai saat ini masih dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan belum terjawab dan fakta-fakta yang kontroversial.

Dilihat dari waktu keberadaannya secara ilmu pengetahuan, manusia (homo sapiens) diperkirakan muncul pada 40.000 tahun yang lalu, kurun waktu ini bukan apa-apa dibandingkan umur alam semesta yang diperkirakan telah berada semenjak 7 miliar tahun yang lalu, apalagi jika dibandingkan dengan sejarah peradaban manusia yang jejaknya ditemukan hanya sekitar 7000 tahun yang lalu.

Tampaknya pengetahuan kita tentang kejadian alam semesta inipun sebenarnya tidak lebih banyak dari apa yang kita ketahui tentang kejadian manusia.

Pada akhir Ayat ini, Allah menerangkan bukti-bukti yang dikemukakan itu dan amat sedikit manusia yang mau berpikir untuk mencari kebenaran yang hakiki. Mereka terlalu dipengaruhi hawa nafsu dan kesenangan dunia yang sifatnya hanya sementara. Mereka juga tidak mau mendengar dan menyadari bahwa Allah Mahakuasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya.

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 41-42; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Aku bersumpah, bahwa penciptaan langit dan bumi sungguh lebih besar daripada penciptaan manusia. Tetapi kebanyakan manusia tidak menggunakan pengetahuan mereka, sehingga tidak mempercayai kebangkitan, meski mengakui bahwa Allah benar-benar Pencipta langit dan bumi.

Surah Al-Mu’min Ayat 58
وَمَا يَسۡتَوِى ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَلَا ٱلۡمُسِىٓءُ قَلِيلًا مَّا تَتَذَكَّرُونَ

Terjemahan: Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.

Tafsir Jalalain: وَمَا يَسۡتَوِى ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ وَ (Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan) tidak sama pula ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ (orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh) yaitu orang yang selalu berbuat kebaikan وَلَا ٱلۡمُسِىٓءُ (dengan orang-orang yang durhaka) di dalam lafal Ayat ini terdapat tambahan huruf Laa.

قَلِيلًا مَّا تَتَذَكَّرُونَ (Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran) mengambil nasihat; dapat dibaca Yatadzakkaruuna atau Tatadzakkaruuna, yakni kesadaran mereka terhadap hal ini sangat sedikit.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَا يَسۡتَوِى ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَلَا ٱلۡمُسِىٓءُ قَلِيلًا مَّا تَتَذَكَّرُونَ (“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah [pula sama] orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal shalih dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”) yaitu sebagaimana orang buta yang tidak melihat tidak sama dengan orang yang bisa melihat sepanjang arah pandangannya, bahkan keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas. Demikian pula orang-orang mukmin lagi berbakti, tidak sama dengan orang-orang kafir lagi fajir [jahat].

قَلِيلًا مَّا تَتَذَكَّرُونَ (“sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”) yaitu, alangkah sedikitnya di antara sekian banyak manusia yang mau mengambil pelajaran.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa tidak sama di sisi Allah orang yang kafir yang buta dari kebenaran, tidak mau melihat dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah di langit dan di bumi dengan orang-orang yang beriman yang mau mencari kebenaran, berusaha meyakinkan dirinya dengan mempelajari dan merenungkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, sehingga mereka mengetahui bahwa penciptaan bumi dan langit beserta apa yang ada di dalamnya lebih besar dan sulit dari menciptakan manusia.

Oleh karena itu, membangkitkan manusia itu adalah suatu yang mudah bagi Allah. Begitu pula tidak sama orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan orang-orang kafir yang selalu melakukan perbuatan yang dilarang Allah.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 124-125; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Memang hanya sedikit manusia yang mau merenungkan dan memikirkan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka dan sedikit pula yang mau mengambil pelajaran. Sekiranya mereka mau merenungkan sehingga mereka mengetahui kebenaran, tentulah mereka mengetahui pula kesalahan-kesalahan yang pernah mereka perbuat dan tidak mengulanginya lagi.

Tafsir Quraish Shihab: Tidaklah sama antara orang yang buta akan kebenaran dengan orang yang melihat dan mengetahuinya, juga antara orang yang beriman dan beramal saleh dengan orang yang tidak berbuat baik di dalam berakidah dan berperilaku. Tetapi kalian, wahai manusia, sangat jarang mengingatnya.

Surah Al-Mu’min Ayat 59
إِنَّ ٱلسَّاعَةَ لَءَاتِيَةٌ لَّا رَيۡبَ فِيهَا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤۡمِنُونَ

Terjemahan: Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلسَّاعَةَ لَءَاتِيَةٌ لَّا رَيۡبَ (Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan) artinya, tidak diragukan lagi فِيهَا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤۡمِنُونَ (tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman) kepadanya.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنَّ ٱلسَّاعَةَ لَءَاتِيَةٌ (“Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang.”) yaitu pasti terjadi dan akan tiba. لَّا رَيۡبَ فِيهَا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤۡمِنُونَ (“Tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.”) yaitu mereka tidak membenarkannya, bahkan mendustakan keberadaannya. wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Setelah Allah menerangkan bukti-bukti adanya hari Kiamat dan hari kebangkitan, maka Dia menegaskan bahwa hari Kiamat itu pasti datang. Pada waktu itu, seluruh manusia dihidupkan kembali, setiap mereka diperhitungkan amalnya dengan penuh keadilan di hadapan mahkamah Allah. Tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari pengadilan Tuhan itu.

Sekalipun hari Kiamat itu pasti datang, dan telah ditegaskan bahwa orang-orang kafir akan masuk neraka dan orang-orang yang beriman akan masuk surga, namun sedikit sekali manusia yang mau percaya dan beriman, bahkan mereka mendustakannya.

Tafsir Quraish Shihab: Hari kiamat, tidak diragukan lagi, pasti datang. Tetapi kebanyakan orang tidak mempercayainya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mu’min Ayat 57-59 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S