Surah Al-Mu’minun Ayat 26-30; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mu'minun Ayat 26-30

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 26-30 ini, menegaskan Allah dalam peristiwa topan besar yang membinasakan kaum Nuh yang mendustakan Rasul-Nya, dengan mengingkari keesaan Allah dan menyembah berhala-berhala, terdapat pelajaran bagi kaum Quraisy yang mendustakan kerasulan Muhammad saw, bahwa peristiwa yang menimpa kaum Nuh itu dapat pula menimpa kaum Quraisy yang berani mendustakan Rasulullah dan memusuhinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada kejadian itu benar-benar terdapat beberapa azab yang sangat besar kepada kaum Nuh itu, supaya orang-orang yang datang kemudian mengambil pelajaran daripadanya,

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’minun Ayat 26-30

Surah Al-Mu’minun Ayat 26
قَالَ رَبِّ انصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ

Terjemahan: Nuh berdoa: “Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku”.

Tafsir Jalalain: قَالَ (Berdoalah) Nabi Nuh, رَبِّ انصُرْنِ (“Ya Rabbku! Tolonglah aku) atas mereka بِمَا كَذَّبُونِ (karena mereka mendustakan aku”) yakni mereka tidak mau percaya lagi kepadaku, maka binasakanlah mereka. Maka Allah berfirman memperkenankan doanya:.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan tentang Nuh as, di mana dia pernah memanjatkan do’a kepada Rabbnya agar Dia memberikan pertolongan kepadanya dalam menghadapi kaumnya: رَبِّ انصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ (“Ya Rabbku, tolonglah aku karena mereka telah mendustakan aku.”) pada saat itu Allah memerintahkannya untuk membuat perahu besar, mengatur dan menekuninya.

Tafsir Kemenag: Setelah Nuh melihat keingkaran kaumnya yang tidak mau menyadari kesesatan mereka, padahal Nuh cukup lama melaksanakan kewajiban dakwahnya, maka Allah mewahyukan kepadanya bahwa kaumnya tidak akan pernah beriman.

Pengikutnya yaitu orang-orang yang sudah beriman tidak akan bertambah lagi jumlahnya. Nuh kemudian berdoa kepada Tuhan supaya diberi pertolongan, seraya berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku.” Doa Nuh itu disebutkan dalam firman Allah:

Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku).” (al-Qamar/54: 10)

Dan seperti dalam firman-Nya: Dan Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nuh/71: 26).

Tafsir Quraish Shihab: Setelah tidak lagi dapat berharap akan keimanan mereka, Nuh pun segera berdoa kepada Tuhannya seraya berkata, “Ya Tuhan, tolonglah aku dalam menundukkan mereka. Balaslah mereka karena telah mendustakan dakwahku.”

Surah Al-Mu’minun Ayat 27
فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَإِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ فَاسْلُكْ فِيهَا مِن كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ

Terjemahan: Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.

Tafsir Jalalain: فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ (Lalu Kami wahyukan kepadanya, “Buatlah bahtera) yakni perahu بِأَعْيُنِنَا (di bawah pengawasan Kami) maksudnya di bawah penilikan dan pengawasan Kami وَوَحْيِنَا (dan wahyu Kami) yaitu perintah Kami,

فَإِذَا جَاءَ أَمْرُنَا (maka apabila perintah Kami datang) yakni perintah untuk membinasakan mereka وَفَارَ التَّنُّورُ (dan tanur telah memancarkan air) dapur pembuat roti telah memancarkan air, sebagai pertanda bagi Nabi Nuh فَاسْلُكْ فِيهَا (maka masukkanlah ke dalam bahtera itu) naikkanlah ke dalamnya مِن كُلٍّ زَوْجَيْنِ (dari tiap-tiap jenis) hewan زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ (sepasang) jantan dan betina. Lafal Itsnaini adalah Maf’ul, sedangkan huruf Min berta’alluq kepada lafal Usluk. Menurut suatu kisah disebutkan,

bahwa Allah swt. mengumpulkan bagi Nabi Nuh segala macam jenis binatang liar dan burung-burung, serta hewan-hewan lainnya. Kemudian Nabi Nuh memukulkan tangannya kepada tiap-tiap jenis, tangan kanannya mengenai jenis jantan dan tangan kirinya mengenai jenis betina, kemudian ia menaikkan semuanya ke dalam bahtera.

Menurut Qiraat yang lain lafal kulli dibaca Kullin; berdasarkan qiraat ini lafal Zaujaini menjadi Maf’ul dan lafal Itsnaini berkedudukan mengukuhkan maknanya,

وَأَهْلَكَ (dan juga keluargamu) istri dan anak-anakmu إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ (kecuali orang yang telah lebih dahulu ketetapan azab atasnya di antara mereka) yaitu istri dan anaknya yang bernama Kan`an, lain halnya dengan anak-anaknya yang lain, yaitu Sam, Ham dan Yafits, Nabi Nuh mengangkut mereka bersama dengan istri-istri mereka ke dalam bahtera.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 7-9; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Di dalam surah Hud telah disebutkan melalui firman-Nya, ‘Dan muatkan pula orang-orang yang beriman. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.’ (Q.S. Hud, 40). Menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa jumlah mereka ada enam orang laki-laki berikut istri mereka. Menurut pendapat yang lain dikatakan, bahwa semua orang yang ada di dalam bahtera jumlahnya tujuh puluh delapan orang; separuh laki-laki dan yang separuh lagi perempuan.

وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا (Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim) yaitu orang-orang yang kafir, biarkanlah mereka binasa إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ (karena sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan).

Tafsir Ibnu Katsir: Dia diperintahkan agar mengangkut setiap pasangan; laki-laki dan perempuan, dari setiap jenis hewan, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan lain-lainnya, serta mengangkut juga keluarganya; إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ (“Kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan [akan ditimpa adzab] di antara mereka.”)

Maksudnya, sudah mendapat ketetapan lebih awal dari Allah Ta’ala, berupa kebinasaan. Mereka itulah orang-orang yang tidak beriman kepadanya dari kalangan keluarganya sendiri, seperti puteranya dan juga isterinya sendiri. Wallahu a’lam.

Firman-Nya: وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ (“Dan janganlah kamu bicarakan dengan-Ku tentang orang-orang yang dhalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”) Yakni, pada saat diturunkannya hujan lebat, dan janganlah kamu sekali-kali menaruh iba dan kasihan terhadap kaummu dan ingin memberi tangguh kepada mereka agar mereka beriman, karenasesungguhnya Aku telah menetapkan bahwa mereka akan ditenggelamkan disebabkan oleh kekufuran dan kesewenangan mereka. Dan kisah ini telah disampaikan pada pembahasan surat Huud.

Tafsir Kemenag: Setelah doa Nuh diperkenankan, maka Allah mewahyukan kepada-nya, agar ia mulai membuat perahu di bawah pengawasan dan petunjuk wahyu-Nya, supaya perahu itu kokoh dan tidak mudah mengalami kerusakan dan supaya Nuh mengetahui teknik pembuatannya, sebab pembuatan sebuah perahu yang besar dan kukuh tentu saja memerlukan keahlian.

Apabila perintah Allah sudah datang untuk membinasakan kaumnya dengan topan yang besar, dan tanda-tandanya sudah tampak, yaitu tannur tempat membakar roti di bawah tanah sudah mulai memancarkan air, maka Allah menyuruh Nabi Nuh memasukkan ke dalam perahu itu sepasang jantan dan betina dari tiap-tiap jenis binatang. Dalam perahu dibuat bertingkat-tingkat.

Tingkat yang paling bawah untuk binatang buas seperti singa, harimau, dan sebagainya. Di tingkat kedua binatang ternak seperti: sapi, kambing, dan sebagainya. Di tingkat ketiga semua jenis burung sepasang-pasang dan di tingkat yang paling atas sekali Nabi Nuh dengan sekalian keluarganya yang selamat, di antaranya tiga orang putranya: Sam, Ham dan Yafis. Adapun putra beliau yang bernama Kanan termasuk orang yang tenggelam, karena ia tidak mau ikut bersama ayahnya.

Dengan dimasukkannya setiap jenis binatang yang ada pada waktu itu, maka perahu Nuh merupakan kebun binatang yang lengkap. Semua binatang yang tidak masuk ke dalam perahu dan orang kafir yang tidak mengikuti ajakan Nabi Nuh ditenggelamkan dalam topan besar itu, sesuai dengan ancaman Allah bahwa mereka akan ditimpa azab.

Allah sebelumnya melarang Nuh supaya jangan memberitahukan rencana Allah dan maksud pembuatan perahu kepada orang-orang yang zalim itu, karena mereka semuanya akan ditenggelamkan.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian Kami wahyukan kepadanya, “Buatlah bahtera yang akan melindungimu dari kejahatan mereka. Kami akan mengayomi dan menunjukkan kepadamu cara pembuatannya. Ketika tiba saat penyiksaan mereka nanti, dan kamu menyaksikan tanur yang memancarkan air atas perintah Kami, segeralah naik kapal itu dengan mengikutsertakan semua jenis makhluk hidup secara berpasangan: jantan dan betina.

Sertakan pula keluargamu kecuali orang yang telah Kami tetapkan untuk disiksa karena tidak mau beriman. Jangan meminta-Ku menyelamatkan orang-orang yang menganiaya diri sendiri dengan bersikap ingkar dan zalim, sebab Aku telah memutuskan untuk menenggelamkan mereka akibat kezaliman mereka yang bersikap musyrik dan durhaka[1].

[1] Meskipun pemaparan tentang terjadinya topan pada Ayat ini disampaikan secara singkat, namun mengandung makna dan fakta ilmiah yang tidak diketahui orang banyak. Secara etimologis, kata “tannur” berarti ‘tempat pembakaran roti’, ‘permukaan bumi yang dapat memancarkan air’ atau ‘tempat di mana terdapat banyak air’.

Ketika kita berusaha memastikan kapan terjadinya peristiwa angin topan itu, kita akan menemukan kesilitan. Sebab, dalam sejarah umat manusia pernah terjadi banyak peristiwa angin topan pada masa yang tidak terlalu berjauhan, seperti yang pernah terjadi di Babilonia, India, Cina dan Amerika.

Baca Juga:  Surah Yasin Ayat 51-54; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Beberapa peristiwa topan itu terdapat pula dalam cerita-cerita rakyat. Hanya saja, tampaknya cerita-cerita itu tidak ada kaitannya dengan peristiwa topan besar yang terjadi pada masa Nabi Nuh. Melalui penelitian dan pengamatan, terbukti bahwa alam ini mengalami beberapa kali peristiwa topan besar.

Topan terakhir terjadi akibat berakhirnya zaman es terakhir dan mencairnya sebagian besar es yang membeku di kutub utara dan selatan.
Kita tidak tahu secara pasti kapan keseimbangan itu mulai hilang lalu mengakibatkan terpancarnya air dari dalam tannur di permukaan bumi, akibat lonjakan mencairnya es yang luar biasa hingga menyebabkan naiknya permukaan air laut dan menimbulkan banjir mahabesar.

Dapat disebutkan juga di sini bahwa peristiwa terjadinya pencairan es pada zaman es terakhir dibarengi dengan iklim dengan curah hujan sangat tinggi di daerah-daerah yang tidak berdekatan dengan kutub utara dan selatan seperti kawasan laut tengah. Apa pun yang terjadi, kita memang tidak mempunyai data yang cukup lengkap untuk memastikan kapankah zaman Nabi Nuh itu.

Namun demikian, semua gejala itu menunjukkan keajaiban alam dan kemahakuasaan Allah subhanahu wa ta’ala Di antara keajaiban itu adalah pemberitahuan Nuh kepada kaumnya dengan nada nasihat bahwa Allah akan menurunkan murka-Nya dengan menenggelamkan mereka apabila tidak mau mendengar nasihatnya. Selain itu, merupakan keajaiban juga, Allah mewahyukan Nuh untuk membuat kapal.

Kemudian datanglah ketentuan Allah yang berakibat hilangnya keseimbangan alam dengan tannur yang memancarkan air sebagai pertandanya, lalu disusul dengan turunnya hujan deras. Itu semua merupakan bukti apa yang difirmankan Allah kepada Nuh ‘alaihis salam.
bahwa Allah Mahatahu bahwa di antara kaumnya tidak akan ada yang beriman selain orang yang sudah benar-benar beriman sebelumnya.

Surah Al-Mu’minun Ayat 28
فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنتَ وَمَن مَّعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Terjemahan: Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim”.

Tafsir Jalalain: فَإِذَا اسْتَوَيْتَ (Apabila kamu telah lengkap) telah genap أَنتَ وَمَن مَّعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (yakni kamu dan orang-orang yang bersamamu berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim’) yakni orang-orang yang kafir dengan dibinasakannya mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنتَ وَمَن مَّعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (“Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zhalim.’”) Nabi Nuh as. telah melakukan hal tersebut.

Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: “Dan Nuh berkata: ‘Naiklah kamu semua ke dalamnya dengan menyebut nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya.’”) (QS. Huud: 41). Maka Nuh as. pun menyebut nama Allah pada saat memulai perjalanan dan pada waktu mengakhirinya.

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan kepada Nuh, jika ia bersama orang-orang yang beriman telah berada di atas perahu, maka ia harus mengucapkan pujian kepada Allah sebagai rasa syukur atas keselamatan mereka semuanya yang berada dalam perahu itu, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.”

Ayat ini memberi petunjuk bahwa kita tidak boleh merasa gembira dengan turunnya azab kepada orang atau golongan lain, kecuali bila di dalamnya mengandung keselamatan bagi kaum mukminin, terhindarnya mereka dari bahaya kemusnahan, dan tersapu bersihnya dunia dari segala bentuk kemusyrikan dan kemaksiatan.

Menurut keterangan Ibnu ‘Abbas ra bahwa yang berada dalam perahu Nuh itu selain semua jenis binatang itu ada 80 orang manusia, yaitu Nuh beserta tiga orang putranya beserta istri-istrinya dan 72 orang mukmin umat Nuh yang setia kepadanya.

Tafsir Quraish Shihab: Apabila kamu telah menaiki kapalmu itu bersama mereka yang naik, bersyukurlah kepada Tuhanmu dengan mengucapkan,
“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kejahatan orang-orang kafir yang zalim.”

Surah Al-Mu’minun Ayat 29
وَقُل رَّبِّ أَنزِلْنِي مُنزَلًا مُّبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ الْمُنزِلِينَ

Terjemahan: Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat”

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 180; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: وَقُل (Dan berdoalah) di kala kamu turun dari bahtera, رَّبِّ أَنزِلْنِي مُنزَلً (‘Ya Rabbku! Tempatkanlah aku pada tempat) kalau dibaca Munzalan berarti menjadi Mashdar dan Isim Makan/tempat sekaligus, apabila dibaca Manzilan berarti tempat berlabuh مُّبَارَكًا (yang diberkati) yakni tempat tersebut diberkati وَأَنتَ خَيْرُ الْمُنزِلِينَ (dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat'”) maksudnya Engkau adalah pemberi tempat yang paling baik kepada semua yang telah disebutkan tadi.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَقُل رَّبِّ أَنزِلْنِي مُنزَلًا مُّبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ الْمُنزِلِينَ (“Dan berdo’alah: ‘Ya Rabbku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Pemberi tempat.’”)

Tafsir Kemenag: Nuh disuruh berdoa pula, “Ya Tuhanku, turunkanlah aku, bila topan sudah berakhir, pada tempat yang diberkati dan hanya Engkaulah yang dapat memberi tempat yang sebaik-baiknya, yang mengetahui tempat-tempat yang cocok lagi selaras bagi kami.” Qatadah berkata, Allah mengajarkan kepada kita supaya membaca doa ini ketika naik kapal:

Dan dia berkata, “Naiklah kamu semua ke dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. (Hud/11: 41)

Dan ketika berada di atas kendaraan membaca: Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (az-Zukhruf/43: 13-14).

Tafsir Quraish Shihab: Katakan juga, “Ya Tuhan, mudahkanlah aku untuk tinggal di tempat yang Engkau berkahi dan baik. Berikanlah aku rasa aman di tempat itu, karena hanya Engkaulah satu-satunya yang menempatkan seseorang di tempat yang baik, aman dan damai.”

Surah Al-Mu’minun Ayat 30
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ وَإِن كُنَّا لَمُبْتَلِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu).

Tafsir Jalalain: إِنَّ فِي ذَلِكَ (Sesungguhnya pada kejadian itu) kisah Nabi Nuh dan bahteranya serta dibinasakan-Nya orang-orang kafir لَآيَاتٍ (benar-benar terdapat beberapa tanda) yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah swt.

وَإِن (dan sesungguhnya) huruf In di sini adalah bentuk Takhfif daripada Inna, sedangkan isimnya adalah Dhamir Sya’an, bentuk asalnya adalah Innahu yakni sesungguhnya hal itu كُنَّا لَمُبْتَلِينَ (Kamilah yang mencoba mereka) menguji kaum Nuh dengan mengutus Nuh kepada mereka supaya Nuh memberi nasihat dan pelajaran kepada mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda [kekuasaan],”) artinya, sesungguhnya pada tindakan tersebut, yakni penyelematan orang-orang yang beriman dan pembinasaan orang-orang kafir, merupakan tanda-tanda atau hujjah-hujjah sekaligus bukti-bukti yang nyata atas kebenaran para Nabi dalam mengemban apa yang mereka bawa dari Allah Ta’ala.

Dan sesungguhnyaAllah Ta’ala akan berbuat apa saja yang Dia kehendaki, Mahakuasa atas segala sesuatu dan Mahamengetahui terhadap segala hal.

Firman-Nya: وَإِن كُنَّا لَمُبْتَلِينَ (“Dan sesungguhnya Kami menimpakan adzab [kepada kaum Nuh itu].”) Maksudnya, Kami akan menguji hamba-hamba-Ku melalui pengutusan para Rasul.

Tafsir Kemenag: Sesungguhnya dalam peristiwa topan besar yang membinasakan kaum Nuh yang mendustakan Rasul-Nya, dengan mengingkari keesaan Allah dan menyembah berhala-berhala, terdapat pelajaran bagi kaum Quraisy yang mendustakan kerasulan Muhammad saw, bahwa peristiwa yang menimpa kaum Nuh itu dapat pula menimpa kaum Quraisy yang berani mendustakan Rasulullah dan memusuhinya.

Pada kejadian itu benar-benar terdapat beberapa azab yang sangat besar kepada kaum Nuh itu, supaya orang-orang yang datang kemudian mengambil pelajaran daripadanya, sesuai dengan firman Allah:

Dan sungguh, kapal itu telah Kami jadikan sebagai tanda (pelajaran). Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (al-Qamar/54: 15).

Tafsir Quraish Shihab: Pada kisah Nabi Nuh `alaihis salam. itu benar-benar terdapat pelajaran. Kami menguji hamba-hamba Kami dengan ujian berupa kebaikan dan keburukan, dan pada diri mereka terdapat bekal kesiapan untuk kedua-duanya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 26-30 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S