Surah Al-Mu’minun Ayat 31-41; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mu'minun Ayat 31-41

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 31-41 ini, menerangkan bahwa Allah menciptakan umat yang lain setelah kaum Nuh, yaitu Kaum ‘Ad kaumnya Nabi Hud, kaum samud kaumnya Nabi Saleh, dan kaum Madyan yaitu kaumnya Nabi Syuaib.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dari tiga kaum ini pendapat yang paling kuat yang sesuai dengan ayat ini kaum ‘Ad karena dalam sejarah kenabian setelah Nabi Nuh yang diutus kemudian adalah Nabi Hud. Jadi, yang dimaksud dengan qarnan akharin adalah kaum ‘Ad, samud dan Madyan.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’minun Ayat 31-41

Surah Al-Mu’minun Ayat 31
ثُمَّ أَنشَأْنَا مِن بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ

Terjemahan: Nuh berdoa:Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka umat yang lain.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ أَنشَأْنَا مِن بَعْدِهِمْ قَرْنًا (Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka umat) kaum آخَرِينَ (yang lain) mereka adalah kaum Ad.

Tafsir Ibnu Katsir: Kami jadikan sesudah mereka umat yang lain. Lalu Kami utus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata), “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari-Nya.

Maka mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya). Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, dia makan dari apa yang kalian makan dan minum dari apa yang kalian minum.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah menciptakan umat yang lain setelah kaum Nuh, yaitu Kaum ‘Ad kaumnya Nabi Hud, kaum samud kaumnya Nabi Saleh, dan kaum Madyan yaitu kaumnya Nabi Syuaib.

Dari tiga kaum ini pendapat yang paling kuat yang sesuai dengan Ayat ini kaum ‘Ad karena dalam sejarah kenabian setelah Nabi Nuh yang diutus kemudian adalah Nabi Hud. Jadi, yang dimaksud dengan qarnan akharin adalah kaum ‘Ad, samud dan Madyan.

Tafsir Quraish Shihab: Setelah generasi Nuh, Kami menciptakan generasi lain, yaitu kaum ‘Ad.

Surah Al-Mu’minun Ayat 32
فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Terjemahan: Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).

Tafsir Jalalain: فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ (Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri) yaitu Nabi Hud أَنِ (“Hendaklah) ia mengatakan kepada mereka اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (kalian menyembah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Mengapa kalian tidak bertakwa) takut kepada azab-Nya karenanya kalian harus beriman kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengutus kepada kaum ‘Ad itu seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yaitu Nabi Hud yang melaksanakan dakwah kepada mereka seraya menyerukan, “Hai kaumku, sembahlah Allah dan tinggalkanlah semua berhala-berhalamu, karena sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Dia. Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”.

Tafsir Quraish Shihab: Kepada mereka, Kami mengutus Hud, salah seorang dari kalangan mereka sendiri. Kepada mereka, melalui Hud, Kami berfirman, “Beribadahlah hanya kepada Allah, sebab tidak ada tuhan lain yang pantas disembah selain Dia. Hanya Dialah satu-satunya yang patut kalian takuti. Apakah kalian tidak takut siksa Allah jika kalian mendurhakai-Nya?”

Surah Al-Mu’minun Ayat 33
وَقَالَ الْمَلَأُ مِن قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ

Terjemahan: Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.

Tafsir Jalalain: وَقَالَ الْمَلَأُ مِن قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ (Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat) yakni tempat mereka kembali kelak وَأَتْرَفْنَاهُمْ (dan yang telah Kami mewahkan mereka) Kami berikan nikmat kepada mereka فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ (dalam kehidupan di dunia, ‘Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, dia makan dari apa yang kalian makan dan minum dari apa yang kalian minum’).

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 18-19; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَقَالَ الْمَلَأُ مِن قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ (Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.

Tafsir Kemenag: Pemuka-pemuka kaumnya yang kafir mengingkari ketauhidan kepada Allah, dan adanya kebangkitan dan hisab pada hari Kiamat karena terlalu cinta pada kemewahan hidup di dunia. Mereka menjawab seruan Nabi Hud dengan berkata, “Orang ini (Hud) tidak lain hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, tidak mempunyai kelebihan, makan minum biasa seperti kita. Karena itu seruannya tak usah dihiraukan sama sekali.”.

Tafsir Quraish Shihab: Para pembesar kaumnya yang mengingkari dan mendustakan Allah, hari perhitungan dan pembalasan–dan yang Kami berikan kekayaan dan kemewahan–dengan mengingkari dakwahnya dan merintangi orang lain untuk menerima ajakannya, berkata,

“Tidak ada bedanya antara Hud dan kalian. Hud hanyalah seorang manusia biasa seperti kalian: makan dan minum seperti kalian. Orang yang seperti ini tidak pantas menjadi rasul, karena tidak memiliki kelebihan apa-apa dibanding kalian.”

Surah Al-Mu’minun Ayat 34
وَلَئِنْ أَطَعْتُم بَشَرًا مِّثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَّخَاسِرُونَ

Terjemahan: Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi.

Tafsir Jalalain: وَ (Dan) demi Allah لَئِنْ أَطَعْتُم بَشَرًا مِّثْلَكُمْ (sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kalian) di dalam Ayat ini terkandung makna Qasam atau sumpah dan Syarat, sedangkan Jawab dari Syarat tersebut terkandung pada Ayat selanjutnya إِنَّكُمْ إِذًا (niscaya bila demikian, kalian benar-benar) yakni jika kalian menaatinya لَّخَاسِرُونَ (menjadi orang-orang yang merugi”) mendapat kerugian.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan, bahwasanya setelah (Dia menciptakan) kaum Nuh, Dia menciptakan umat yang lain. Ada yang berpendapat: “Yang dimaksud dengan umat tersebut adalah kaum `Aad, karena mereka itulah yang datang setelah mereka.” Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah kaum Tsamud.

Hal itu didasarkan pada firman-Nya: fa akhadznaa Humush-shaihatu bil haqqi (“Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan haq.”) Allah Ta’ala juga telah mengutus seorang Rasul kepada mereka yang juga berasal dari kalangan mereka sendiri, lalu mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya.

Tetapi mereka malah mendustakan dan menentangnya seraya menolak untuk mengikutinya karena dia hanya manusia biasa seperti mereka, dan mereka menolak untuk mengikuti Rasul yang berasal dari manusia biasa. Bahkan mereka mendustakan pertemuan dengan Allah pada hari Kiamat kelak, dan mereka juga mengingkari kebangkitan.

Tafsir Kemenag: Pemuka orang kafir itu melanjutkan ucapannya, “Jika kamu sekalian menaati manusia biasa seperti kamu, dan mengikuti saja seruan Hud tanpa penelitian lebih dahulu, niscaya kamu akan menjadi manusia yang merugi dan tertipu.” Mereka tidak mau jika rasul itu hanya manusia biasa. Mereka ingin rasul itu dari malaikat sehingga tampak hebat dan luar biasa.

Padahal jika rasul itu malaikat mereka pasti tidak mampu mengikutinya, karena karakter malaikat tidak sama dengan karakter manusia. Manusia tidak mungkin dapat mengikuti cara beribadah dan cara hidup malaikat yang tidak memiliki nafsu sehingga hidupnya selalu dan hanya untuk beribadah. Sedangkan manusia lemah, memiliki nafsu dan mudah tergoda oleh iblis dan setan.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka mengingatkan kaum Hud yang lain dengan tegas dan keras, “Apabila kalian mematuhi orang yang sama seperti kalian, berarti kalian benar-benar merugi, karena kepatuhan seperti itu tidak akan berguna sedikit pun bagi kalian.”

Surah Al-Mu’minun Ayat 35
أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُم مُّخْرَجُونَ

Terjemahan: Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?

Tafsir Jalalain: أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُم مُّخْرَجُونَ (“Apakah ia menjanjikan kepada kalian, bahwa bila kalian telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-belulang, kalian sesungguhnya akan dikeluarkan dari kuburan kalian) lafal Mukhrajuuna merupakan Khabar dari Annakum yang pertama, sedangkan lafal Annakum yang kedua berfungsi mengukuhkan makna Annakum yang pertama tadi, disebutkan lagi karena panjangnya Fashl atau pemisah antara Khabar dan ‘Amilnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Mereka mengatakan: أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُم مُّخْرَجُونَ. HaiHaata HaiHaata limaa tuu’aduun (“Apakah ia menjanjikan kepadamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan [dari kuburmu]? Jauh, jauh sekali [dari kebenaran] apa yang diancamkan kepadamu itu.”

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 2; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir kemenag: Kemudian mereka menambah alasan keingkaran mereka kepada rasul yang diutus Allah, yaitu Nabi Hud dengan mengatakan bagaimana mungkin Nabi Hud menjanjikan kepada pengikutnya bahwa jika manusia sudah mati, dan badannya telah hancur dalam kubur dan hanya tinggal tulang-belulang saja, akan dibangkitkan lagi dalam keadaan utuh dari kuburannya itu untuk dihisab pada hari Kiamat. Mereka tidak mempercayainya karena hanya mengikuti pemikirannya yang dangkal, padahal dalam Surah Yasin Allah telah berfirman:

Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 79).

Tafsir Quraish Shihab: Mereka juga berkata, seraya mengingkari hari kebangkitan, “Apakah Hud menjanjikan kalian bahwa kalian akan dibangkitkan kembali dari dalam kubur setelah kalian mati dan menjadi debu dan tulang belulang yang tak lagi berdaging dan berurat?”

Surah Al-Mu’minun Ayat 36
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ

Terjemahan: jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu,

Tafsir Jalalain: هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ (Jauh, jauh sekali) lafal Haihaata Haihaata adalah Isim Fi’il Madhi yang bermakna Mashdar, artinya jauh, jauh sekali dari kebenaran لِمَا تُوعَدُونَ (apa yang diancamkan kepada kalian itu) yaitu dihidupkannya kembali kalian dari kuburan. Huruf Lam pada lafal Limaa Tuu’aduna adalah Lam Zaidah yang mengandung makna Bayan atau penjelasan.

Tafsir Ibnu Katsir: هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ (Jauh, jauh sekali [dari kebenaran] apa yang diancamkan kepadamu itu.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Nabi Hud tentang kebangkitan, menurut mereka mustahil terjadi. Mereka tidak mau beranjak dari pikirannya yang sederhana untuk melihat kenyataan bahwa ada kekuasaan Allah di luar kekuasaan manusia. Allah yang telah menciptakan alam semesta dan seluruh manusia.

Tafsir Quraish Shihab: Apa yang dijanjikan Hud itu tak akan pernah terjadi, kata mereka melanjutkan

Surah Al-Mu’minun Ayat 37
إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ

Terjemahan: kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi,

Tafsir Jalalain: إِنْ هِيَ (Tiada lain hal itu) yakni kehidupan yang sesungguhnya إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا (hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati kemudian kita hidup) yaitu dengan hidupnya anak-anak kita وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ (dan sekali-kali kita tidak akan dibangkitkan kembali).

Tafsir Ibnu Katsir: إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ (kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi,

Tafsir Kemenag: Kemudian mereka mempertegas keingkaran mereka dengan ucapan, “Kehidupan yang sebenarnya hanya kehidupan dunia ini saja. Sebagian kita ada yang hidup kemudian mati, disusul pula oleh yang lain secara silih berganti, generasi demi generasi, tak beda seperti tanaman, di sana ada yang bercocok tanam dan di situ ada yang panen. Kita sekalian tidak akan dibangkitkan lagi setelah mati.”

Orang-orang kafir hanya memandang kehidupan manusia seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang yang dari waktu ke waktu hanya mengalami pergantian generasi, dan tidak ada perkembangan pikiran dan kebudayaan, serta tidak ada tanggung jawab dalam perbuatannya sehari-hari.

Tafsir Quraish Shihab: Tidak ada kehidupan lain kecuali kehidupan dunia ini, di mana kita menyaksikan hidup dan mati datang silih berganti. Hari ini ada bayi lahir, esok ada orang mati. Kita tidak akan dibangkitkan setelah kita mati.

Surah Al-Mu’minun Ayat 38
إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ

Terjemahan: Ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya”.

Tafsir Jalalain: إِنْ هُوَ إِلَّا (Ia tiada lain) Rasul itu رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ (hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya”) tidak akan percaya dengan adanya berbangkit sesudah mati.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (“Ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.”) Yakni, pada apa yang dibawanya; berupa risalah, peringatan, dan berita tentang kebangkitan.

وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ (“’Dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya.”) Sang Rasul itu meminta kepada Rabbnya agar mereka diberikan kemenangan seraya memohon bantuan kepada-Nya dalam menghadapi mereka, hingga akhirnya Allah mengabulkan do’anya.

Tafsir Kemenag: Mereka tidak saja mengingkari kebangkitan setelah mati, tetapi juga melemparkan tuduhan kepada Hud bahwa ia berbuat dusta kepada Allah. Mereka berkata, “Orang itu memang mengadakan kedustaan terhadap Allah dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya.”.

Tafsir Quraish Shihab: Hud hanyalah seorang yang mendustakan Allah lalu mengaku bahwa ia diutus oleh-Nya. Hud bohong belaka ketika menyampaikan seruannya. Kami tidak akan pernah percaya.”

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 116-119; Seri Tadabbur Al Qur'an

Surah Al-Mu’minun Ayat 39
قَالَ رَبِّ انصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ

Terjemahan: Rasul itu berdoa: “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku”.

Tafsir Jalalain: قَالَ رَبِّ انصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ (Rasul itu berdoa, “Ya Rabbku! Tolonglah aku karena mereka mendustakanku”).

Tafsir Ibnu Katsir: قَالَ رَبِّ انصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ (Rasul itu berdo’a: ‘Ya Rabbku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku.’”) Sang Rasul itu meminta kepada Rabbnya agar mereka diberikan kemenangan seraya memohon bantuan kepada-Nya dalam menghadapi mereka, hingga akhirnya Allah mengabulkan do’anya.

Tafsir Kemenag: ِKetika Hud mendengar ucapan kaumnya, bahwa mereka sama sekali tidak akan beriman kepadanya, maka beliau berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku, walaupun aku telah menjalankan segala daya upaya untuk memberi petunjuk kepada mereka, tetapi mereka telah menutup semua pintu-pintu hidayah, sehingga aku merasa berputus asa dari keimanan mereka itu.”.

Tafsir Quraish Shihab: Setelah hampir putus harapannya agar kaumnya beriman, Hud berkata, “Ya Tuhan, tolonglah aku dan hukumlah mereka karena telah mendustakan dakwahku.”

Surah Al-Mu’minun Ayat 40
قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ لَّيُصْبِحُنَّ نَادِمِينَ

Terjemahan: Allah berfirman: “Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal”.

Tafsir Jalalain: قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ (Allah berfirman, “Dalam sedikit waktu lagi) sebentar lagi. Huruf Ma di sini adalah Zaidah لَّيُصْبِحُنَّ (pasti mereka akan menjadi) akan menjadi orang-orang نَادِمِينَ (yang menyesal”) atas kekafiran dan kedustaan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ لَّيُصْبِحُنَّ نَادِمِينَ (“Allah berfirman: ‘Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.’”) Yakni, atas tindakan mereka menentangmu dan memusuhimu terhadap apa yang kamu bawa.

Tafsir Kemenag: Allah berfirman, “Tunggulah, tidak lama lagi orang-orang yang mendustakanmu itu semuanya akan menjadi orang-orang yang menyesal. Azab-Ku akan menimpa mereka dan pada waktu itu semua penyesalan tidak akan berguna lagi.”.

Tafsir Quraish Shihab: Dengan menekankan janji-Nya, Allah berkata kepada Hud, “Tidak lama lagi mereka akan menyesali apa yang mereka lakukan sekarang, setelah siksa Kami menimpa mereka nanti.”

Surah Al-Mu’minun Ayat 41
فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ فَجَعَلْنَاهُمْ غُثَاءً فَبُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Terjemahan: Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu.

Tafsir Jalalain: فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ (Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur) suara yang menandakan turunnya azab dan binasanya makhluk بِالْحَقِّ (dengan hak) maka matilah mereka فَجَعَلْنَاهُمْ غُثَاءً (dan Kami jadikan mereka bagaikan tumbuh-tumbuhan yang kering) Kami jadikan mereka seperti tanaman yang kering atau mati فَبُعْدًا (maka alangkah jauhnya) dari rahmat لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (bagi orang-orang yang zalim itu) yakni orang-orang yang mendustakan Rasul itu.

Tafsir Ibnu Katsir: فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ (“Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan haq,”) maksudnya, mereka memang berhak mendapatkan hal tersebut dari Allah Ta’ala atas kekufuran dan kesewenangan mereka. Yang tampak secara lahiriyah, telah berkumpul kepada mereka suara keras yang disertai angin kencang lagi dahsyat dan sangat dingin.

فَجَعَلْنَاهُمْ غُثَاءً (“Dan Kami jadikan mereka [sebagai] sampah banjir,”) yakni, hancur binasa seperti buih ketika banjir, yang sangat hina, tidak berguna, lagi rusak binasa yang tiada lagi membawa manfaat sama sekali.

فَبُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (“Maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang dhalim itu,”) akibat kekufuran, permusuhan, danpenentangan mereka terhadap Rasul Allah. Oleh karena itu, hendaklah orang-orang yang mendengar berhati-hati agar tidak mendustakan Rasul mereka.

Tafsir Kemenag: Maka mereka dimusnahkan dengan azab yang tidak ada bandingannya, yaitu dihancurkan oleh air dan suara yang mengguntur dengan dahsyat. Mereka dijadikan sebagai sampah banjir besar yang tidak berfaedah sama sekali, maka orang-orang yang zalim itu menjadi binasa.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka pun kemudian ditimpa siksa berupa pekikan amat keras yang membinasakan. Mereka memang pantas dibinasakan. Mereka Kami jadikan terhina dan tak berdaya bagai sampah–seperti batang kayu dan dedaunan–yang hanyut dihempas air. Binasalah dan terusirlah orang-orang yang zalim itu dari kasih sayang Kami akibat sifat buruk dan kesombongan mereka!”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 31-41 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S