Surah Al-Mu’minun Ayat 91-92; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mu'minun Ayat 91-92

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 91-92 ini, menjelaskan bahwa Allah Yang Mahatahu segala yang gaib yang tidak dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera, Maha Mengetahui segala yang tampak dan nyata dan dapat dilihat dan dirasakan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Apapun yang terjadi di alam ini baik alam langit ataupun alam bumi semuanya terjadi dengan sepengetahuan-Nya, tak ada yang besar maupun yang kecil kecuali ada dalam ilmu-Nya yang Mahaluas,

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’minun Ayat 91-92

Surah Al-Mu’minun Ayat 91
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ

Terjemahan: Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,

Tafsir Jalalain: مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ ُ(Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya) jika ada tuhan lain di samping Dia ذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ (masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya) yang menguasai makhluknya sendiri dan mempertahankannya dari makhluk tuhan yang lain,

وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ (dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain) sebagian di antara mereka berupaya untuk mengalahkan sebagian yang lain sebagaimana apa yang biasa dilakukan oleh raja-raja di dunia. سُبْحَانَ اللَّهِ (Maha Suci Allah) lafal Subhaanallaah ini berarti mensucikan Dia عَمَّا يَصِفُونَ (dari apa yang mereka sifatkan) kepada-Nya, seperti apa yang telah disebutkan tadi.

Tafsir Ibnu Katsir: مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ (“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada ilah [yang lain] beserta-Nya, kalau ada ilah beserta-Nya, masing-masing ilah itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari ilah-ilah itu akan mengalahkan sebagian yang lain.”)

Maksudnya, seandainya jumlah ilah itu lebih dari satu, maka masing-masing ilah akan menyendiri dengan apa yang telah diciptakan-nya, sehingga keberadaan ini tidak akan teratur. Tetapi, pemandangan menunjukkan bahwa keberadaan (wujud) ini tersusun rapi, yang masing-masing dari alam bagian atas dan bagian bawah saling sejalan, bahkan masing-masing saling berkaitan satu dengan yang lainnya dengan penuh kesempurnaan. Jika lebih dari satu, maka masing-masing dari ilah itu akan menuntut kemenangan dari ilah yang lain, sehingga sebagian mereka mengungguli sebagian lainnya.

Baca Juga:  Surah Al-Mu'min Ayat 10-14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kaum teolog (mutakallim) telah menyebutkan makna ini dan mengungkapkannya dengan dalil pertentangan, yakni jika ada dua pencipta atau lebih, lalu salah satu darinya ingin menggerakkan tubuh seseorang, lalu yang lainnya ingin membuatnya diam, jika keinginan masing-masing dari mereka tidak terpenuhi, berarti keduanya itu lemah. Seharusnya ilah itu tidak boleh lemah,

dan mestinya masing-masing bisa mencegah pertentangan keduanya. Hal mustahil ini tidak ada kecuali karena adanya pemberlakuan jumlah ilah lebih dari satu. Dan jika memang ada tujuan salah satu dari mereka yang tercapai, berarti yang unggul itulah yang wajib, sedangkan yang kalah itu masih bersifat mungkin (makhluk), sebab sifat wajib itu tidak pantas disandang oleh pihak yang masih bisa dikalahkan.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ (“Dan sebagian dari ilah-ilah itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,”) Yakni, benar-benar terlepas setinggi-tingginya dari apa yang dikatakan oleh orang-orang dhalim yang melampaui batas dalam dakwaan mereka bahwa Rabb mempunyai anak atau sekutu.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menolak dakwaan kaum musyrik bahwa para malaikat itu adalah putri-putri Allah dengan menerangkan bahwa Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, karena Dia Mahakaya, Mahakuasa dan Mahakekal, tidak memerlukan keturunan seperti halnya manusia.

Manusia memang banyak memerlukan anak yang akan melanjutkan keturunannya, dan bila dia sudah tua dan tidak berdaya lagi maka anak-anaknya itulah yang akan membantu dan menolongnya.

Dan bila dia mati maka anak-anaknya pulalah yang akan melanjutkan usaha dan profesinya dan mengangkat namanya di kalangan masyarakatnya. Allah Yang Mahakuasa, Mahakaya dan Mahakekal tidak memerlukan semua itu.

Allah tidak ditimpa kelelahan karena Dia Mahakuat, tidak akan ditimpa kematian karena Dia Mahakekal, Dia tidak akan ditimpa kemiskinan karena Dia Mahakaya, milik-Nyalah semua yang ada di langit dan di bumi. Alangkah bodohnya kaum musyrikin yang menyamakan Allah dengan manusia yang amat lemah dan miskin, atau kalau mereka tidak bodoh maka mereka adalah pendusta besar karena yang diucapkannya itu bertentangan sama sekali dengan pikiran orang-orang berakal.

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 73-74; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sungguh amat lemah pikiran orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak atau mempunyai sekutu. Mahasuci Allah dari segala anggapan dan tuduhan yang tidak masuk akal itu.

Tafsir Quraish Shihab: Allah tidak mempunyai anak. Dia Mahasuci dari hal yang demikian. Allah juga tidak mempunyai sekutu. Sebab, kalau Dia mempunyai sekutu, tentu masing-masing tuhan itu akan menguasai dan memiliki ciptaannya sendiri-sendiri. Akibatnya, satu sama lain akan saling bertikai seperti yang terjadi di antara para raja. Akibatnya lagi, alam raya akan mengalami kerusakan. Maka, sungguh Allah Mahasuci dari apa yang dikatakan orang-orang musyrik yang menentang kebenaran.

Surah Al-Mu’minun Ayat 92
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Terjemahan: Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan.

Tafsir Jalalain: عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ (Yang mengetahui semua yang gaib dan semua yang tampak) maksudnya semua yang tidak tampak dan semua yang tampak. Kalau dibaca ‘Aalimil Ghaibi menjadi sifat, artinya yang mengetahui dan seterusnya. Jika dibaca ‘Aalimul Ghaibi berarti menjadi Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan yaitu lafal Huwa, artinya Dia Mengetahui yang gaib فَتَعَالَى (maka Maha Tinggi Dia) Maha Besar Dia عَمَّا يُشْرِكُونَ (dari apa yang mereka persekutukan) kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ (“Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang nanapak,”) Yakni, mengetahui yang tersembunyi dari semua makhluk dan seluruh apa yang mereka saksikan. فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (“Maka Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”) Artinya, Dia Mahasuci, Mahabersih, Mahatinggi, Mahamulia, lagi Mahaperkasa dari apa yang dikatakan oleh orang-orang dhalim dan orang-orang yang ingkar.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Yang Mahatahu segala yang gaib yang tidak dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera, Maha Mengetahui segala yang tampak dan nyata dan dapat dilihat dan dirasakan. Apapun yang terjadi di alam ini baik alam langit ataupun alam bumi semuanya terjadi dengan sepengetahuan-Nya, tak ada yang besar maupun yang kecil kecuali ada dalam ilmu-Nya yang Mahaluas, seperti tersebut dalam firman-Nya:

Baca Juga:  Surah As-Sajdah Ayat 10-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan tidakkah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu Ayat Al-Qur’an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Yunus/10: 61)

Demikianlah luas dan mencakupnya ilmu Allah. Mahasuci Allah dari segala tuduhan orang kafir yang mengatakan bahwa Dia mempunyai anak dan sekutu.

Tafsir Quraish Shihab: Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Yang Mahatahu segala yang gaib yang tidak dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera, Maha Mengetahui segala yang tampak dan nyata dan dapat dilihat dan dirasakan.

Apapun yang terjadi di alam ini baik alam langit ataupun alam bumi semuanya terjadi dengan sepengetahuan-Nya, tak ada yang besar maupun yang kecil kecuali ada dalam ilmu-Nya yang Mahaluas, seperti tersebut dalam firman-Nya:

Dan tidakkah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu Ayat Al-Qur’an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya.

Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Yunus/10: 61)

Demikianlah luas dan mencakupnya ilmu Allah. Mahasuci Allah dari segala tuduhan orang kafir yang mengatakan bahwa Dia mempunyai anak dan sekutu.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mu’minun Ayat 91-92 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S