Surah Al-Mursalat Ayat 41-50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mursalat Ayat 41-50

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mursalat Ayat 41-50 ini, Allah menerangkan berbagai kenikmatan buat orang-orang yang bertakwa yaitu naungan surga yang berada di sekitar mata air, di bawah pohon rindang yang mengalir anak-anak sungai di bawahnya, tidak pernah mereka merasakan udara panas dan gejolak api yang membakar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mursalat Ayat 41-50

Surah Al-Mursalat Ayat 41
إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى ظِلَٰلٍ وَعُيُونٍ

Terjemahan: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air.

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِى ظِلَٰلٍ (Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan) berada dalam naungan pohon-pohon, yang pada hari itu bukan main panasnya, padahal tiada matahari وَعُيُونٍ (dan mata air-mata air) yang mengalir.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya mengabarkan tentang hamba-hamba-Nya yang bertakwa, yang bersungguh-sungguh beribadah kepada-Nya dengan menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan. Dan pada hari kiamat kelak, mereka berada di surge dan mata air. Dengan kata lain, yang jelas bertolak belakang dengan keadaan orang-orang yang sengsara, mereka berada di bawah naungan asap hitam nan busuk.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dan ayat berikutnya Allah menerangkan berbagai kenikmatan buat orang-orang yang bertakwa yaitu naungan surga yang berada di (sekitar) mata air, di bawah pohon rindang yang mengalir anak-anak sungai di bawahnya, tidak pernah mereka merasakan udara panas dan gejolak api yang membakar. Dalam ayat ini, Allah berfirman: Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan. (Yasin/36: 56).

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada azab Allah akan memperoleh naungan yang meneduhkan, mata air-mata air yang mengalir dan berbagai buah-buahan lezat yang mereka inginkan. Sebagai suatu bentuk penghormatan, diucapkan kepada mereka, “Makan dan minumlah kalian dengan nyaman sebagai ganjaran amal saleh yang kalian lakukan di dunia.

Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan balasan yang besar seperti itu. Maka celakalah di hari itu orang-orang yang mendustakan kenikmatan surga.”

Surah Al-Mursalat Ayat 42
وَفَوَٰكِهَ مِمَّا يَشۡتَهُونَ

Terjemahan: “Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini.

Tafsir Jalalain: وَفَوَٰكِهَ مِمَّا يَشۡتَهُونَ (Dan mendapat buah-buahan dari jenis-jenis yang mereka sukai) di dalam ungkapan ayat ini terkandung pengertian bahwa makanan dan minuman di surga sesuai dengan selera penghuninya masing-masing. Berbeda dengan keadaan di dunia, makanan dan minuman sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa itu:.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَفَوَٰكِهَ مِمَّا يَشۡتَهُونَ (“Dan buah-buahan yang mereka inginkan.”) yaitu dari seluruh macam buah-buahan, apa pun yang mereka inginkan, pasti mereka dapatkan.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa di dalam surga terdapat anak sungai, berbagai jenis buah-buahan yang cita rasanya manis dan lezat, boleh dipetik dan dimakan kapan saja dikehendaki tanpa ada yang mengganggu. Bagi yang memakannya tidak perlu takut dan khawatir akan menimbulkan penyakit kalau terlalu banyak memakannya.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada azab Allah akan memperoleh naungan yang meneduhkan, mata air-mata air yang mengalir dan berbagai buah-buahan lezat yang mereka inginkan. Sebagai suatu bentuk penghormatan, diucapkan kepada mereka, “Makan dan minumlah kalian dengan nyaman sebagai ganjaran amal saleh yang kalian lakukan di dunia.

Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan balasan yang besar seperti itu. Maka celakalah di hari itu orang-orang yang mendustakan kenikmatan surga.”

Surah Al-Mursalat Ayat 43
كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ

Terjemahan: “(Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan”.

Tafsir Jalalain: كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا (“Makan dan minumlah kalian dengan enak) lafal Haniian merupakan Haal atau kata keterangan keadaan, yakni makan dan minumlah dengan seenak-enaknya بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (karena apa yang telah kalian kerjakan”) berupa ketaatan.

Tafsir Ibnu Katsir: كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (“Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan.”) yakni, hal tersebut dikatakan kepada mereka sebagai bentuk kebaikan kepada mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Mursalat Ayat 29-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Penduduk surga diterima dengan sambutan yang ramah dari penjaganya, yang mengatakan bahwa orang yang berbuat baik di dunia dahulu, dibolehkan menikmati segala buah-buahan dan minuman yang telah tersedia selama-lamanya. Mereka tidak akan sakit dan tidak pula perlu khawatir akan habis. Inilah balasan terhadap segala jerih payah mereka dulu dengan beramal menaati Allah, berjuang bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada azab Allah akan memperoleh naungan yang meneduhkan, mata air-mata air yang mengalir dan berbagai buah-buahan lezat yang mereka inginkan. Sebagai suatu bentuk penghormatan, diucapkan kepada mereka, “Makan dan minumlah kalian dengan nyaman sebagai ganjaran amal saleh yang kalian lakukan di dunia.

Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan balasan yang besar seperti itu. Maka celakalah di hari itu orang-orang yang mendustakan kenikmatan surga.”

Surah Al-Mursalat Ayat 44
إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِى ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Terjemahan: “Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Tafsir Jalalain: ِإِنَّا كَذَٰلِكَ (Sesungguhnya demikianlah Kami) sebagaimana Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang takwa نَجۡزِى ٱلۡمُحۡسِنِينَ (memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.).

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman seraya menyampaikan berita yang bersambung: إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِى ٱلۡمُحۡسِنِينَ (“Sesungguhnya demikianlah Kami member balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”) maksudnya inilah pahala yang Kami berikan kepada sebaik-baik amal.

Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah menerangkan bahwa semua kenikmatan itu merupakan pemberian dari-Nya sebagai pembalasan bagi orang yang bertakwa, dan orang yang senantiasa mengamalkan kebaikan dengan dasar dan menghambakan diri kepada-Nya.

Tidak ada kebaikan yang luput dari pembalasan pahala Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat lain: Sungguh, mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu. (al-Kahf/18: 30) .

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada azab Allah akan memperoleh naungan yang meneduhkan, mata air-mata air yang mengalir dan berbagai buah-buahan lezat yang mereka inginkan. Sebagai suatu bentuk penghormatan, diucapkan kepada mereka, “Makan dan minumlah kalian dengan nyaman sebagai ganjaran amal saleh yang kalian lakukan di dunia.

Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan balasan yang besar seperti itu. Maka celakalah di hari itu orang-orang yang mendustakan kenikmatan surga.”

Surah Al-Mursalat Ayat 45
وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ

Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

Tafsir Jalalain: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.).

Tafsir Ibnu Katsir: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (“Kecelakaan yang besar-lah pada hari itu itu bagi orang-orang yang mendustakan.”)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini sekali lagi Allah mengutuk orang-orang yang mendustakan-Nya, “Kecelakaan bagi orang-orang yang mendustakan (Kami) pada hari itu.” Kecelakaan bagi mereka karena mendustakan apa yang telah diberikan Allah, yaitu kemuliaan orang bertakwa dan dengan kehinaan mereka pada hari Kiamat. Sungguh sial nasib orang yang mendustakan itu.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada azab Allah akan memperoleh naungan yang meneduhkan, mata air-mata air yang mengalir dan berbagai buah-buahan lezat yang mereka inginkan. Sebagai suatu bentuk penghormatan, diucapkan kepada mereka, “Makan dan minumlah kalian dengan nyaman sebagai ganjaran amal saleh yang kalian lakukan di dunia.

Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan balasan yang besar seperti itu. Maka celakalah di hari itu orang-orang yang mendustakan kenikmatan surga.”

Surah Al-Mursalat Ayat 46
كُلُواْ وَتَمَتَّعُواْ قَلِيلًا إِنَّكُم مُّجۡرِمُونَ

Terjemahan: “(Dikatakan kepada orang-orang kafir): “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa”.

Tafsir Jalalain: كُلُواْ وَتَمَتَّعُواْ (“Makanlah dan bersenang-senanglah kamu sekalian) khithab atau perintah ini ditujukan kepada orang-orang kafir di dunia قَلِيلًا (dalam waktu yang pendek) waktu yang singkat; yang batasnya adalah kematian mereka. Di dalam ungkapan ini terkandung makna ancaman terhadap mereka إِنَّكُم مُّجۡرِمُونَ (sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang berdosa.”).

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 19-20; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: كُلُواْ وَتَمَتَّعُواْ قَلِيلًا إِنَّكُم مُّجۡرِمُونَ (“Makan dan bersenang-senanglah kamu dalam waktu yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa.”) Khithab ini ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan hari kiamat. Dan perintah yang diberikan kepada mereka itu merupakan ancaman sekaligus intimidasi.

Tafsir Kemenag: Kemudian dalam ayat ini Allah berseru dan mengancam dengan firman-Nya agar mereka makan dan menikmati sisa-sisa kesenangan hidup di dunia yang tinggal sedikit itu, sebab kelak pada waktunya Allah akan memberlakukan sunah berupa kedatangan siksa dan azab buat mereka seperti berulang-ulang dijatuhkan pada bangsa-bangsa sebelum mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Sebaliknya, kepada orang-orang kafir akan dikatakan, “Makan dan bersenang-senanglah kalian dengan kesenangan dunia yang tidak abadi. Sesungguhnya dengan mempersekutukan Allah, kalian adalah orang-orang yang berbuat dosa. Maka celakalah pada hari ini mereka yang telah mendustakan segala nikmat Allah.”

Surah Al-Mursalat Ayat 47
وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ

Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

Tafsir Jalalain: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.).

Tafsir Ibnu Katsir: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (“Kecelakaan yang besar-lah pada hari itu itu bagi orang-orang yang mendustakan.”)

Tafsir Kemenag: Allah lalu mengulangi lagi celaan dan ancaman-Nya kepada orang yang mendustakan-Nya. Mereka telah melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan diri mereka terbenam dalam azab dan kesengsaraan abadi. Padahal di dunia mereka cuma menikmati kesenangan yang sangat sedikit dan tiada lama waktunya.

Tafsir Quraish Shihab: Sebaliknya, kepada orang-orang kafir akan dikatakan, “Makan dan bersenang-senanglah kalian dengan kesenangan dunia yang tidak abadi. Sesungguhnya dengan mempersekutukan Allah, kalian adalah orang-orang yang berbuat dosa. Maka celakalah pada hari ini mereka yang telah mendustakan segala nikmat Allah.”

Surah Al-Mursalat Ayat 48
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱرۡكَعُواْ لَا يَرۡكَعُونَ

Terjemahan: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’.

Tafsir Jalalain: وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱرۡكَعُواْ (Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Rukuklah”) yakni salatlah kalian لَا يَرۡكَعُونَ (niscaya mereka tidak mau rukuk) tidak mau salat.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱرۡكَعُواْ لَا يَرۡكَعُونَ (“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Rukuklah niscaya mereka tidak mau ruku’.”) maksudnya, jika orang-orang kafir bodoh itu diperintahkan untuk mengikuti orang-orang yang mengerjakan shalat dengan berjamaah, maka mereka menolak hal tersebut dan bahkan menyombongkan diri atas hal itu

Tafsir Kemenag: Diriwayatkan bahwa ayat ini turun ketika Rasulullah saw berdakwah menyuruh penduduk negeri Saqif, suatu negeri yang tidak jauh dari Mekah untuk salat menyembah Allah. Mereka menjawab dengan sombong, “Kami tak akan ruku’ (salat) karena bukan merupakan suatu kebiasaan kami.”

Nabi menjawab bahwa tidak ada kebaikan bagi suatu agama yang tidak ada padanya ruku’ dan sujud. Ada yang mengatakan perintah ini adalah ketika orang-orang kafir disuruh sujud di hadapan Allah di hari akhirat, mereka tak sanggup melakukannya, sebab tidak biasa mengerjakan di atas dunia.

Allah menyatakan bahwa mereka diperintahkan ruku’ (mengerjakan salat), tetapi mereka enggan. Apabila disuruh patuh dan taat serta takut kepada Allah dan pada hari yang di waktu itu semua mata tunduk karena takut, mereka bersikap keras kepala.

Tafsir Quraish Shihab: Apabila dikatakan kepada mereka, “Lakukanlah salat dengan ikhlas dan khusyuk,” mereka tidak melakukan salat dan kekhusyukan. Bahkan kepongahan mereka semakin menjadi-jadi. Maka celakalah pada hari ini mereka yang telah mendustakan segala perintah dan larangan Allah.

Surah Al-Mursalat Ayat 49
وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ

Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

Tafsir Jalalain: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.).

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, Dia berfirman: وَيۡلٌ يَوۡمَئِذٍ لِّلۡمُكَذِّبِينَ (“Kecelakaan yang besar-lah pada hari itu itu bagi orang-orang yang mendustakan.”)

Tafsir Kemenag: Sebagai penutup dari dua ayat terakhir ini, Allah mengulang kembali kutukan-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan perintah dan larangan-Nya. Kecelakaan besar bagi orang yang mendustakan karena tidak patuh kepada perintah-Nya dan tidak mau meninggalkan larangan-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 38; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Setelah mencela orang kafir dengan sangat keras agar mengikuti agama yang benar, maka Allah mengakhiri surah ini dengan menegaskan bahwa orang-orang musyrik itu sama sekali tidak mau mendengarkan nasihat para dai yang mengajak mereka untuk mengikuti ajaran Ilahi bagi kepentingan kehidupan mereka di dunia dan akhirat.

Allah mengatakan, “Maka kepada perkataan apakah selain Al-Qur’an mereka akan beriman?” Jadi dengan keterangan-keterangan Al-Qur’an yang begitu jelas dan mudah dimengerti disertai dengan bukti-bukti yang jelas, mereka tidak juga mau beriman, maka manakah lagi kebenaran yang mampu membawa mereka kepada petunjuk Ilahi?”

Dari ayat terakhir ini jelaslah bahwa Allah telah menetapkan ajaran Al-Qur’an tentang dunia dan akhirat yang menghimpun sekalian keterangan yang ada, lengkap dengan segala seluk-beluknya sebagai alasan yang kuat.

Dengan demikian, Al-Qur’an satu-satunya kitab suci yang dikenal manusia yang mengandung keterangan yang begitu jelas dan lengkap. Hanya manusia tidak mau beriman menjelang ajal datang mencabut kehidupannya.

Tafsir Quraish Shihab: Apabila dikatakan kepada mereka, “Lakukanlah salat dengan ikhlas dan khusyuk,” mereka tidak melakukan salat dan kekhusyukan. Bahkan kepongahan mereka semakin menjadi-jadi. Maka celakalah pada hari ini mereka yang telah mendustakan segala perintah dan larangan Allah.

Surah Al-Mursalat Ayat 50
فَبِأَىِّ حَدِيثٍۢ بَعۡدَهُۥ يُؤۡمِنُونَ

Terjemahan: “Maka kepada perkataan apakah selain Al Quran ini mereka akan beriman?

Tafsir Jalalain: فَبِأَىِّ حَدِيثٍۢ بَعۡدَهُۥ (Maka kepada perkataan apakah sesudah ini) sesudah Alquran ini يُؤۡمِنُونَ (mereka akan beriman?) maksudnya, tidak mungkin mereka akan beriman kepada kitab-kitab Allah lainnya sesudah mereka mendustakannya, karena di dalam Alquran terkandung unsur I’jaz atau mukjizat yang tidak terdapat pada kitab-kitab Allah lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir: setelah itu Allah berfirman: فَبِأَىِّ حَدِيثٍۢ بَعۡدَهُۥ يُؤۡمِنُونَ (“Maka kepada perkataan apakah selain al-Qur’an ini mereka akan beriman?”) maksudnya, jika mereka tidak juga beriman dengan al-Qur’an ini, lalu kepada perkataan siapa [lagi] mereka akan beriman.

Tafsir Kemenag: Sebagai penutup dari dua ayat terakhir ini, Allah mengulang kembali kutukan-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan perintah dan larangan-Nya. Kecelakaan besar bagi orang yang mendustakan karena tidak patuh kepada perintah-Nya dan tidak mau meninggalkan larangan-Nya.

Setelah mencela orang kafir dengan sangat keras agar mengikuti agama yang benar, maka Allah mengakhiri surah ini dengan menegaskan bahwa orang-orang musyrik itu sama sekali tidak mau mendengarkan nasihat para dai yang mengajak mereka untuk mengikuti ajaran Ilahi bagi kepentingan kehidupan mereka di dunia dan akhirat.

Allah mengatakan, “Maka kepada perkataan apakah selain Al-Qur’an mereka akan beriman?” Jadi dengan keterangan-keterangan Al-Qur’an yang begitu jelas dan mudah dimengerti disertai dengan bukti-bukti yang jelas, mereka tidak juga mau beriman, maka manakah lagi kebenaran yang mampu membawa mereka kepada petunjuk Ilahi?”

Dari ayat terakhir ini jelaslah bahwa Allah telah menetapkan ajaran Al-Qur’an tentang dunia dan akhirat yang menghimpun sekalian keterangan yang ada, lengkap dengan segala seluk-beluknya sebagai alasan yang kuat.

Dengan demikian, Al-Qur’an satu-satunya kitab suci yang dikenal manusia yang mengandung keterangan yang begitu jelas dan lengkap. Hanya manusia tidak mau beriman menjelang ajal datang mencabut kehidupannya.

Tafsir Quraish Shihab: Jika mereka tidak mempercayai al-Qur’ân–padahal ia merupakan mukjizat yang diturunkan dari langit–lalu dengan perkataan apa lagi, selain al-Qur’ân, yang dapat membuat mereka beriman?

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mursalat Ayat 41-50 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S