Surah Al-Qalam Ayat 42-47; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qalam Ayat 42-47

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qalam Ayat 42-47 ini, menyatakan kepada orang-orang kafir Mekah bahwa jika mereka mempunyai penjamin kebenaran perkataan mereka bahwa mereka pasti akan masuk surga seperti orang-orang mukmin masuk surga, maka cobalah datangkan saksi atau penjamin itu nanti pada hari Kiamat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada hari itu, semua orang dalam keadaan ketakutan dan sedang berusaha lari dari ketakutan itu. Diterangkan bahwa orang-orang kafir pada hari Kiamat berada dalam keadaan tidak berdaya sedikit pun. Tidak ada yang memberi mereka pertolongan dan mereka dalam keadaan hina-dina.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qalam Ayat 42-47

Surah Al-Qalam Ayat 42
يَوۡمَ يُكۡشَفُ عَن سَاقٍ وَيُدۡعَوۡنَ إِلَى ٱلسُّجُودِ فَلَا يَسۡتَطِيعُونَ

Terjemahan: Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa,

Tafsir Jalalain: Ingatlah يَوۡمَ يُكۡشَفُ عَن سَاقٍ (pada hari betis disingkapkan) ungkapan ini menggambarkan tentang dahsyatnya keadaan pada hari kiamat, yaitu sewaktu hisab dan pembalasan dilaksanakan. Dikatakan “kasyafatil harbu ‘an saaqin”, artinya perang itu berkobar dengan sengitnya وَيُدۡعَوۡنَ إِلَى ٱلسُّجُودِ (dan mereka dipanggil untuk bersujud) sebagai ujian buat keimanan mereka فَلَا يَسۡتَطِيعُونَ (maka mereka tidak kuasa) karena punggung mereka lekat bertumpuk menjadi satu, sehingga mereka tidak dapat bersujud.

Tafsir Ibnu Katsir: Setelah menceritakan bahwa orang-orang yang bertakwa itu akan mendapatkan surga-surga kenikmatan di sisi Rabb mereka, Allah Ta’ala menjelaskan kapan hal itu akan terjadi, karenanya Dia berfirman: يَوۡمَ يُكۡشَفُ عَن سَاقٍ وَيُدۡعَوۡنَ إِلَى ٱلسُّجُودِ فَلَا يَسۡتَطِيعُونَ (“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka tidak kuasa.”) yakni pada hari kiamat, dengan berbagai peristiwa yang terjadi di sana, berupa hal-hal menakutkan, goncangan, cobaan, ujian, dan berbagai macam peristiwa besar lainnya.

Al-Bukhari meriwayatkan disini, dari Abu Sa’id al-Khudri, dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Rabb kita akan menyingkapkan betis-Nya sehingga setiap orang mukmin, laki-laki maupun perempuan bersujud kepada-Nya. dan orang-orang yang bersujud di dunia karena riya’ dan sum’ah akan tetap diam [tidak bersujud]. Kemudian mereka beranjak untuk bersujud tetapi punggungnya kembali jadi satu.” Demikian hadits yang diriwayatkan di dalam kitab ash-shahihain.

‘Abdullah bin Al-Mubarak menceritakan dari Usamah bin Zaid dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, tentang ayat: يَوۡمَ يُكۡشَفُ عَن سَاقٍ (“Pada hari betis disingkapkan”) dia mengatakan: “Yaitu hari kiamat, hari kesusahan dan kesengsaraan.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Kemudian dia bercerita, dari Ibnu Mas’ud atau Ibnu ‘Abbas -Ibnu Jarir merasa ragu- يَوۡمَ يُكۡشَفُ عَن سَاقٍ (“Pada hari betis disingkapkan”) dia mengatakan: “Mengenai suatu perkara yang sangat besar.” Yang demikian itu seperti ungkapan seorang penyair: syaalatil harbu ‘an saaqin (“Peperangan menyingkap betis.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menyatakan kepada orang-orang kafir Mekah bahwa jika mereka mempunyai penjamin kebenaran perkataan mereka bahwa mereka pasti akan masuk surga seperti orang-orang mukmin masuk surga, maka cobalah datangkan saksi atau penjamin itu nanti pada hari Kiamat.

Pada hari itu, semua orang dalam keadaan ketakutan dan sedang berusaha lari dari ketakutan itu. Pada hari itu mereka diminta sujud untuk menguji keimanan mereka padahal mereka tidak sanggup lagi sujud, karena persendian tulang-tulang mereka telah lemah, karena azab telah meliputi mereka dari atas dan bawah, serta dari samping kanan dan kiri. Hari yang seperti itu pasti datang dan huru-hara seperti yang dimaksudkan itu pasti terjadi. Pada saat itu, tiada satu pun tempat berlindung kecuali Allah, Tuhan Yang Mahakuasa.

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari yang teramat sulit dan orang-orang kafir diseru untuk sujud–sebagai bentuk ejekan dan pelemahan–lalu mereka tidak mampu, pandangan mereka kabur dipenuhi oleh kehinaan yang sangat. Sesungguhnya dulu, ketika di dunia, mereka pernah diseru untuk bersujud. Tetapi mereka menolak untuk sujud, padahal mereka mampu melakukannya.

Surah Al-Qalam Ayat 43
خَٰشِعَةً أَبۡصَٰرُهُمۡ تَرۡهَقُهُمۡ ذِلَّةٌ وَقَدۡ كَانُواْ يُدۡعَوۡنَ إِلَى ٱلسُّجُودِ وَهُمۡ سَٰلِمُونَ

Terjemahan: (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera.

Baca Juga:  Surah Asy-Syu'ara Ayat 210-212; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: خَٰشِعَةً (Seraya tunduk ke bawah) lafal khaasyiatan ini merupakan hal dari dhamir yang terkandung pada lafal yaduuna, artinya, dalam keadaan terhina أَبۡصَٰرُهُمۡ (pandangan mereka) maksudnya, mereka tidak dapat mengangkat pandangan matanya تَرۡهَقُهُمۡ (lagi mereka diliputi) mereka diselimuti ذِلَّةٌ وَقَدۡ كَانُواْ يُدۡعَوۡنَ (kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu diseru) sewaktu di dunia إِلَى ٱلسُّجُودِ وَهُمۡ سَٰلِمُونَ (untuk bersujud sedang mereka dalam keadaan sejahtera) akan tetapi mereka tidak mau melakukannya, yakni tidak mau salat.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: خَٰشِعَةً أَبۡصَٰرُهُمۡ تَرۡهَقُهُمۡ ذِلَّةٌ (“Pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi diliputi kehinaan.”) yakni di alam akhirat. Hal itu disebabkan oleh perbuatan dosa dan kesombongan mereka di dunia, sehingga mereka diberi hukuman dari sebaliknya apa yang mereka alami. Dan setelah diseru untuk bersujud di dunia, mereka menolak melakukannya meski mereka dalam keadaan sehat lagi normal.

Maka demikian pula mereka diberi siksaan, berupa ketidakmampuan untuk melakukannya [sujud] di akhirat. Jika Rabb swt. tampak, orang-orang Mukmin sujud kepada-Nya dan tidak ada seorangpun dari orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang mampu bersujud, sebagaimana dulu mereka berbuat di dunia, berbeda dengan apa yang dialami oleh orang-orang mukmin.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang kafir pada hari Kiamat berada dalam keadaan tidak berdaya sedikit pun. Tidak ada yang memberi mereka pertolongan dan mereka dalam keadaan hina-dina. Mereka hanya dalam keadaan penuh penyesalan, tetapi semua itu tidak berguna lagi.

Ketika hidup di dunia dahulu, mereka dalam keadaan sehat, berkecukupan, berkuasa, dan berpangkat, tetapi mereka tidak mau salat, sujud dan menyembah Allah, serta menyerahkan diri kepada-Nya. Setelah di akhirat, di waktu penyesalan itu tiba, mereka memanggil Tuhan, ingin mengerjakannya untuk menghambakan diri kepada-Nya, akan tetapi mereka tidak sanggup mengerjakannya lagi.

Hal itu karena di samping tulang-tulang mereka telah lemah, pintu tobat juga telah ditutup. Hanya orang-orang beriman sajalah yang dapat bersujud di akhirat ketika Allah menampakkan diri-Nya kepada mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari yang teramat sulit dan orang-orang kafir diseru untuk sujud–sebagai bentuk ejekan dan pelemahan–lalu mereka tidak mampu, pandangan mereka kabur dipenuhi oleh kehinaan yang sangat. Sesungguhnya dulu, ketika di dunia, mereka pernah diseru untuk bersujud. Tetapi mereka menolak untuk sujud, padahal mereka mampu melakukannya.

Surah Al-Qalam Ayat 44
فَذَرۡنِى وَمَن يُكَذِّبُ بِهَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ سَنَسۡتَدۡرِجُهُم مِّنۡ حَيۡثُ لَا يَعۡلَمُونَ

Terjemahan: Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,

Tafsir Jalalain: فَذَرۡنِى (Maka serahkanlah kepada-Ku) berikanlah kepada Aku وَمَن يُكَذِّبُ بِهَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ (orang-orang yang mendustakan perkataan ini) yang mendustakan Alquran. سَنَسۡتَدۡرِجُهُم (Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur) Kami akan mengambil mereka secara berangsur-angsur مِّنۡ حَيۡثُ لَا يَعۡلَمُونَ (dari arah yang tidak mereka ketahui.).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَذَرۡنِى وَمَن يُكَذِّبُ بِهَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ (“Maka serahkanlah [hai Muhammad] kepada-Ku [urusan] orang-orang yang mendustakan perkataan ini.”) yakni al-Qur’an. Yang demikian itu merupakan ancaman yang sangat keras. Artinya biarkanlah aku berdua dengannya, Aku yang lebih tahu tentang dirinya, bagaimana Aku menarik dan mengulurnya dalam kesesatannya serta memberi tangguh kepadanya. Setelah itu Aku akan menjatuhkan siksaan kepadanya dengan siksaan Rabb. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman:

سَنَسۡتَدۡرِجُهُم مِّنۡ حَيۡثُ لَا يَعۡلَمُونَ (“Nanti Kami akan menarik mereka [ke arah kebinasaan] dari arah yang mereka tidak ketahui.”) artinya, sedang mereka tidak menyadari, bahkan mereka meyakini bahwa hal itu merupakan kemuliaan dari Allah, bahkan sebenarnya hal tersebut merupakan penghinaan.

Tafsir Kemenag: Ayat ini merupakan penawar hati dan hiburan kepada Nabi Muhammad dan ancaman keras bagi orang-orang kafir. Sangat banyak sikap dan tindakan orang-orang kafir terhadap Nabi Muhammad dan kaum Muslimin dalam melaksanakan tugas yang dibebankan Allah kepada mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Qalam Ayat 1-7; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Di antaranya ada yang menghalang-halangi orang untuk masuk Islam, menyiksa para sahabat Nabi yang telah masuk Islam, menyakiti, mengejek, memboikot, dan mengucilkan (mengisolir) Nabi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kadang-kadang timbul dalam hati Nabi untuk berdoa agar Allah mengazab dan menyiksa mereka yang ingkar itu seperti yang pernah ditimpakan kepada umat-umat yang lalu.

Dengan ayat ini, Allah menyatakan bahwa Dia mengetahui segala macam bentuk sikap dan tindakan orang-orang kafir itu, dan akan mengazab mereka sesuai dengan apa yang mereka lakukan.

Selanjutnya Allah menyatakan bahwa karena mendustakan Al-Qur’an dan mengingkari Allah, maka orang-orang kafir itu mendapat kesempatan untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan melakukan penganiayaan sehingga perbuatan dosa yang mereka lakukan itu bertambah banyak. Dengan demikian, balasan azabnya pun bertambah berat, sehingga tidak tertanggungkan oleh mereka.

Mereka menyangka bahwa dengan pangkat, harta, dan kekuasaan yang ada pada mereka, Allah telah melimpahkan karunia yang tiada taranya kepada mereka, padahal tidak demikian halnya. Bahkan, dengan pangkat, kekayaan, dan kekuasaan yang ada pada mereka itu, dosa mereka semakin bertambah besar. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai waktu yang ditentukan. Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya. (al-Mu’minun/23: 54-56)

Firman Allah lainnya: Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa. (al-An’am/6: 44).

Tafsir Quraish Shihab: Serahkan kepada-Ku, hai Muhammad, perkara orang yang mendustakan al-Qur’ân. Mereka akan Kami dekatkan ke siksa setahap demi setahap dari arah yang mereka tidak ketahui dari mana siksa itu datang.

Surah Al-Qalam Ayat 45
وَأُمۡلِى لَهُمۡ إِنَّ كَيۡدِى مَتِينٌ

Terjemahan: dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh.

Tafsir Jalalain: وَأُمۡلِى لَهُمۡ (Dan Aku memberi tangguh kepada mereka) Aku menangguhkan mereka. إِنَّ كَيۡدِى مَتِينٌ (Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh) amat kuat dan tak dapat ditinggalkan.

Tafsir Ibnu Katsir: Karenanya disini Allah berfirman: وَأُمۡلِى لَهُمۡ إِنَّ كَيۡدِى مَتِينٌ (“Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.”) maksudnya, dan Aku akan mengakhirkan dan memberi tangguh kepada mereka. Yang demikian itu merupakan bagian dari tipu daya-Ku terhadap mereka. Oleh karena itu Dia berfirman:

إِنَّ كَيۡدِى مَتِينٌ (“Sesungguhnya rencana-Ku sangat tangguh.”) yakni sangat besar bagi orang yang menentang perintah-Ku, mendustakan para Rasul-Ku, serta berani berbuat maksiat kepada-Ku.

Dalam kitab ash-Shahihain disebutkan dari Rasulullah saw. dimana beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memberi tangguh kepada orang dhalim sehingga jika Dia telah menjatuhkan siksaan, maka tidak akan ada yang luput dari-Nya.” kemudian beliau membaca firman Allah Ta’ala yang artinya: “Dan begitulah adzab Rabbmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (Huud: 102)

Tafsir Kemenag: Allah menyatakan bahwa Dia memberi tempo kepada orang-orang kafir itu sampai pada waktu yang ditentukan dengan membiarkan mereka bertambah-tambah kekafiran dan kezalimannya. Allah juga menyatakan bahwa rencana-Nya tidak dapat digagalkan oleh siapa pun, dan pasti terlaksana, tidak seorang pun yang dapat menghalang-halangi-Nya.

Sebenarnya jika orang-orang kafir mau menyadari tentu mereka akan sampai kepada suatu pendirian dan pandangan bahwa yang mereka gunakan untuk menghalang-halangi Rasulullah saw dan orang-orang beriman menegakkan agama Allah, adalah nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah kepada mereka, seperti kekayaan, pangkat, jabatan, dan sebagainya. Seharusnya nikmat-nikmat itu mereka gunakan untuk mencari keridaan-Nya. Sangat besar dosa mereka karena mengingkari dan menyalahgunakan nikmat Allah itu.

Mengenai azab yang ditimpakan kepada orang-orang kafir ini diterangkan dalam hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim:

Baca Juga:  Surah An Nisa Ayat 49-52; Seri Tadabbur Al Qur'an

Sesungguhnya Allah Ta’ala akan menangguhkan azab bagi orang-orang yang zalim, hingga apabila Dia mengazabnya, tidak ada yang luput dari azab itu. Kemudian Nabi saw membaca (Surah Hud/11: 102): “Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat.” (Riwayat al-Bukhari, Muslim, Abu Ya’la, al-Baihaqi dan an-Nasa’i dari Abu Musa al-Asy’ari).

Tafsir Quraish Shihab: Aku memberi mereka tangguh dengan menunda siksa. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh dan tak seorang pun akan luput darinya.

Surah Al-Qalam Ayat 46
أَمۡ تَسۡـَٔلُهُمۡ أَجۡرًا فَهُم مِّن مَّغۡرَمٍ مُّثۡقَلُونَ

Terjemahan: Apakah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan hutang?

Tafsir Jalalain: أَمۡ (Ataukah) yakni apakah تَسۡـَٔلُهُمۡ (kamu meminta kepada mereka) atas penyampaian risalahmu أَجۡرًا فَهُم مِّن مَّغۡرَمٍ (upah dengan utang, lalu mereka karena utang itu) karena apa yang harus mereka bayarkan kepadamu مُّثۡقَلُونَ (merasa keberatan) karena itu lalu mereka tidak mau beriman kepada Alquran.

Tafsir Ibnu Katsir: أَمۡ تَسۡـَٔلُهُمۡ أَجۡرًا فَهُم مِّن مَّغۡرَمٍ مُّثۡقَلُونَ (Apakah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan hutang?) penafsirannya telah lebih dulu diberikan pada pembahasan surah ath-Thuur. Artinya hai Muhammad, engkau menyeru mereka kepada Allah tanpa upah yang kamu ambil dari mereka, tetapi kamu mengharapkan pahala semuanya itu hanya kepada Allah Ta’ala semata. Sedang mereka mendustakan apa yang kamu bawa kepada mereka, hanya karena kebodohan, keingkaran dan keangkuhan.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mengajukan kepada Rasul saw suatu pertanyaan dengan maksud untuk menerka jalan pikiran orang-orang kafir bahwa seseorang melakukan sesuatu pekerjaan untuk mengharapkan suatu upah, keuntungan, atau kesenangan duniawi.

Menurut mereka, tidak ada orang yang mau bekerja dan berusaha semata-mata karena Allah. Pertanyaan Allah itu ialah: Wahai Muhammad, apakah engkau meminta upah kepada orang-orang yang mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang lain, karena engkau memberinya nasihat, menyeru mereka kepada kebenaran dan mengikuti agama-Ku, sehingga mereka harus dibebani oleh hutang karena upah yang kau minta itu?.

Tafsir Quraish Shihab: Ataukah kamu meminta upah dari mereka sebagai imbalan menyampaikan risalah sehingga mereka merasa terbebani untuk membayar upah tersebut?

Surah Al-Qalam Ayat 47
أَمۡ عِندَهُمُ ٱلۡغَيۡبُ فَهُمۡ يَكۡتُبُونَ

Terjemahan: Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang ghaib lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan)?

Tafsir Jalalain: أَمۡ عِندَهُمُ ٱلۡغَيۡبُ (Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang gaib) yaitu mengenai apa yang tertulis di Lohmahfuz فَهُمۡ يَكۡتُبُونَ (lalu mereka menulis) daripadanya apa yang mereka katakan itu.

Tafsir Ibnu Katsir: أَمۡ عِندَهُمُ ٱلۡغَيۡبُ فَهُمۡ يَكۡتُبُونَ (Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang ghaib lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan)?

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini pertanyaan tersebut masih dilanjutkan: Apakah mereka mempunyai pengetahuan tentang yang gaib, atau mempunyai seperti Lauh Mahfudh yang mencatat segala sesuatu dengan yang mereka kehendaki yaitu bukti kebenaran pendapat mereka?

Orang-orang kafir Mekah beranggapan bahwa patung-patung yang mereka sembah dapat memberitahukan kepada mereka segala sesuatu yang akan terjadi dan segala sesuatu yang gaib. Akan tetapi, anggapan mereka itu tidak ada buktinya sama sekali.

Tafsir Quraish Shihab: Ataukah mereka memiliki pengetahuan tentang yang gaib sehingga mereka mampu menulis apa yang mereka putuskan?

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qalam Ayat 42-47 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S