Surah Al-Qashash Ayat 1-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 1-6

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 1-6 ini, sebelum kita membahas kandungan ayat dalam Surah Al-Qashash terlebih dahulu kita pahami intisari surah ini. jadi Al-Qashash berisi perincian persoalan-persoalan global dari berbagai kisah, antara lain kisah Mûsâ a. s. sejak dilahirkan pada masa kekuasaan Fir’aun.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Setelah itu, dilanjutkan dengan kisah diasuhnya Mûsâ dalam istana Fir’aun hingga ia diusir dari kawasan bumi Mesir dan melarikan diri ke negeri Madyan, di wilayah Syam untuk akhirnya kembali lagi ke Mesir bersama istrinya yang juga putri Nabi Syu’ayb.

Selain itu, dalam surah ini kita juga mendapatkan kisah yang terjadi antara Banû Isrâ’îl dan saudara Mûsâ, Hârûn; ihwal orang-orang yang ingkar semisal Qârûn dan orang-orang kafir sebelumnya. Berdasarkan uraian yang terperinci dan lengkap dari berbagai kisah itulah surat ini dinamakan al-Qashash (bentuk jamak dari “qishshah” yang berarti ‘kisah’ atau ‘cerita’).

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 1-6

Surah Al-Qashash Ayat 1
طسم

Terjemahan: Thaa Siin Miim

Tafsir Jalalain: طسم (Tha Sin Mim) hanya Allah-lah yang mengetahui maksudnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.

golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

Tafsir Kemenag: tha Sin Mim, lihat tafsir mengenai huruf-huruf hijaiyah pada awal Surah al-Baqarah.

Tafsir Quraish Shihab: Tha, Sin, Mim. Huruf-huruf ini diletakkan dalam konteks penjelasan bahwa Alquran yang merupakan mukjizat itu tersusun dari huruf-huruf yang sama dengan yang ada pada bahasa kalian, di samping sebagai untuk menggugah perhatian orang yang mendengarnya.

Surah Al-Qashash Ayat 2
تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ

Terjemahan: Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).

Tafsir Jalalain: تِلْكَ (Ini adalah) آيَاتُ الْكِتَابِ (ayat-ayat Kitab) sebagian dari Alquran الْمُبِينِ (yang nyata) untuk membedakan antara perkara yang hak dengan perkara yang batil.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (“adalah ayat-ayat Kitab yang nyata.”) yakni yang tegas, jelas dan mampu mengungkap berbagai hakekat perkara serta mengetahui apa-apa yang telah ada dan apa yang sekarang ada.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah ayat-ayat dari Al-Qur’an yang jelas dan mudah dipahami. Ayat-ayat itu memberikan keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama dan mengungkap kisah umat-umat terdahulu yang kebenaran beritanya tidak diketahui oleh manusia di masa itu.

Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan buatan Muhammad saw sebagaimana dituduhkan oleh orang-orang musyrik, karena Muhammad adalah seorang ummi yang tidak tahu menulis dan membaca. Beliau juga tidak pernah belajar kepada orang-orang pandai apalagi kepada pendeta-pendeta Ahli Kitab.

Dari mana Nabi Muhammad dapat mengetahui kisah umat-umat yang hidup berabad-abad yang lalu kalau tidak dari wahyu yang telah diturunkan Allah kepadanya. Oleh karena itu, tidak dapat diragukan lagi bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hukum-hukum dan hal-hal yang berhubungan dengan agama serta kisah-kisah mengenai umat-umat dahulu kala, adalah benar-benar wahyu dari Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Muhammad, apa yang Kami wahyukan kepadamu ini adalah ayat-ayat Alquran. Sebuah kitab suci yang terang dan jelas, yang menampakkan kebenaran dari kepalsuan, membedakan antara yang halal dan yang haram dan memberi janji pahala dan ancaman akan siksa.

Surah Al-Qashash Ayat 3
نَتْلُو عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Terjemahan: Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.

Tafsir Jalalain: نَتْلُو (Kami membacakan) Kami menceritakan عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ (kepadamu sebagian dari kisah) yakni cerita مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ (Musa dan Firaun dengan benar) dengan sebenarnya لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (untuk orang-orang yang beriman) untuk kepentingan mereka, karena hanya merekalah orang-orang yang dapat mengambil manfaat daripadanya.

Tafsir Ibnu Katsir: نَتْلُو عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ (“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar.”) dan ayat seterusnya. Yaitu Kami ceritakan kepadamu urusan yang terjadi padanya seakan-akan engkau menyaksikan langsung atau menghadirinya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah membacakan kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan Jibril ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah Nabi Musa dan Fir’aun untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

Dengan memperhatikan kisah itu, di mana mereka mengetahui bahwa nasib orang-orang yang durhaka mendapat azab dan orang-orang mukmin terbebas dari penindasan orang-orang zalim, mereka bertambah yakin bahwa Al-Qur’an memang wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad saw.

Tafsir Quraish Shihab: Kami tuturkan sebagian kisah Musa bersama Fir’aun secara benar, agar orang-orang yang beriman dapat mengambil pelajaran dari kisah itu.

Surah Al-Qashash Ayat 4
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

Baca Juga:  Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 21-30 dan Artinya

Tafsir Jalalain: إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا (Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang) yaitu berbuat zalim فِي الْأَرْضِ (di muka bumi) di negeri Mesir وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا (dan menjadikan penduduknya berpecah-belah) maksudnya terpecah-pecah, semuanya berkhidmat kepada dirinya يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِّنْهُمْ (dengan menindas segolongan dari mereka) yakni kaum Bani Israel يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ (menyembelih anak laki-laki mereka) yang baru dilahirkan وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ (dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka) karena juru peramal telah mengatakan kepada Firaun, bahwa akan ada seorang anak lelaki yang akan dilahirkan di Bani Israel, ia bakal menjadi penyebab hilangnya takhta kerajaan.

إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan) yakni gemar membunuh dan melakukan perbuatan-perbuatan kejam lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala berfirman: إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ (“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi.”) yakni takabbur, sombong dan dhalim.

وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا (“Dan menjadikan penduduknya berpecah-pecah.”) yakni berkelompok-kelompok. Dia mengatur setiap kelompok sesuai kehendaknya dalam urusan negara.

يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِّنْهُمْ (“Dengan menindas segolongan dari mereka”) yaitu Bani Israil. Padahal saat itu mereka adalah manusia terpilih di zamannya. Hal ini disebabkan raja dhalimm dan otoriter ini telah sewenang-wenang mempekerjakan mereka dalam pekerjaan yang paling hina serta memperbudak mereka siang dan malam untuk kepentingannya dan kepentingan rakyatnya. Di samping itu dia membunuh anak-anak mereka dan mempermalukan istri-istri mereka sebagai penghinaan dan penindasan terhadap mereka serta karena rasa takutnya akan adanya seorang anak yang ditakuti olehnya dan para pejabat kerajaannya, dimana di tangan anak itulah kehancuran dan keruntuhan kerajaannya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan kisah Fir’aun yang berkuasa mutlak di negeri Mesir. Tidak ada satu kekuasaan pun yang lebih tinggi dari kekuasaannya. Apa saja yang disukai dan dikehendakinya harus terlaksana. Semua rakyat tunduk dan patuh di bawah perintahnya sampai dia mengangkat dirinya menjadi tuhan.

Dengan kekuasaan mutlak itu, ia dapat melakukan kezaliman dan penganiayaan dengan sewenang-wenang. Pemerintahannya bukan berdasar keadilan dan akhlak yang mulia, tetapi berdasarkan kemauan dan keinginan semata. Politik yang dijalankannya adalah memecah belah kaumnya menjadi beberapa golongan. Kemudian ia menanamkan benih pertentangan dan permusuhan pada golongan-golongan itu agar dia tetap berkuasa terhadap mereka.

Gerakan apa pun yang dirasakan menentang kekuasaannya harus dibasmi dan dikikis habis. Kalau ada berita atau isu yang mengatakan bahwa seseorang atau satu golongan berusaha untuk menumbangkan kekuasaannya atau mungkin menjadi sebab bagi kejatuhannya, pasti orang atau golongan itu dimusnahkannya.

Golongan yang dianggap setia dan selalu menunjang dan mengokohkan singgasananya akan dimuliakan. Mereka juga diberi berbagai macam fasilitas dan keistimewaan agar menjadi kuat dan jaya. Fir’aun telah menindas Bani Israil karena dianggap golongan yang berbahaya, bila dibiarkan pasti akan menggerogoti pemerintahannya. Dia memperlakukan golongan ini dengan sewenang-wenang, direndahkan dan dihinakan, serta dianggap sebagai golongan budak yang tidak mempunyai hak apa-apa.

Golongan ini bahkan dipaksa membangun piramida dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar dan berat lainnya. Apalagi setelah ia mendengar dari tukang-tukang tenungnya bahwa yang akan merobohkan kekuasaannya ialah Bani Israil. Semenjak itu Fir’aun bertekad bulat untuk membasmi golongan ini.

Selain memperlemah dan memperbudak Bani Isra’il, Fir’aun juga memutuskan setiap anak laki-laki yang lahir di kalangan Bani Israil harus dibunuh, tanpa belas kasihan. Ia tidak mempedulikan ratap tangis ibu yang kehilangan anak yang dikandungnya dengan susah payah selama sembilan bulan dan menjadi tumpuan harapannya.

Dengan tindakan ini, Fir’aun menyangka bahwa Bani Israil akan punah dengan sendirinya karena tidak ada lagi keturunan anak laki-laki yang akan lahir dan berkembang. Adapun anak-anak perempuan dibiarkan hidup karena selain dianggap lemah dan tak mampu melawan, mereka juga digunakan sebagai pemuas nafsu. Oleh karena itu, Allah mencap Firaun sebagai orang yang berbuat kebinasaan di muka bumi.

Sebenarnya banyak cara lain yang tidak bertentangan dengan peri kemanusiaan yang dapat dilakukan Fir’aun untuk menghalangi terjadinya apa yang ditakutkannya itu. Akan tetapi, karena hatinya sudah keras membatu dan pikirannya sudah gelap, tidak ada lagi jalan yang tampak olehnya kecuali membasmi semua anak laki-laki Bani Israil.

Fir’aun lalu menyebarkan mata-mata ke seluruh pelosok negeri Mesir untuk menyelidiki semua perempuan. Bila ada di antara mereka yang hamil, langsung dicatat dan ditunggu masa melahirkannya. Bila yang dilahirkan anak perempuan akan dibiarkan saja, tetapi kalau yang dilahirkan anak laki-laki langsung diambil untuk dibunuh.

Apakah dengan tindakan itu Fir’aun dapat mempertahankan kekuasaannya? Pasti tidak! Karena di balik kekuasaannya itu, ada kekuasaan yang jauh lebih perkasa yaitu kekuasaan Allah yang tak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Dialah Maha Pencipta, Mahakuasa, dan Mahaperkasa.

Diriwayatkan oleh as-Suddi bahwa Fir’aun bermimpi melihat api datang ke negerinya dari Baitul Makdis. Api itu membakar rumah-rumah kaum Fir’aun dan membiarkan rumah-rumah Bani Israil. Fir’aun bertanya kepada orang-orang cerdik-pandai dan tukang-tukang tenung. Mereka menjawab bahwa takwil mimpi itu ialah akan lahir seorang anak laki-laki (dari Bani Israil) yang akan meruntuhkan kekuasaannya di Mesir. Takwil inilah yang mendorong Fir’aun melakukan tindakan kejam dan ganas itu.

Tafsir Quraish Shihab: Fir’aun merasa berbesar diri. Kezaliman Fir’aun telah mencapai puncaknya. Ia menyombongkan diri di negeri Mesir, memecah belah penduduk negeri itu menjadi beberapa kelompok, mendekatkan sebagian dan menyingkirkan yang lain. Ia menindas sekelompok mereka, yaitu Bani Israil, membunuh anak-anak lelaki dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.

Surah Al-Qashash Ayat 5
وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ

Terjemahan: Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),

Baca Juga:  Surah An Nisa Ayat 44-47; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Jalalain: وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً (Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi Mesir itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin) menjadi panutan dalam hal kebaikan; lafal A-immatan dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ (dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi) kerajaan Firaun.

Tafsir Ibnu Katsir: Bangsa Qibthi menerima berita ini dari Bani Israil berkenaan dengan apa yang mereka pelajari dari perkataan Ibrahim al-KhalilullaH. Hal ini terjadi ketika beliau datang ke kerajaan Mesir dan terjadi dialog antara dirinya dengan raja otoriter yang hendak menjadikan Sarah sebagai selir. Lalu Allah melindunginya dari bahaya sang raja serta menghindarkannya dengan ketetapan dan kekuasaan-Nya.

Maka Ibrahim memberi kabar gembira kepada puteranya akan lahirnya seorang anak laki-laki dari sulbi dan keturunannya yang menjadi sebab hancurnya kerajaan Mesir. Lalu rakyat Qibthi menceritakan hal itu kepada Fir’aun, hingga Fir’aun berusaha hati-hati terhadap masalah itu dan memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki Bani Israil. Akan tetapi kewaspadaannya tidak bermanfaat di hadapan takdir, karena ketentuan Allah jika telah datang, tidak akan ditunda, dan setiap ajal ada ketentuannya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia akan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Bani Israil yang tertindas dan lemah itu dengan memberikan kepada mereka kekuatan dan kekuasaan duniawi dan agama. Maka berkat perjuangan Bani Israil, berdirilah satu kerajaan yang besar dan kuat di negeri Syam dan akhirnya mereka mempunyai kekuasaan yang besar di Mesir yang dahulunya pernah menindas dan memperbudak mereka. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun. (al-A’raf/7: 137)

Demikianlah, bila Allah menghendaki sesuatu, pasti terlaksana. Bagaimana pun kuatnya Fir’aun dengan tentara dan kekayaannya serta bagaimana pun lemahnya Bani Israil sampai tidak mempunyai kekuasaan sedikit pun bahkan selalu ditindas, dianiaya, dan dimusuhi, tetapi karena Allah hendak memuliakan mereka, ada saja jalan dan kesempatan bagi mereka untuk bangkit dan bergerak. Berkat keuletan dan kesabaran, mereka berhasil menguasai negeri Mesir yang pernah memperbudak mereka.

Allah memperlihatkan kepada Fir’aun apa yang selalu ditakutinya, juga oleh Haman (menterinya) dan tentaranya, yaitu keruntuhan kerajaan mereka dengan lahirnya seorang bayi, yaitu Musa. Bayi ini luput dari pengawasan Fir’aun, bahkan diasuh dan dididik di istananya, serta dimanjakan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Padahal, bayi itulah nanti, di waktu besarnya, yang akan menumbangkan kekuasaannya, menghancurkan tentaranya dan menaklukkan negaranya. Bagaimana pedihnya luka di hati Fir’aun ketika melihat anak yang disayangi dan dimanjakan, menantang dan melawan kekuasaannya.

Kesombongan, takabur, dan keangkuhan Fir’aun memang tak ada gunanya ketika berhadapan dengan kekuasaan dan keperkasaan Allah. Semua tindakannya dibalas dengan tindakan yang setimpal. Di antara tindakan yang dilakukan oleh Fir’aun yang melampaui batas adalah:

  1. Menganggap dirinya berkuasa mutlak sehingga ia bersikap takabur dan sombong bahkan mendakwakan dirinya sebagai tuhan.
  2. Untuk menjamin kelanggengan kekuasaannya, dia memecah belah bangsanya, memusnahkan golongan yang menentangnya, membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil, dan membiarkan anak-anak perempuan mereka hidup untuk dipekerjakan dan dijadikan sebagai gundik dan dayang-dayang kerajaan.
  3. Berlaku sewenang-wenang dan berbuat kerusakan di muka bumi.

Tindakan Fir’aun itu dibalas oleh Allah dengan beberapa tindakan pula, yaitu:

  1. Allah membebaskan Bani Israil dari cengkeraman Fir’aun dan kaumnya dan menjadikan mereka pemuka dan pemimpin di dunia.
  2. Allah mewariskan kepada mereka negeri Syam dengan menjadikan mereka berkuasa di sana dan memberikan tempat di muka bumi.
  3. Allah memperlihatkan kepada Fir’aun, Haman, dan tentaranya bagaimana keruntuhan kekuasaan mereka.

Demikianlah Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya. Suatu hal yang rasanya tidak mungkin, bisa terjadi yaitu tumbangnya suatu kekuasaan besar oleh orang-orang yang lemah, tertindas dan teraniaya. Sungguh Allah telah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, membuat dan mencabut kekuasaan dari siapa yang dikehendaki-Nya sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala suatu. (ali ‘Imran/3: 26)

Tafsir Quraish Shihab: Lalu Allah berkenan memberikan karunia bagi orang-orang yang tertindas di atas bumi, menjadikan mereka orang-orang yang memperoleh petunjuk dan mendapatkan kebaikan, dan mewariskan pemilikan bumi kepada mereka.

Surah Al-Qashash Ayat 6
وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُم مَّا كَانُوا يَحْذَرُونَ

Terjemahan: dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.

Tafsir Jalalain: وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ (Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi) di negeri Mesir dan negeri Syam وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا (Dan akan Kami perlihatkan kepada Firaun dan Haman beserta tentaranya) menurut qiraat yang lain dibaca Wa Yara Firaunu Wa Hamanu Wa Junuduhuma مِنْهُم مَّا كَانُوا يَحْذَرُونَ (apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu) tentang bayi yang akan lahir, yang kelak akan melenyapkan kerajaannya.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 25-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah berfirman yang artinya: “Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. dan telah sempurnalah Perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka.

dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (al-A’raaf: 137) “Demikianlah Kami wariskan hal itu kepada Bani Israil.” (asy-Syu’araa’: 59)

Fir’aun dengan kesanggupan dan kekuatannya hendak menyelamatkan diri dari Musa. Akan tetapi hal tersebut tidak bermanfaat di hadapana kekuasaan Raja Mahabesar [Allah] yang perkara qadar-Nya tidak dapat disangkal dan dikalahkan, bahkan hukumnya akan tetap terlaksana dan qalam-Nya di masa qadim [ketetapan yang tertulis di Lauhul Mahfudz] akan tetap berlaku.

Dimana kehancuran Fir’aun akan berada di tangannya. Bahkan, anak laki-laki yang menyebabkan dia berhati-hati dengan keberadaanya dan menyebabkan beribu-ribu anak laki-laki terbunuh, ternyata tumbuh dan berkembang dewasa dalam asuhan dan istananya. Gizinya dari makanannya serta dialah yang mendidik, mengasuh dan mendewasakannya, sedangkan kematian Fir’aun dan kehancuran bala tentaranya ada di kedua tangan anak tersebut, agar Fir’aun tahu bahwa Rabb langit yang tinggi, Dialah yang Mahaperkasa, Yang mengalahkan, Mahaagung, Mahakuat, Mahaperkasa dan Mahadahsyat, dimana apa yang dikehendaki-Nya pasti terwujud dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak terwujud.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia akan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Bani Israil yang tertindas dan lemah itu dengan memberikan kepada mereka kekuatan dan kekuasaan duniawi dan agama. Maka berkat perjuangan Bani Israil, berdirilah satu kerajaan yang besar dan kuat di negeri Syam dan akhirnya mereka mempunyai kekuasaan yang besar di Mesir yang dahulunya pernah menindas dan memperbudak mereka. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun. (al-A’raf/7: 137)

Demikianlah, bila Allah menghendaki sesuatu, pasti terlaksana. Bagaimana pun kuatnya Fir’aun dengan tentara dan kekayaannya serta bagaimana pun lemahnya Bani Israil sampai tidak mempunyai kekuasaan sedikit pun bahkan selalu ditindas, dianiaya, dan dimusuhi, tetapi karena Allah hendak memuliakan mereka, ada saja jalan dan kesempatan bagi mereka untuk bangkit dan bergerak. Berkat keuletan dan kesabaran, mereka berhasil menguasai negeri Mesir yang pernah memperbudak mereka.

Allah memperlihatkan kepada Fir’aun apa yang selalu ditakutinya, juga oleh Haman (menterinya) dan tentaranya, yaitu keruntuhan kerajaan mereka dengan lahirnya seorang bayi, yaitu Musa. Bayi ini luput dari pengawasan Fir’aun, bahkan diasuh dan dididik di istananya, serta dimanjakan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Padahal, bayi itulah nanti, di waktu besarnya, yang akan menumbangkan kekuasaannya, menghancurkan tentaranya dan menaklukkan negaranya. Bagaimana pedihnya luka di hati Fir’aun ketika melihat anak yang disayangi dan dimanjakan, menantang dan melawan kekuasaannya.

Kesombongan, takabur, dan keangkuhan Fir’aun memang tak ada gunanya ketika berhadapan dengan kekuasaan dan keperkasaan Allah. Semua tindakannya dibalas dengan tindakan yang setimpal. Di antara tindakan yang dilakukan oleh Fir’aun yang melampaui batas adalah:

  1. Menganggap dirinya berkuasa mutlak sehingga ia bersikap takabur dan sombong bahkan mendakwakan dirinya sebagai tuhan.
  2. Untuk menjamin kelanggengan kekuasaannya, dia memecah belah bangsanya, memusnahkan golongan yang menentangnya, membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil, dan membiarkan anak-anak perempuan mereka hidup untuk dipekerjakan dan dijadikan sebagai gundik dan dayang-dayang kerajaan.
  3. Berlaku sewenang-wenang dan berbuat kerusakan di muka bumi.

Tindakan Fir’aun itu dibalas oleh Allah dengan beberapa tindakan pula, yaitu:

  1. Allah membebaskan Bani Israil dari cengkeraman Fir’aun dan kaumnya dan menjadikan mereka pemuka dan pemimpin di dunia.
  2. Allah mewariskan kepada mereka negeri Syam dengan menjadikan mereka berkuasa di sana dan memberikan tempat di muka bumi.
  3. Allah memperlihatkan kepada Fir’aun, Haman, dan tentaranya bagaimana keruntuhan kekuasaan mereka.

Demikianlah Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya. Suatu hal yang rasanya tidak mungkin, bisa terjadi yaitu tumbangnya suatu kekuasaan besar oleh orang-orang yang lemah, tertindas dan teraniaya. Sungguh Allah telah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, membuat dan mencabut kekuasaan dari siapa yang dikehendaki-Nya sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala suatu. (ali ‘Imran/3: 26)

Tafsir Quraish Shihab: Mereka Kami tempatkan di bumi yang layak sebagai tempat tinggal. Lalu Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan menterinya, Haman, dan segenap bala tentaranya sesuatu yang mereka khawatirkan: runtuhnya kekuasaan mereka di tangan seorang pemuda yang lahir dari kalangan Bani Israil.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qashash Ayat 1-6 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S