Surah Al-Qashash Ayat 14-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 14-17

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 14-17 ini, diterangkan bahwa setelah dewasa, Allah mengaruniakan kepada Musa ilmu dan hikmah karena kepatuhannya kepada Tuhan serta kesabarannya menghadapi berbagai cobaan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 14-17

Surah Al-Qashash Ayat 14
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

Terjemahan: Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Tafsir Jalalain: وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ (Dan setelah Musa cukup umur) telah mencapai umur tiga puluh tahun atau tiga puluh tiga tahun وَاسْتَوَى (dan sempurna akalnya) yaitu telah mencapai umur empat puluh tahun آتَيْنَاهُ حُكْمًا (Kami berikan kepadanya hikmah) yakni kebijaksanaan وَعِلْمًا (dan ilmu) yaitu pengetahuan tentang agama sebelum ia diutus menjadi Nabi.

وَكَذَلِكَ (Dan demikianlah) Kami memberikan balasan kepada Musa نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik) untuk diri mereka sendiri.

Tafsir Ibnu Katsir: Ketika Allah menceritakan awal pertama peristiwa Musa as, Dia pun mengabarkan bahwa tatkala ia telah mencapai masa dewasa, Allah memberinya hikmah dan ilmu. Mujahid berkata: “Yaitu kenabian.”

وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (“Dan demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”) Kemudian Allah menceritakan tentang sebab Musa mencapai ketinggian derajatnya, dengan kenabian dan diajak bicara oleh-Nya, pada saat adanya upaya dirinya membunuh seorang laki-laki Qibthi yang menjadi sebab keluarnya ia dari Mesir menuju ke Madyan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini diterangkan bahwa setelah dewasa, Allah mengaruniakan kepada Musa ilmu dan hikmah karena ketaatan dan kepatuhannya kepada Tuhan serta kesabarannya menghadapi berbagai cobaan. Sudah sewajarnyalah bila Musa mengetahui dari ibunya bagaimana ia sampai dapat tinggal di istana keluarga raja Fir’aun, padahal ia hanya anak orang biasa dari Bani Israil yang selalu dihina dan diperhamba oleh Fir’aun dan kaumnya.

Hal ini akan menimbulkan simpati Musa kepada Bani Israil walaupun Fir’aun telah berjasa mendidik dan mengasuhnya semenjak kecil sampai menjadi seorang laki-laki dewasa yang sehat wal afiat, baik fisik maupun mentalnya.

Rasa simpati kepada kerabat dan kaumnya adalah naluri yang tidak dapat dipisahkan dari jiwa seseorang, apalagi dari diri Musa yang setiap hari melihat Bani Israil ditindas dan dianiaya oleh orang-orang Qibthi penduduk negeri Mesir. Akan tetapi, berkat kesabaran yang dimilikinya, sebagai karunia Allah, ia dapat menahan hatinya sampai Allah memberikan jalan baginya untuk mengangkat kaumnya dari lembah kehinaan dan penderitaan. Karena kesabaran, kebaikan budi dan tingkah laku, serta kepatuhannya menjalankan ajaran agama,

Musa dikaruniai Allah ilmu dan hikmah sebagai persiapan untuk diangkat menjadi rasul. Ia diutus untuk menyampaikan risalah Allah kepada kaumnya dan Fir’aun yang sangat sombong, takabur, dan mengangkat dirinya sebagai tuhan.

Tafsir Quraish Shihab: Ketika Mûsâ telah menginjak usia dewasa dan matang, Allah memberikan kepadanya ilmu dan hikmah. Dengan kebaikan seperti yang Kami berikan kepada Mûsâ dan ibunya itu, Kami juga akan memberikan kebaikan pada orang-orang yang berbuat baik sebagai balasan atas kebaikan mereka.

Surah Al-Qashash Ayat 15
وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِّنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِن شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِن شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ

Terjemahan: Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 142-143; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Jalalain: وَدَخَلَ (Dan masuklah) Musa الْمَدِينَةَ (ke kota) yakni ke kota Firaun, yaitu kota Memphis, sesudah sekian lama ia meninggalkannya عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ (ketika penduduknya sedang lengah) yaitu, pada saat orang-orang istirahat di siang hari مِّنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِن شِيعَتِهِ (maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari bangsanya) dari kalangan Bani Israel وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ (dan seorang lagi dari musuhnya) yakni, seorang bangsa Mesir.

Pada mulanya orang Mesir itu menghina warga Bani Israel itu sewaktu orang Mesir itu menyuruhnya untuk membawa kayu bakar ke dapur raja Firaun.

فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِن شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ (Maka orang yang dari bangsanya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya) Musa berkata kepada orang Mesir itu, “Lepaskanlah dia dan biarkan dia pergi!”. Menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa orang Mesir itu berkata kepada Musa, “Sungguh aku berniat untuk menyeretnya ke hadapanmu”

فَوَكَزَهُ مُوسَ (lalu Musa meninjunya) memukulnya dengan kepalan tangannya. Musa sangat kuat lagi keras pukulannya فَقَضَى عَلَيْهِ (dan musuhnya itupun mati). Musa telah membunuhnya, padahal Musa tidak bermaksud untuk membunuh, lalu ia menguburnya di dalam pasir قَالَ هَذَا (Musa berkata, “Ini adalah) membunuh orang ini مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ (perbuatan setan) yang telah menggelorakan amarahku إِنَّهُ عَدُوٌّ (sesungguhnya setan itu adalah musuh) bagi anak Adam مُّضِلٌّ (yang menyesatkan) dia مُّبِينٌ (lagi nyata.”) permusuhannya.

Tafsir Ibnu katsir: فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ (“Maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi”) yaitu yang saling memukul dan saling memarahi. هَذَا مِن شِيعَتِهِ (“Yang seorang dari golongannya.”) yaitu bani Israil. وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ (“dan yang seorang lain dari musuhnya.”) yaitu bangsa Qibthi.

Hal itu dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Qatadah, as-Suddi dan Muhammad bin Ishaq. Lalu laki-laki bani Israil itu meminta tolong kepada Musa as. dan Musa mendapatkan satu kesempatan yaitu di saat penduduknya sedang lengah. Maka ia menghampiri laki-laki Qibthi itu, فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ (“Lalu meninjunya dan matilah musuhnya itu.”)

Mujahid berkata: “ فَوَكَزَهُ; yaitu meninju dengan seluruh genggaman tangannya.” Qatadah berkata: “ فَوَكَزَهُ; yaitu memukulnya dengan tongkat yang dibawanya, faqadlaa ‘alaiHi; yaitu ia sekarat dan akhirnya mati.”

Qaala (“Berkata”) Musa: هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ (“Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).

Tafsir Kemenag: Pada suatu hari, Musa menyelinap masuk ke kota tanpa diketahui orang banyak, ketika orang-orang sedang tidur siang hari sesudah waktu Zuhur. Di sana ia melihat dua orang sedang berkelahi, yang seorang dari kaum Bani Israil dan seorang lagi dari penduduk asli negeri Mesir yang dianggapnya sebagai musuh karena selalu menghina dan menganggap rendah golongan Bani Israil. Orang yang berasal dari Bani Israil berteriak meminta tolong untuk melepaskan diri dari kekejaman lawannya.

Didorong rasa fanatik kepada kaumnya, dengan cepat Musa memburu orang Mesir itu. Karena amarah dan tanpa memikirkan akibat perbuatannya, Musa memukul orang Mesir itu dengan sekuat tenaga. Akibat pukulan itu, orang Mesir itu roboh seketika dan mati. Sebenarnya Musa tidak berniat sama sekali hendak membunuhnya, tetapi ternyata orang itu mati hanya dengan sekali pukulan saja.

Baca Juga:  Surah Asy-Syu'ara Ayat 185-191; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Musa amat menyesal atas ketelanjurannya dan menganggap tindakannya itu salah, tindakan yang tergopoh-gopoh. Dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa perbuatannya adalah perbuatan setan yang selalu memperdayakan manusia agar melakukan kezaliman dan maksiat. Sesungguhnya ia telah terperosok masuk perangkap setan yang menjadi musuh manusia dan selalu berusaha untuk menyesatkannya.

Tafsir Quraish Shihab: Mûsâ memasuki Mesir pada saat para penduduknya dalam keadaan lengah. Di sana, ia menemukan dua orang lelaki sedang berkelahi. Yang satu berasal dari kalangan Banû Isrâ’îl dan yang lain adalah pengikut Fir’aun.

Orang Banû Isrâ’îl itu meminta bantuan Mûsâ melawan musuhnya. Mûsâ pun membantunya dengan memukul pengikut Fir’aun dengan kepalan tangannya. Ia pun akhirnya mati, padahal Mûsâ tidak bermaksud membunuhnya. Mûsâ merasa bersalah dan mengatakan, “Keberanianku melakukan hal ini sungguh merupakan perbuatan setan. Sungguh, setan adalah musuh yang amat jelas permusuhan dan kesesatannya.”

Surah Al-Qashash Ayat 16
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Terjemahan: Musa mendoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: قَالَ (Musa berkata,) seraya menyesal رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي (“Ya Rabbku! Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri) karena telah membunuh orang Mesir itu فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (karena itu ampunilah aku.” Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Dia bersifat demikian sejak zaman Azali dan untuk selama-lamanya.

Tafsir Ibnu Katsir: قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ (“Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). Musa mendoa: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah Menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”.

Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata: “Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah- kan kepadaKu,”) dimana Engkau berikan aku kehormatan, kemuliaan dan kenikmatan.

فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا (“Aku sekali-sekali tidak akan menjadi penolong.”) yaitu pendukung, لِّلْمُجْرِمِينَ (“Bagi orang-orang yang berdosa.”) yaitu orang-orang yang kafir kepada-Mu dan menentang perintah-perintah-Mu.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bahwa di saat menyadari kesalahannya, Musa memohon ampun kepada Tuhan, seraya berkata, “Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dengan melakukan pembunuhan terhadap orang yang tidak boleh dibunuh. Maka ampunilah dosaku dan janganlah Engkau siksa aku karena perbuatan yang tidak kusengaja itu.”

Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, mengampuni kesalahan Musa. Dengan pengampunan itu, hati Musa menjadi tenteram dan bebas dari kebimbangan dan kesusahan memikirkan nasibnya karena melakukan perbuatan dosa. Sesungguhnya pengampunan itu adalah rahmat dan karunia Allah. Di antara karunia Allah kepada Musa disebutkan dalam firman-Nya:

Dan engkau pernah membunuh seseorang, lalu Kami selamatkan engkau dari kesulitan (yang besar) dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan (yang berat). (thaha/20: 40)

Musa berjanji tidak akan melakukan kesalahan itu lagi dan tidak akan menjadi penolong bagi orang yang melakukan kesalahan. Apalagi pertolongan itu akan menyebabkan penganiayaan atau pembunuhan dan mencelakakan diri sendiri.

Baca Juga:  Surah An Nisa Ayat 48; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Dengan rendah diri dan penuh penyesalan, Mûsâ bermohon kepada Allah, “Ya Tuhanku, aku telah berbuat kejahatan pada diriku sendiri, maka ampunilah kekeliruanku itu.” Allah mengabulkan doanya dan mengampuninya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahabesar pengampunan-Nya dan Mahaluas rahmat- Nya.”

Surah Al-Qashash Ayat 17
قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِّلْمُجْرِمِينَ

Terjemahan: Musa berkata: “Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”.

Tafsir Jalalain: قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ (Musa berkata, “Ya Rabbku! Demi nikmat yang telah Engkau limpahkan) عَلَيَّ (kepadaku) berupa ampunan, peliharalah diriku ini فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرً (aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong) yakni menjadi pembantu لِّلْمُجْرِمِينَ (bagi orang-orang yang berdosa.”) yaitu orang-orang kafir sesudah peristiwa ini, jika Engkau memelihara diriku.

Tafsir Ibnu katsir: قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ . قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ (“Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). Musa mendoa: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah Menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”.

Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata: “Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah- kan kepadaKu,”) dimana Engkau berikan aku kehormatan, kemuliaan dan kenikmatan.

فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرً (“Aku sekali-sekali tidak akan menjadi penolong.”) yaitu pendukung, لِّلْمُجْرِمِينَ (“Bagi orang-orang yang berdosa.”) yaitu orang-orang yang kafir kepada-Mu dan menentang perintah-perintah-Mu.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bahwa di saat menyadari kesalahannya, Musa memohon ampun kepada Tuhan, seraya berkata, “Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dengan melakukan pembunuhan terhadap orang yang tidak boleh dibunuh.

Maka ampunilah dosaku dan janganlah Engkau siksa aku karena perbuatan yang tidak kusengaja itu.” Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, mengampuni kesalahan Musa.

Dengan pengampunan itu, hati Musa menjadi tenteram dan bebas dari kebimbangan dan kesusahan memikirkan nasibnya karena melakukan perbuatan dosa. Sesungguhnya pengampunan itu adalah rahmat dan karunia Allah. Di antara karunia Allah kepada Musa disebutkan dalam firman-Nya:

Dan engkau pernah membunuh seseorang, lalu Kami selamatkan engkau dari kesulitan (yang besar) dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan (yang berat). (thaha/20: 40)

Musa berjanji tidak akan melakukan kesalahan itu lagi dan tidak akan menjadi penolong bagi orang yang melakukan kesalahan. Apalagi pertolongan itu akan menyebabkan penganiayaan atau pembunuhan dan mencelakakan diri sendiri.

Tafsir Quraish Shihab: Dengan tetap berendah diri, Mûsâ berkata, “Ya Tuhan, demi ilmu dan hikmah yang telah Engkau karuniakan kepadaku, tunjukkanlah aku ke jalan yang baik dan benar. Jika Engkau berikan aku petunjuk dan perkenan-Mu, niscaya aku tidak akan menjadi pembela orang-orang kafir.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Al-Qashash Ayat 14-17 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S