Surah Al-Qashash Ayat 56-57; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 56-57

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 56-57 ini, menerangkan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan kaumnya untuk taat dan menganut agama yang dibawanya, sekalipun ia berusaha sekuat tenaga. Ia hanya berkewajiban menyampaikan dan hanya Allah yang akan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 56-57

Surah Al-Qashash Ayat 56
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

Tafsir Jalalain: Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan keinginan Nabi saw. akan keimanan pamannya yaitu Abu Thalib. إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ (Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi) supaya ia mendapat hidayah وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ (tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui) yakni mengetahui بِالْمُهْتَدِينَ (orang-orang yang mau menerima petunjuk).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman kepada Rasul-Nya: Sesungguhnya engkau hai Muhammad, لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ (“Tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi.”) yaitu engkau tidak mampu melakukan hal itu. Kewajibanmu hanyalah menyampaikan dan Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. sedangkan Dia memiliki hikmah dan dalil yang tepat.

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”) yaitu Dia sangat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan petunjuk dari orang-orang yang berhak menerima kesesatan.

Dijelaskan dalam hadits shahih, bahwa ayat tersebut turun kepada Abu Thalib, paman Rasulullah saw. yang telah menjaga dan menolongnya serta berdiri di dalam barisannya dan amat mencintainya, dengan cinta alami bukan cinta syar’i. Ketika ajalnya tiba, Rasulullah saw. menyerukan iman dan agar masuk ke dalam agama Islam. Akan tetapi qadar telah menentukan lain dan berlaku atas dirinya, bahwa ia tetap berada dalam kekufuran dan Allah memiliki hikmah yang amat sempurna.

Az-Zuhri berkata, Sa’id bin al-Musayyab bercerita kepada kami, dari ayahnya, yaitu al-Musayyab bin Hazn al-Makhzumi, ia berkata: Ketika wafat menghampiri Abu Thalib, Rasulullah saw. mendatanginya, dimana waktu itu di sisinya terdapat Abu Jahal bin Hisyam dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah. Lalu Rasulullah saw. bersabda: “Wahai pammanku, ucapkanlah: ‘Laa ilaaHa illallaaH’ satu kalimat yang aku jadikan dalil untukmu di sisi Allah.”

Maka Abu Jahal dan ‘Abdullah bin Umayyah berkata: ‘Hai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai tradisi ‘Abdul Muthalib?’ akan tetapi Rasulullah saw. terus menerus mengucapkan hal itu dan kedua orang itupun mengulang perkataannya hingga pada akhirnya yang dikatakan Abu Thalib tetap berada dalam tradisi ‘Abdul Muththalib dan menolak untuk mengucapkan ‘Laa ilaaHa illallaaH.’ Maka Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku akan memintakan ampun untukmu jika aku tidak dilarang.”

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 121-123; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Lalu Allah menurunkan ayat: مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى (“Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun [kepada Allah] bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat[nya].”) (at-Taubah: 113). Tentang Abu Thalib, diturunkan:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ (“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.”)

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkannya dari hadits az-Zuhri dan juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan kaumnya untuk taat dan menganut agama yang dibawanya, sekalipun ia berusaha sekuat tenaga. Ia hanya berkewajiban menyampaikan dan hanya Allah yang akan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dia yang mempunyai kebijaksanaan yang mendalam dan alasan yang cukup. Hal tersebut ditegaskan pula pada ayat lain di dalam Al-Qur’an.

Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272)

Dan firman-Nya: Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12:103)

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui siapa orang-orang yang bersedia dan pantas menerima hidayah itu. Di antara mereka ialah orang-orang Ahli Kitab yang pernah dikisahkan peristiwanya pada ayat-ayat yang lalu. Sebaliknya orang-orang yang tidak bersedia menerima hidayah seperti beberapa kerabat Nabi, maka hidayah tidak akan diberikan kepada mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Rasul, sesungguhnya kamu sangat berhasrat untuk memberi petunjuk kepada kaummu, tetapi kamu tidak memiliki kemampuan untuk memasukkan semua orang yang kamu cintai ke dalam agama Islam.

Allahlah yang memberi petunjuk keimanan kepada orang yang dapat menerima dan memilih petunjuk di antara mereka. Dialah yang mengetahui, dengan ilmu yang tiada bandingannya, tentang orang-orang yang akan masuk ke dalam barisan orang-orang yang diberi petunjuk.

Surah Al-Qashash Ayat 57
وَقَالُوا إِن نَّتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقًا مِّن لَّدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Terjemahan: Dan mereka berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami”. Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Tafsir Jalalain: وَقَالُوا (Dan mereka berkata) yaitu kaumnya, إِن نَّتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا (“Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami”) kami akan diusir dengan cepat daripadanya. Maka Allah swt. berfirman,

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 46-48; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَمًا آمِنًا (Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram yang aman) maksudnya, mereka hidup dengan aman di dalamnya dari segala serangan dan pembunuhan, tidak sebagaimana yang terjadi di kalangan orang-orang Arab lainnya yang saling serang menyerang dan saling bunuh membunuh يُجْبَى (yang didatangkan) dapat dibaca Tujba dan Yujba ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ (ke tempat itu buah-buahan dari segala penjuru) dari berbagai penjuru رِّزْقًا (sebagai rezeki) bagi mereka مِّن لَّدُنَّا (dari sisi Kami?) dari hadirat Kami وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui) bahwa apa yang Kami katakan itu adalah benar.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَقَالُوا إِن نَّتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا (“Dan mereka berkata: ‘Jika kami mengikuti petunjuk bersamamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.’”) Allah ta’ala berfirman mengabarkan tentang alasan yang dikemukakan sebagian orang kafir tidak mengikuti petunjuk, dimana mereka berkata kepada Rasulullah saw.

إِن نَّتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا (“Dan mereka berkata: ‘Jika kami mengikuti petunjuk bersamamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.’”) yaitu kami takut jika kami mengikuti petunjuk yang engkau bawa dan bertentangan dengan lingkungan sekeliling kammi penduduk Arab musyrikin, mereka akan berusaha menyakiti dan memerangi kami, serta mengejar kami dimana kami berada.

Allah Ta’ala berfirman menjawab perkataan mereka: أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَمًا آمِنًا (“Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram yang aman.”) yaitu alasan yang mereka kemukakan ini adalah sebuah kedustaan dan kebatilan. Karena Allah menjadikan mereka tinggal di negeri yang aman.

Tanah haram yang diagungkan, telah aman sejak pertama dijadikan, maka bagaimana tanah haram ini menjadi aman pada waktu kekafiran dan kesyirikan mereka, dan tidak menjadikan aman saat mereka masuk Islam dan mengikuti kebenaran ?

Firman Allah: يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ (“Yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam.”) yaitu dari seluruh macam buah-buahan dari sekeliling Thaif dan lain-lain, demikian pula berbagai barang dagangan dan rumah tangga [zaman sekarang, dari seluruh dunia]. رِّزْقًا مِّن لَّدُنَّا (“Untuk menjadi rizky [bagimu] dari sisi Kami.”) وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (“Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”) sebab itulah mereka mengucapkan seperti itu.

Tafsir Kemenag: Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini turun berkenaan dengan al-haris bin Utsman bin ‘Abd Manaf ketika ia dan beberapa orang Quraisy lainnya mendatangi Nabi saw dan mereka berkata kepada Nabi,

“Kami telah mengetahui bahwa apa yang engkau katakan itu benar. Akan tetapi, yang menghalangi kami mengikuti agamamu ialah orang-orang Arab yang akan memusuhi dan mengusir kami dari negeri kami, dan kami tidak mempunyai kesanggupan sedikit pun untuk melawan mereka.”

Baca Juga:  Surah As-Saff Ayat 5-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ayat ini menerangkan bahwa sebagian orang musyrik Mekah mengemukakan alasan yang tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat. Mereka berkata, “Jika kami mengikuti petunjuk yang diberikan Muhammad kepada kami, dan agama yang diturunkan kepadanya, kami khawatir akan diusir dari negeri kami.

Orang-orang musyrik serta tokoh-tokoh bangsa Arab juga akan memusuhi kami dengan kekerasan sedang kami tidak mampu melawan mereka.” Dengan peringatan ini tampak bahwa mereka lebih takut kepada makhluk daripada Tuhan yang menciptakan mereka. Mereka tidak pernah membayangkan azab yang akan ditimpakan kepada mereka.

Mereka lupa bahwa mereka berada di daerah Haram yang sangat dihormati sejak dahulu kala, aman dan mendapat aneka macam rezeki dan buah-buahan. Apakah mereka mengira akan tetap aman dan sejahtera di daerah Haram yang aman itu kalau mereka tetap dalam kekafiran dan kemusyrikan. Tidak sedikit di antara mereka yang tidak mengetahui dan menyadari nikmat dan azab Allah yang akan diberikan kepada setiap orang sesuai dengan amal baik dan buruk mereka.

Mereka seharusnya mengetahui bahwa rezeki yang berlimpah itu datang dari Allah. Oleh karena itu, Dialah yang patut ditakuti dan ditaati bukan manusia, makhluk yang lemah dan serba kekurangan.

Tafsir Quraish Shihab: Untuk menjelaskan alasan mengapa mereka tetap memegang teguh kepercayaan yang mereka anut selama ini, orang-orang musyrik Mekah berkata kepada Rasul, “Apabila kami mengikutimu untuk memeluk agamamu, maka orang-orang Arab akan mengusir kami dari negeri kami, dan akan merebut kekuasaan kami.” Mereka bohong dengan alasan mereka itu.

Allah telah mengukuhkan kedudukan mereka di negeri mereka dan menjadikan negeri itu sebagai tanah haram yang aman bagi mereka dari serangan dan pembunuhan. Padahal, pada saat itu mereka masih dalam keadaan kafir.

Buah-buahan dan kebaikan yang bermacam-macam datang ke negeri itu untuk menjadi rezeki yang dilimpahkan Allah kepada mereka dari segala arah. Maka bagaimana mungkin Allah mencabut rasa aman dari mereka dan menjadikan mereka terculik dan terbunuh, apabila mereka menggabungkan kemuliaan Baitullah dengan keimanan kepada Muhammad? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui kebenaran. Kalaupun mereka tahu, mereka tidak akan takut dari penculikan dan pembunuhan itu.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qashash Ayat 56-57 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S