Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 79-80 ini, menerangkan bahwa pada suatu hari Karun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan pakaian yang megah dan perhiasan yang berlebihan dalam suatu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya, dan inang pengasuh untuk mempertontonkan ketinggian dan kebesarannya kepada manusia.
kelompok kedua yaitu orang-orang yang berilmu dan berpikiran waras. Mereka menganggap bahwa cara berpikir orang-orang yang termasuk golongan pertama tadi sangat keliru, bahkan dianggap sebagai satu bencana besar dan kerugian yang nyata, karena lebih mementingkan kehidupan dunia yang fana dari kehidupan akhirat yang kekal.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 79-80
Surah Al-Qashash Ayat 79
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Terjemahan: Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.
Tafsir Jalalain: فَخَرَجَ (Maka keluarlah) Karun عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ (kepada kaumnya dalam kemegahannya) berikut para pengikutnya yang banyak jumlahnya; mereka semuanya menaiki kendaraan seraya memakai pakaian emas dan sutra. Kuda-kuda serta keledai-keledai yang mereka naiki pun dihiasnya.
قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا (Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “Aduhai!) huruf Ya di sini menunjukkan makna Tanbih لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ (Kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun) dalam masalah keduniawian إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ (sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan) yakni bagian عَظِيمٍ (yang besar.”) yang sangat banyak keberuntungannya.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman mengabarkan tentang Qarun, dimana suatu hari ia keluar kepada kaumnya dengan suatu perhiasan yang sangat besar dan keindahannya sangat menakjubkan berupa kendaraan dan pakaian yang digunakan, serta pembantunya dan para pekerjanya. Lalu di saat orang yang menghendaki dunia dan cenderung kepada kebanggaan dan perhiasan melihatnya, mereka berharap seandainya merika diberikan sesuatu yang sama dengannya,
mereka berkata: يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (“Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”) yaitu bagian yang melimpah di dunia.
Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa pada suatu hari Karun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan pakaian yang megah dan perhiasan yang berlebihan dalam suatu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya, dan inang pengasuh untuk mempertontonkan ketinggian dan kebesarannya kepada manusia. Hal yang demikian itu adalah sifat yang amat tercela, kebanggaan yang terkutuk bagi orang yang berakal dan berpikiran sehat. Hal itu menyebabkan kaumnya terbagi dua.
Pertama, orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi yang selalu berpikir dan berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya supaya bisa hidup mewah di dunia ini. Menurut anggapan mereka, hidup yang demikian itu adalah kebahagiaan.
Mereka itu berharap juga dapat memiliki sebagaimana yang dimiliki Karun yaitu harta yang bertumpuk-tumpuk dan kekayaan yang berlebih-lebihan, karena yang demikian itu dianggap sebagai keberun-tungan yang besar.
Dengan demikian mereka akan hidup senang, dan berbuat sekehendak hatinya merasakan kenikmatan dunia dengan segala variasinya. Keinginan manusia seperti ini sampai sekarang tetap ada, bahkan tumbuh dengan subur di tengah-tengah masyarakat. Di mana-mana kita dapat menyaksikan bahwa tidak sedikit orang yang berkeinginan keras untuk memiliki seperti apa yang telah dimiliki orang-orang kaya, pengusaha besar, dan lainnya, seperti rumah besar dengan perabot serba mewah, mobil mewah, tanah, dan sawah ladang yang berpuluh-puluh bahkan beratus hektar.
Hal itu mereka lakukan sekalipun menggunakan jalan yang tidak wajar, yang tidak sesuai dengan hukum agama dan peraturan negara. Hal itu menyebabkan timbulnya kecurangan dan korupsi di mana-mana.
Tafsir Quraish Shihab: Qârûn tidak menghiraukan nasihat kaumnya dan keluar menemui mereka membangga-banggakan kemegahannya. Maka orang-orang yang menyukai kesenangan dunia menjadi tertipu olehnya dan berangan-angan untuk memiliki seperti yang dikaruniakan kepada Qârûn, yaitu harta benda dan keberuntungan yang besar dalam kehidupan.
Surah Al-Qashash Ayat 80
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ
Terjemahan: Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”.
Tafsir Jalalain: وَقَالَ (Berkatalah) kepada mereka الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ (orang-orang yang dianugerahi ilmu) tentang apa yang telah dijanjikan oleh Allah kelak di akhirat, وَيْلَكُمْ (“Kecelakaan yang besarlah bagi kalian) lafal Wailakum ini adalah kalimat hardikan ثَوَابُ اللَّهِ (pahala Allah) di akhirat berupa surga خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا (adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh) daripada apa yang diberikan oleh Allah kepada Karun di dunia وَلَا يُلَقَّاهَا (dan tidak diperoleh pahala itu) yakni surga إِلَّا الصَّابِرُونَ (kecuali oleh orang-orang yang sabar”) di dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi maksiat.
Tafsir Ibnu Katsir: Ketika ahli ilmu mendengar perkataan mereka, dia berkata kepada mereka: وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا (“Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih.”) yaitu balasan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih di negeri akhirat adalah lebih baik daripada yang kalian lihat. Sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits shahih:
“Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku persiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terlintas dalam hati. Jika kalian suka bacalah: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.’” (as-Sajdah: 17)
Firman-Nya: وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ (“Dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.”) As-Suddi berkata: “Surga tidak diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Seakan-akan hal itu dijadikan kalimat penyempurna dan perkataan seorang ahli ilmu tersebut.
Ibnu Jarir berkata: “Kalimat itu tidak terdapat kecuali pada orang-orang yang sabar dari mencintai dunia serta gemar terhadap negeri akhirat.”
Ini seakan-akan diputuskan dari pembicaraan ahli ilmu tadi serta dijadikannya sebagai firman Allah Ta’ala dan pengetahuan-Nya.
Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan kelompok kedua yaitu orang-orang yang berilmu dan berpikiran waras. Mereka menganggap bahwa cara berpikir orang-orang yang termasuk golongan pertama tadi sangat keliru, bahkan dianggap sebagai satu bencana besar dan kerugian yang nyata, karena lebih mementingkan kehidupan dunia yang fana dari kehidupan akhirat yang kekal.
Golongan kedua berpendapat bahwa pahala di sisi Allah bagi orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya serta beramal saleh, jauh lebih baik daripada menumpuk harta. Apa yang di sisi Allah kekal abadi, sedangkan apa yang dimiliki manusia akan lenyap dan musnah, sebagaimana firman-Nya: Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (an-Nahl/16: 96)
Ayat 80 diakhiri satu penjelasan bahwa yang dapat menerima dan mengamalkan nasihat dari ayat di atas hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya. Mereka juga menerima baik apa yang telah diberikan Allah kepadanya serta membelanjakannya untuk kepentingan diri dan masyarakat.
Tafsir Quraish Shihab: Sedangkan orang-orang yang diberi rezeki oleh Allah dalam bentuk ilmu yang bermanfaat tidak tertipu oleh itu semua. Dan mereka memberi nasihat kepada orang-orang yang tertipu itu dengan berkata,
“Janganlah kalian mengharapkan hal ini, dan jangan berpaling dari agama. Karena sesungguhnya pahala dan kenikmatan yang ada di sisi Allah lebih suci bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya dan beramal saleh.” Itu adalah nasihat yang benar, yang tidak akan diterima kecuali oleh orang-orang yang mengorbankan diri mereka dan sabar untuk tetap dalam ketaatan.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qashash Ayat 79-80 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020