Surah Al-Waqi’ah Ayat 1-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Waqi'ah Ayat 1-12

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Waqi’ah Ayat 1-12 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita mengetahui isi kandungan surah tersebut. surah ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan.

menerangkan bahwa apabila terjadi hari Kiamat, maka kejadian itu tidak dapat didustakan dan juga tidak dapat diragukan, tidak seorang pun dapat mendustakannya atau mengingkarinya dan nyata dilihat oleh setiap orang. Tatkala di dunia, banyak benar manusia yang mendustakannya dan mengingkarinya karena belum merasakan azab sengsara yang telah diderita oleh orang-orang yang telah disiksa itu.

Kejadian hari Kiamat akan merendahkan satu golongan dan meninggikan golongan yang lain, demikian kata Ibnu ‘Abbas. Karena kejadian yang besar pengaruhnya membawa perubahan yang besar pula. Kemudian diterangkan bahwa hari Kiamat itu menurunkan derajat golongan yang satu dan meninggikan golongan yang lain.

Manusia pada waktu itu terdiri atas tiga golongan, yaitu-golongan kanan, golongan kiri, dan golongan orang-orang yang paling dahulu beriman, sebagaimana akan diterangkan pada ayat berikutnya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Waqi’ah Ayat 1-12

Surah Al-Waqi’ah Ayat 1
إِذَا وَقَعَتِ ٱلۡوَاقِعَةُ

Terjemahan: Apabila terjadi hari kiamat,

Tafsir Jalalain: إِذَا وَقَعَتِ ٱلۡوَاقِعَةُ (Apabila hari kiamat terjadi) bilamana hari terakhir tiba.

Tafsir Ibnu Katsir: Abu Ishaq menceritakan dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas ra. ia berkata bahwa Abu Bakar berkata: “Ya Rasulallah, sesungguhnya engkau telah beruban.” Maka beliau bersabda: “Aku telah dijadikan beruban oleh surah Huud, al-Waaqi’ah, al-Mursaalaat, ‘Amma Yatasaa-aluun, dan Idzasy syamsu Kuwwirat.”
Demikian hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia mengatakan: “Hadits tersebut hasan gharib.”

‘Abdullah bin Wahb meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa membaca surah al-Waaqi’ah setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kesusahan untuk selamanya.” (Didlaifkan oleh Syaikh al-Albani dalam Dlaiiful Jami’ no.5773)

Abu Zhabiyyah pun tidak pernah meninggalkannya. Demikian pula yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Ibnu Mas’ud.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Samak binHarb, dimana ia pernah mendengar Jabir bin Samurah bercerita: “Rasulullah saw. senantiasa mengerjakan shalat seperti shalat yang kalian kerjakan sekarang ini, tetapi beliau meringankannya. Shalat beliau itu lebih ringan dari shalat kalian. Dan beliau membaca surah al-Waaqi’ah dan surah-surah sejenisnya pada shalat shubuh.”

Al-Waaqi’ah adalah salah satu nama dari nama hari kiamat. Disebut demikian karena hari kiamat itu pasti terjadi dan pasti ada. Sebagaimana yang difirmankan-Nya: فَيَوۡمَئِذٍ وَقَعَتِ ٱلۡوَاقِعَةُ (“Maka pada hari itu terjadilah al-Waaqi’ah[hari kiamat].”) (al-Haaqqah: 15)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa apabila terjadi hari Kiamat, maka kejadian itu tidak dapat didustakan dan juga tidak dapat diragukan, tidak seorang pun dapat mendustakannya atau mengingkarinya dan nyata dilihat oleh setiap orang. Tatkala di dunia, banyak benar manusia yang mendustakannya dan mengingkarinya karena belum merasakan azab sengsara yang telah diderita oleh orang-orang yang telah disiksa itu.

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan.

Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur’ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur.

Setelah itu, surah ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]]

Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia.

(1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang.

Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah.

Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa.

Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia.

Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 2
لَيۡسَ لِوَقۡعَتِهَا كَاذِبَةٌ

Terjemahan: tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.

Tafsir Jalalain: لَيۡسَ لِوَقۡعَتِهَا كَاذِبَةٌ (Tidak ada seorang pun dapat berdusta tentang kejadiannya) maksudnya, tiada seorang pun yang tidak mempercayai kejadiannya sebagaimana ia tidak mempercayainya sewaktu di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: لَيۡسَ لِوَقۡعَتِهَا كَاذِبَةٌ (“Terjadinya hari kiamat itu tidak dapat didustakan [disangkal].”) maksudnya jika Allah sudah menghendaki kejadiannya, maka tidak ada seorang pun yang dapat mengendalikan dan menolaknya. Dan makna “kaadzibah” sebagaimana dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab: “Yakni sudah pasti terjadi.”

Qatadah mengungkapkan: “Tidak ada pengecualian, penolakan, dan pengulangan.” Ibnu Jarir mengatakan: “Kata =كَاذِبَةٌ= berkedudukan sebagai masdar, seperti kata al’aaqibaH dan al’aafiyaH.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa apabila terjadi hari Kiamat, maka kejadian itu tidak dapat didustakan dan juga tidak dapat diragukan, tidak seorang pun dapat mendustakannya atau mengingkarinya dan nyata dilihat oleh setiap orang. Tatkala di dunia, banyak benar manusia yang mendustakannya dan mengingkarinya karena belum merasakan azab sengsara yang telah diderita oleh orang-orang yang telah disiksa itu.

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan.

Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur’ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur.

Setelah itu, surah ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]]

Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia.

(1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang.

Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah.

Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa.

Baca Juga:  Surah Al-Mursalat Ayat 29-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia.

Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 3
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ

Terjemahan: (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),

Tafsir Jalalain: خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ (Ia merendahkan dan meninggikan) artinya, kejadian hari kiamat itu menampakkan siapa di antara mereka yang terhina karena dimasukkan ke dalam neraka, dan siapa di antara mereka yang ditinggikan derajatnya karena dimasukkan ke dalam surga.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ (“[Kejadian itu] merendahkan [satu golongan] dan meninggikan [golongan yang lain].”) maksudnya merendahkan beberapa kaum ke bagian yang paling bawah sampai ke neraka jahim, meskipun dahulu mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berkedudukan tinggi dan terhormat.

Dan meninggikan kaum lainnya setinggi-tingginya sampai ke surga Na’im yang kekal abadi, meskipun mereka dahulu ketika di dunia adalah orang-orang yang rendah. Demikianlah yang disampaikan oleh al-Hasan, Qatadah dan lain-lain.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa kejadian hari Kiamat akan merendahkan satu golongan dan meninggikan golongan yang lain, demikian kata Ibnu ‘Abbas. Karena kejadian yang besar pengaruhnya membawa perubahan yang besar pula.

Kemudian diterangkan bahwa hari Kiamat itu menurunkan derajat golongan yang satu dan meninggikan golongan yang lain. Tatkala itu, ada gempa yang menghancurkan semua yang ada di atas, gunung-gunung dan bangunanbangunan hancur-lebur seperti debu yang beterbangan di udara. Manusia ketika itu terbagi atas tiga golongan yaitu golongan kanan (Ashabul-yamin), golongan kiri (Ashabusy-syimal), dan golongan orang terdahulu beriman (As-sabiqun). (.

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan.

Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur’ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur.

Setelah itu, surah ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]]

Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia. (1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya.

Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat.

Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah. Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa.

Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya.

Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia. Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 4
إِذَا رُجَّتِ ٱلۡأَرۡضُ رَجًّا

Terjemahan: apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,

Tafsir Jalalain: إِذَا رُجَّتِ ٱلۡأَرۡضُ رَجًّا (Apabila bumi diguncangkan dengan se dahsyat-dahsyatnya) yakni bilamana bumi mengalami gempa yang amat dahsyat.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِذَا رُجَّتِ ٱلۡأَرۡضُ رَجًّا (“Apabila bumi diguncang sedahsyat-dahsyatnya.”) maksudnya digerakkan sekencang-kencangnya sehingga menjadi goncang, baik luas maupun panjangnya. Oleh karena itu, Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah dan beberapa ulama lainnya berkata tentang firman-Nya: إِذَا رُجَّتِ ٱلۡأَرۡضُ رَجًّا (“Apabila bumi diguncang sedahsyat-dahsyatnya.”) yaitu bumi goncang kedahsyat-dahsyatnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa pada hari Kiamat akan timbul gempa bumi yang sangat dahsyat dengan guncangan-guncangan yang hebat di segenap pelosok bumi, menghancurkan benteng-benteng dan gunung-gunung, merobohkan rumah-rumah dan bangunanbangunan, serta apa saja yang terdapat di permukaan bumi. Dalam ayat lain, Allah berfirman:

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. (azZalzalah/99: 1) Dan firman-Nya: Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar. (al-hajj/22: 1).

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan.

Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur’ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur.

Setelah itu, surah ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]]

Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia.

(1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang.

Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah.

Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa.

Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia.

Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 5
وَبُسَّتِ ٱلۡجِبَالُ بَسًّا

Terjemahan: dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,

Tafsir Jalalain: وَبُسَّتِ ٱلۡجِبَالُ بَسًّا (Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya) atau apabila gunung-gunung dihancurleburkan.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: وَبُسَّتِ ٱلۡجِبَالُ بَسًّا (“Dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya.”) maksudnya diremukkan seremuk-remuknya. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Qatadah, dan lain-lain. Dan Ibnu Ziad mengungkapkan: “Gunung-gunung menjadi seperti yang difirmankan Allah: كَثِيبًا مَّهِيلًا (“tumpukan pasir yang beterbangan.”)(al-Muzzammil: 14).

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa pada hari Kiamat gununggunung dihancur-luluhkan sehancur-hancurnya menjadi tumpukan tanah yang bercerai-berai, menjadi debu yang beterbangan seperti daun kering yang diterbangkan angin. Ringkasnya, gunung-gunung akan hilang dari tempatnya sesuai pula dengan ayat 9 al-Ma’arij/70. Dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan). (alMa’arij/70: 9)

Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya. (alWaqi’ah/56: 5).

Baca Juga:  Surah At-Tahrim Ayat 6-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan.

Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur’ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur.

Setelah itu, surah ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]]

Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia.

(1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang.

Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah.

Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa.

Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia.

Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 6
فَكَانَتۡ هَبَآءً مُّنۢبَثًّا

Terjemahan: maka jadilah ia debu yang beterbangan,

Tafsir Jalalain: فَكَانَتۡ هَبَآءً (Maka jadilah dua debu) yaitu berupa debu مُّنۢبَثًّا (yang beterbangan) yang menyebar ke mana-mana. Lafal Idzaa kedua menjadi Badal dari lafal Idza pertama.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَكَانَتۡ هَبَآءً مُّنۢبَثًّا (“Maka jadilah ia debu yang beterbangan.”) Abu Ishaq menceritakan dari al-Harits, dari ‘Ali ra: “Yakni seperti debu-debu yang dihamburkan, naik dan kemudian hilang, tidak ada sedikitpun yang tersisa darinya.” ‘Ikrimah mengemukakan: “Mumbatstsan berarti sesuatu yang diterbangkan dan dihamburkan oleh angin.”

Mengenai firman-Nya: فَكَانَتۡ هَبَآءً مُّنۢبَثًّا (“Maka jadilah ia debu yang beterbangan.”) Qatadah berkata: “Seperti pohon kering yang diporak porandakan oleh angin.” Ayat ini seperti yang semisalnya menunjukkan akan hilangnya gunung-gunung dari tempatnya masing-masing, lenyap, dan porak poranda. Dan itu berlangsung bagai kapas yang diterpa angin.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa pada hari Kiamat gununggunung dihancur-luluhkan sehancur-hancurnya menjadi tumpukan tanah yang bercerai-berai, menjadi debu yang beterbangan seperti daun kering yang diterbangkan angin. Ringkasnya, gunung-gunung akan hilang dari tempatnya sesuai pula dengan ayat 9 al-Ma’arij/70. Dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan). (alMa’arij/70: 9)

Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya. (alWaqi’ah/56: 5).

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan.

Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur’ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur.

Setelah itu, surah ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]]

Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia.

(1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang.

Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah.

Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa.

Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia.

Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 7
وَكُنتُمۡ أَزۡوَٰجًا ثَلَٰثَةً

Terjemahan: dan kamu menjadi tiga golongan.

Tafsir Jalalain: وَكُنتُمۡ (Dan kalian menjadi) pada hari kiamat itu أَزۡوَٰجًا (bergolong-golongan) terdiri dari golongan-golongan ثَلَٰثَةً (yang terbagi tiga).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah selanjutnya: وَكُنتُمۡ أَزۡوَٰجًا ثَلَٰثَةً (“Dan kamu menjadi tiga golongan”) yakni pada hari kiamat, manusia akan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: satu golongan berada di sebelah kanan ‘Arsy, mereka itulah orang-orang yang keluar dair bagian tubuh Adam sebelah kanan, buku catatan amal perbuatan mereka diberikan dengan tangan kanan mereka, dan mereka akan dibawa ke sebelah kanan pula.
As-Suddi mengatakan: “Mereka itu adalah para penghuni surga.”

Dan golongan lainnya di sebelah kiri ‘Arsy, mereka itulah orang-orang yang keluar dari bagian tubuh Adam sebelah kiri, dan akan diberikan buku catatan amal perbuatan mereka pada tangan kiri, dan mereka akan dibawa ke sebelah kiri. Mereka itu adalah para penghuni neraka secara umum – semoga Allah melindungi kita dari perbuatan mereka-.

Adapun golongan yang paling dulu sampai di hadapan Allah swt, mereka inilah yang paling khusus, lebih terhormat, dan lebih dekat daripada orang-orang yang berada di sebelah kanan yang merupakan pemuka mereka semua, di antara mereka adalah para Rasul, para Nabi, orang-orang yang benar [ash-Shiddiiquun], dan para syuhada’ yang jumlahnya lebih sedikit dari ash-haabul Yamiin.

Yazid ar-Raqqasyi menceritakan: Aku pernah menanyakan kepada Ibnu ‘Abbas mengenai firman Allah: وَكُنتُمۡ أَزۡوَٰجًا ثَلَٰثَةً (“Dan kamu menjadi tiga golongan.”) ia mengatakan: “Yakni menjadi tiga macam.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah ra, dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Tahukah kalian, siapakah orang-orang yang lebihdulu sampai kepada naungan Allah pada hari kiamat kelak?” para shahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau menjawab:

“Yaitu orang-orang yang jika diberi kebenaran, mereka segera menyambutnya, dan jika diminta, maka mereka akan memberikannya, serta merea memberikan keptusan kepada umat manusia seperti keputusan untuk diri mereka sendiri.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa manusia pada waktu itu terdiri atas tiga golongan, yaitu-golongan kanan, golongan kiri, dan golongan orang-orang yang paling dahulu beriman, sebagaimana akan diterangkan pada ayat berikutnya.

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari itu, berdasarkan amal perbuatan kalian, kalian semua menjadi tiga golongan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 8
فَأَصۡحَٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ

Terjemahan: Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.

Tafsir Jalalain: فَأَصۡحَٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ (Yaitu golongan kanan) mereka adalah orang-orang yang kitab catatan amal perbuatan mereka diberikan kepadanya dari sebelah kanan. Kalimat ayat ini menjadi Mubtada sedangkan Khabarnya ialah, مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ (Alangkah mulianya golongan kanan itu) kalimat ayat ini mengandung makna yang mengagungkan dan memuliakan kedudukan mereka, karena mereka dimasukkan ke dalam surga.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 115-116; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: فَأَصۡحَٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ (“Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa “golongan kanan” adalah orang-orang yang menerima buku-buku catatan amal mereka dengan tangan kanan yang menunjukkan bahwa mereka adalah penghuni surga. Tentulah keadaan mereka sangat baik dan sangat menyenangkan.

“golongan kiri” ialah orang-orang yang menerima buku catatan amal mereka dengan tangan kiri yang menunjukkan bahwa mereka adalah penghuni neraka dan akan mendapat siksaan serta hukuman yang sangat menyedihkan. Berkenaan dengan ayat ini Mu’adh bin Jabal meriwayatkan:

Nabi Muhammad saw tatkala membaca ayat di atas, beliau menggenggam tangannya seraya berkata, “Ini (yang digenggam dengan tangan kanan beliau) adalah ahli surga dan tidak perlu aku memperhatikan, dan (yang digenggam dengan tangan kiri beliau) ini adalah ahli neraka dan tidak perlu aku mempedulikannya.” (Riwayat Ahmad dari Mu’adh bin Jabal).

Tafsir Quraish Shihab: Pertama, golongan kanan yang mempunyai kedudukan tinggi. Alangkah mulianya kedudukan golongan itu! Kedua, golongan kiri yang merupakan golongan terendah. Alangkah buruknya keadaan mereka!

Surah Al-Waqi’ah Ayat 9
وَأَصۡحَٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ

Terjemahan: Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.

Tafsir Jalalain: وَأَصۡحَٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ (Dan golongan kiri) yakni mereka yang kitab catatan amalnya diberikan kepadanya dari sebelah kiri. مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ (Alangkah sengsaranya golongan kiri itu) ungkapan ini mengandung makna yang menghinakan kedudukan mereka, karena mereka dimasukkan ke dalam neraka.

Tafsir Ibnu Katsir: وَأَصۡحَٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ مَآ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ (Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.)

Tafsir Kemenag: “golongan kiri” ialah orang-orang yang menerima buku catatan amal mereka dengan tangan kiri yang menunjukkan bahwa mereka adalah penghuni neraka dan akan mendapat siksaan serta hukuman yang sangat menyedihkan. Berkenaan dengan ayat ini Mu’adh bin Jabal meriwayatkan:

Nabi Muhammad saw tatkala membaca ayat di atas, beliau menggenggam tangannya seraya berkata, “Ini (yang digenggam dengan tangan kanan beliau) adalah ahli surga dan tidak perlu aku memperhatikan, dan (yang digenggam dengan tangan kiri beliau) ini adalah ahli neraka dan tidak perlu aku mempedulikannya.” (Riwayat Ahmad dari Mu’adh bin Jabal).

Tafsir Quraish Shihab: Pertama, golongan kanan yang mempunyai kedudukan tinggi. Alangkah mulianya kedudukan golongan itu! Kedua, golongan kiri yang merupakan golongan terendah. Alangkah buruknya keadaan mereka!

Surah Al-Waqi’ah Ayat 10
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ

Terjemahan: Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,

Tafsir Jalalain: وَٱلسَّٰبِقُونَ (Dan orang-orang yang paling dahulu) dalam kebaikan, mereka adalah para nabi; ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada ٱلسَّٰبِقُونَ (yaitu orang-orang yang paling dahulu) lafal ayat ini mengukuhkan makna ayat pertama, dimaksud sebagai ungkapan tentang keagungan kedudukan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ (Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,) demikianlah Allah telah membagi umat manusia menjadi tiga bagian di akhir surah pada saat mereka dihadirkan. Demikianlah Allah menyebutkan mereka dalam firman-Nya ini yang artinya:

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.” (Faathir: 32)

Mengenai firman-Nya: وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ (“Dan orang-orang yang paling dulu beriman, merekalah yang paling dulu [masuk surga].”) Muhammad bin Ka’ab dan Abu Harzah Ya’qub bin Mujahid mengatakan: “Mereka itulah para Nabi ‘alaiHis salaam.” Sedangkan as-Suddi mengungkapkan:

“Mereka itu adalah Ahlu ‘illiyyiin [orang-orang yang berada di ‘illiyyun].” Masih mengenai firman-Nya ini, al-Hasan dan Qatadah mengemukakan: “Yakni dari setiap umat.”

Al-‘Auza’i menceritakan dari ‘Utsman bin Abu Saudah, bahwa dia pernah membaca ayat ini: وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡمُقَرَّبُونَ (“Dan orang-orang yang paling dulu beriman, merekalah yang paling dulu [masuk surga]. Mereka itulah orang yang didekatkan [kepada Allah].”) kemudian ia mengatkan:

“Yaitu orang-orang yang pertama kali pergi ke masjid dan orang-orang yang pertama kali pergi [berjuang] di jalan Allah.” Semua pendapat dan ungkapan di atas adalah shahih, karena yang dimaksud dengan assaabiquun adalah orang-orang yang bersegera untuk berbuat kebaikan seperti yang telah diperintahkan kepada mereka.

Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”(Ali ‘Imraan: 133)

Dan Allah juga berfirman yang artinya: “Berlomba-lombalah kamu kepada [mendapat] ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (al-Hadiid: 21)

Oleh karena itu barangsiapa di dunia ini yang berlomba-lomba menuju kebaikan, maka di akhirat kelak ia termasuk orang-orang yang paling dulu mendapatkan kemuliaan, karena balasan itu sesuai dengan amal perbuatannya; sebanyak engkau berhutang maka sebanyak itu pula yang dibayarkan.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang paling dahulu beriman kepada Allah tidak asing lagi bagi kita pribadi hal ini tampak karena kebesarannya serta perbuatan-perbuatan mereka yang mengagumkan. Dapat pula diartikan bahwa orang-orang yang paling dahulu mematuhi perintah Allah, mereka pulalah yang paling dahulu menerima rahmat Allah.

Barang siapa yang lebih awal membuat kebaikan di dunia ini, maka ia adalah orang yang lebih awal pula mendapat ganjaran di akhirat nanti. Ayat ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “as-sabiqun”, ialah mereka yang disebut dalam hadis ‘Aisyah sebagai Nabi Muhammad saw telah bersabda, “Apakah kamu sekalian tahu siapa yang paling dahulu mendapat perlindungan dari Allah pada hari Kiamat nanti?” Mereka (para sahabat) berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”

Rasulullah bersabda, “Mereka itu adalah orang yang apabila diberi haknya menerimanya, apabila diminta, memberikannya dan apabila menjatuhkan hukuman terhadap orang lain sama seperti mereka menjatuhkan hukuman terhadap diri mereka sendiri.” (Riwayat Ahmad dari ‘Aisyah) (.

Tafsir Quraish Shihab: Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Mereka itulah orang-orang yang terlebih dahulu akan memperoleh derajat yang tinggi di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 11
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡمُقَرَّبُونَ

Terjemahan: Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.

Tafsir Jalalain: أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡمُقَرَّبُونَ (Mereka itulah orang yang didekatkan).

Tafsir Ibnu Katsir: أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡمُقَرَّبُونَ (Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa mereka yang paling dahulu beriman itulah yang menerima ganjaran yang lebih dahulu dari Allah. Mereka adalah ahli surga yang dilimpahi nikmat-nikmat yang tidak pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga serta terpikirkan oleh siapa pun juga sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi saw. Di dalam surga terdapat nikmat dan kesenangan yang tidak pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga serta tidak pernah terlintas di hati manusia. (Riwayat al-Bazzar dari Abu Sa’id).

Tafsir Quraish Shihab: Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Mereka itulah orang-orang yang terlebih dahulu akan memperoleh derajat yang tinggi di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 12
فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ

Terjemahan: Berada dalam jannah kenikmatan.

Tafsir Jalalain: فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ (Berada di dalam surga-surga yang penuh dengan kenikmatan).

Tafsir Ibnu Katsir: فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ (Berada dalam jannah kenikmatan.)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa mereka yang paling dahulu beriman itulah yang menerima ganjaran yang lebih dahulu dari Allah. Mereka adalah ahli surga yang dilimpahi nikmat-nikmat yang tidak pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga serta terpikirkan oleh siapa pun juga sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi saw. Di dalam surga terdapat nikmat dan kesenangan yang tidak pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga serta tidak pernah terlintas di hati manusia. (Riwayat al-Bazzar dari Abu Sa’id).

Tafsir Quraish Shihab: Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Mereka itulah orang-orang yang terlebih dahulu akan memperoleh derajat yang tinggi di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Waqi’ah Ayat 1-12 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S