Surah An-Naml Ayat 22-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Naml Ayat 22-26

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naml Ayat 22-26 ini, menerangkan bahwa Sulaiman telah dapat membentuk bala tentara yang terdiri dari berbagai macam jenis makhluk, seperti jin, manusia, burung, dan binatang yang lain.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bala tentara itu setiap saat dapat dikerahkan untuk memerangi orang-orang yang tidak mau mengindahkan seruannya. Semua tentara itu berbaris rapi, bersatu, dan berkumpul di bawah kepemimpinannya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naml Ayat 22-26

Surah An-Naml Ayat 22
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِن سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ

Terjemahan: Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

Tafsir Jalalain: فَمَكَثَ (Maka diamlah Nabi Sulaiman) dapat dibaca Famakutsa dan Famakatsa غَيْ (dalam waktu yang tidak lama) tidak lama setelah itu datanglah burung Hud-hud ke hadapan Nabi Sulaiman seraya merendahkan diri, yakni dengan mengangkat kepalanya dan merendahkan kedua sayap dan ekornya. Akhirnya Nabi Sulaiman memaafkannya, lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepadanya tentang apa yang ia jumpai selama ketidakhadirannya itu.

بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ (Hud-hud berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya) yakni aku telah menyaksikan apa yang belum pernah kamu saksikan وَجِئْتُكَ مِن سَبَإٍ (dan kubawakan kepadamu dari negeri Saba) dapat dibaca Saba-in dan Saba-a nama suatu kabilah yang diam di negeri Yaman. Mereka dinamakan dengan nama kakek moyangnya. Berdasarkan ketentuan ini lafal Saba menerima Tanwin بِنَبَإٍ (suatu berita) yakni kabar يَقِينٍ (yang diyakini).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: فَمَكَثَ (“maka datanglah”) HudHud. غَيْرَ بَعِيدٍ (“tidak lama kemudian”) yaitu dia menghilang dalam waktu singkat, kemudian datang dan berkata kepada Sulaiman: أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ (“Aku telah mengetahui sesuatu yang engkau belum mengetahuinya.”) yaitu aku telah mengetahui sesuatu yang belum diketahui olehmu dan bala tentaramu.

وَجِئْتُكَ مِن سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ (“dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini.”) yaitu sebuah berita jujur, benar dan yakin. Saba’ adalah Himyar, yaitu kerajaan Yaman.

Tafsir Kemenag: Tidak berapa lama setelah ancaman hukuman untuk burung hud-hud itu dikeluarkan, burung itu pun datang. Sulaiman lalu menanyakan sebab-sebab kepergian burung hud-hud yang tanpa pamit itu.

Burung hud-hud itu menerangkan alasan kepergiannya dengan mengatakan bahwa ia telah pergi dan terbang mengarungi daerah yang jauh dan telah sampai kepada suatu negeri yang bernama Saba’. Ia mengetahui hal ihwal negeri itu yang Sulaiman sendiri belum mengetahuinya. Berita yang dibawanya itu adalah berita penting serta dapat diyakini kebenarannya.

Burung hud-hud telah menyampaikan berita penting itu kepada Nabi Sulaiman sedemikian rupa, dengan kata-kata yang manis lagi hormat, enak didengar telinga, disertai dengan alasan-alasan yang kuat pula. Dengan demikian, kemarahan Sulaiman kepada burung hud-hud itu berangsur-angsur mereda, akhirnya hilang sama sekali. Bahkan dengan keterangan itu, Nabi Sulaiman telah mendapat sesuatu yang berharga, sehingga hukuman yang pernah diancamkannya itu tidak jadi dilaksanakan.

Kesanggupan burung hud-hud bepergian sejauh itu dan menyampaikan berita penting kepada Nabi Sulaiman adalah suatu perwujudan kekuasaan Allah dan ilham yang ditanamkan-Nya ke dalam naluri burung hud-hud itu.

Ia sanggup pergi dan terbang mengarungi daerah yang terletak antara negeri Palestina dan Yaman sekarang, suatu jarak yang cukup jauh, mengarungi daerah padang pasir yang sangat panas.

Ia mengetahui dan mengerti keadaan negeri Saba’ yang juga harus diketahui oleh Nabi Sulaiman yang bertugas sebagai seorang kepala negara dan sekaligus rasul Allah. Ia sanggup pula menyampaikan berita itu dan memberikan pengertian yang baik, sehingga Nabi Sulaiman langsung menanggapi berita yang dibawa burung hud-hud itu.

Nabi Sulaiman adalah seorang nabi dan rasul. Ia juga seorang raja yang bijaksana, yang mempunyai kekuasaan yang besar dan kekayaan yang melimpah. Ia mempunyai pengetahuan yang banyak di samping pengetahuan-pengetahuan lain yang mungkin hanya diberikan Allah kepadanya. Sedang burung hud-hud hanyalah seekor burung yang tidak mempunyai arti sama sekali, bila dibanding dengan apa yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman.

Sekalipun demikian, burung hud-hud memiliki pengetahuan yang belum diketahui oleh Nabi Sulaiman. Pengetahuan itu sangat dibutuhkan Nabi Sulaiman dalam melaksanakan tugasnya sebagai raja, terutama dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang nabi dan rasul Allah. Dalam menghadapi burung hud-hud sebagai sumber dan pembawa berita penting, Nabi Sulaiman mampu bersikap wajar, sebagai seorang hamba Allah.

Kisah Nabi Sulaiman dan burung hud-hud ini hendaknya menjadi tamsil dan ibarat bagi manusia, terutama bagi orang-orang yang telah mengaku dirinya beriman kepada Allah. Seseorang hendaknya jangan merasa sombong dan takabur karena pengetahuan, kekuasaan, dan kekayaan yang telah diberikan Allah kepadanya.

Semua yang diberikan itu walau berapa pun banyaknya menurut dugaannya, namun yang diperoleh itu hanyalah sedikit sekali bila dibanding dengan pengetahuan, kekuasaan, dan kekayaan Allah. Oleh karena itu, jangan sekali-kali menganggap rendah, enteng, dan hina sesuatu atau seseorang.

Mungkin Allah telah memberikan kepada seseorang yang dianggap hina dan rendah itu, apa yang tidak dipunyai oleh orang lain, yang mungkin diperlukan untuk suatu kepentingan, sebagaimana yang telah dianugerahkan-Nya kepada burung hud-hud.

Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan memuliakan manusia. Oleh karena itu, hendaklah manusia hidup berkasih-kasihan, tolong-menolong, dan hormat-menghormati antara sesama manusia. Tirulah sikap Nabi Sulaiman kepada burung hud-hud, yang selalu mengasihi dan menghormatinya, meskipun hanya seekor burung.

Baca Juga:  Surah Ibrahim Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Saat itu Hudhud berada di suatu tempat yang tidak terlalu jauh. Beberapa saat kemudian burung itu mendatangi Sulayman dan berkata, “Aku datang dari negeri Saba’ membawa berita yang belum kau ketahui dan tidak perlu kau sangsikan kebenarannya.
“[1].

[1] Ayat ini dan dua Ayat berikutnya adalah Ayat-Ayat yang secara khusus mengisahkan kerajaan Saba’, salah satu kerajaan di kawasan Yaman di Arab Selatan, yang semenjak dahulu kala dikenal dengan sebutan
“Negeri Arab Bahagia” (Al-‘Arabiyyah al-Sa’idah), sebuah sebutan yang menunjukkan betapa negeri itu merupakan negeri yang maju dan kaya.
Yaman, seperti diketahui, telah memiliki peradaban sangat tinggi sejak tahun 2000 S.M.

dengan perekonomiannya yang bersandar pada sistem agraria yang maju.
Hal itu dimungkinkan oleh kesuburan tanah dan iklim yang stabil.
Selain pertanian, peradaban Yaman juga ditunjang oleh perdagangan.
Hal ini juga dimungkinkan karena letaknya yang strategis, yaitu sebagai penghubung daratan India, Etiopia (Habasyah), Somalia, Suriah (Syam) dan Iraq. Singkatnya, beberapa peninggalan mereka berupa bendungan besar yang dibangun untuk keperluan irigasi, dan yang paling populer di antaranya adalah bendungan Ma’rib (lihat Sayl al-‘Arim, surat Saba’: 16),

bekas-bekas kota yang berbenteng, istana dan candi-candi masih bisa disaksikan sampai sekarang. Semua itu menunjukkan kemajuan sosial dan kekayaan negeri itu. Relief-relief yang sempat diabadikan oleh para penguasa mereka, di antaranya berupa undang-undang yang mengatur soal pemilikan harta tetap, merupakan alasan cukup kuat untuk menunjukkan kemajuan peradaban mereka.

Puncak kejayaan kerajaan Saba’ terjadi sezaman dengan masa Nabi Sulayman a.s, sekitar tahun 10 S.M. Sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem kerajaan, sistem pemerintahan turun temurun. Semasa Sulayman itu, yang menjadi penguasa Saba’ adalah seorang wanita.
Para ahli sejarah berbeda pendapat mengenai nama sang ratu itu.

Orang-orang Arab menyebutnya Balqis. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Balqis dibantu oleh sebuah badan yang fungsinya kira-kira sama dengan Majelis Permusyawaratan saat ini (perhatikan Ayat 28–33 surat ini).

Sampai saat ini belum ada catatan sejarah yang mengatakan bahwa Saba’ merupakan negara ekspansif, lebih dari negara perdagangan dan kafilah.
Hanya sedikit saja peninggalan-peninggalan sejarah yang menyebut-nyebut soal ekspansi dan peperangan.

Tugas dan fungsi tentara negeri itu terbatas hanya pada penjagaan benteng dan pengawalan kafilah-kafilah dagang. Rakyat negeri Saba’ dikenal sebagai kaum paganis, sebagaimana dituturkan Ayat ke-24 dari surat ini.
Matahari dan bintang merupakan tuhan utama mereka, dan mereka mempersembahkan sajian dan dupa untuk tuhan-tuhan itu.

Surah An-Naml Ayat 23
إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ

Terjemahan: Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

Tafsir Jalalain: إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ (Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka) dia adalah ratu mereka bernama Balqis وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ (dan dia dianugerahi segala sesuatu) yang diperlukan oleh seorang raja, seperti perlengkapan senjata dan peralatan lainnya,

وَلَهَا عَرْشٌ (serta mempunyai singgasana) tempat duduk raja عَظِيمٌ (yang besar) panjangnya kira-kira delapan puluh hasta dan lebarnya empat puluh hasta, sedangkan tingginya tiga puluh hasta, semuanya terbuat dari emas dan perak, kemudian bertahtakan mutiara, batu permata yaqut merah, batu zabarjad yang hijau dan tiang-tiangnya terbuat dari yaqut merah, zabarjad yang hijau dan zamrud. Kemudian singgasana itu memiliki tujuh pintu masuk yang selalu dijaga dengan ketat sekali.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian ia berkata: إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ (“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka.”) al-Hasan al-Bashri berkata: “Yaitu Balqis binti Syurahil, sang ratu Saba’.” Qatadah berkata: “Ibunya adalah jin wanita.” Ibnu Juraij berkata: “Balqis binti Dzu Syarkh, dan ibunya adalah Balta’ah.”

Abdurrazzaq berkata, Ma’mar telah mengabarkan kepada kami bahwa Qatadah berkata tentang firman Allah: إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ (“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka.”) wanita itu berasal dari keluarga kerajaan dan memiliki 312 pemimpin dewan musyawarah.

Dimana setiap satu orang pemimpin memiliki sekitar 10.000 orang. Kerajaan ini berada di daerah yang dikenal dengan Ma-rib yang berjarak 3 mil dari kota Shan’a. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran, bahwa Yaman banyak terdapat kerajaan. wallaaHu a’lam.

Perkataannya: وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ (“Dan dia dianugerahi segala sesuatu”) yaitu harta benda dunia yang dibutuhkan oleh sebuah kerajaan yang besar, وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (“serta mempunyai singgasana yang besar”) yakni singgasana tempat duduknya amatlah besar, agung serta dihiasi emas dan berbagai macam mutiara dan berlian.

Ilmuwan sejarah mengatakan: “Singgasana ini berada di istana yang besar, berkilau serta tinggi menjulang. Di dalamnya terdapat 360 jendela di arah timur dan barat. Bangunan tersebut dibuat sedemikian rupa agar matahari bisa masuk setiap hari dari jendela dan terbenam dari bagian jendela yang lain, dimana mereka sujud kepadanya di waktu pagi dan petang.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa burung hud-hud menyampaikan kepada Nabi Sulaiman berbagai pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya selama dalam perjalanan ke negeri Saba’. Sebuah negeri yang besar dan kaya raya serta diperintah oleh seorang ratu yang cantik dan mempunyai singgasana yang besar lagi indah.

Dalam Ayat ini dipahami bahwa ada tiga hal mengenai negeri Saba’ yang disampaikan oleh burung hud-hud kepada Nabi Sulaiman:

  1. Negeri Saba’ itu diperintah oleh seorang ratu yang cantik, dan memerintah negerinya dengan baik dan bijaksana.
  2. Ratu itu memerintah dengan tegas dan bijaksana karena dilengkapi dengan segala sesuatu yang diperlukan dalam pemerintahan, seperti harta dan kekayaan, tentara yang kuat, dan sebagainya.
  3. Ratu mempunyai singgasana yang indah lagi besar, yang menunjukkan kebesaran dan pengaruh kekuasaannya, baik terhadap rakyat maupun terhadap negeri-negeri yang berada di sekitarnya.
Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 82; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Menurut sejarah, Saba’ adalah ibu kota kerajaan Saba’ atau Sabaiyah. Kerajaan Saba’ atau Sabaiyah ini didirikan oleh Saba’ bin Yasyjub bin Ya’rub bin Qahthan yang menjadi cikal-bakal penduduk Yaman kurang lebih tahun 955 Sebelum Masehi di Yaman. Nama kota Saba’ terambil dari nama Saba’ bin Yasyjub, begitu juga nama kerajaan Saba’ atau Sabaiyah.

Kaum Saba’ termasyhur di dalam sejarah sebagai orang-orang yang bergerak dalam bidang perniagaan. Jalan-jalan perniagaan laut dan darat bertemu di negeri Yaman itu. Barang perniagaan itu dibawa dari timur jauh (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) ke Eropa melalui Persia, Yaman, Suriah, dan Mesir. Dengan demikian, daerah Yaman merupakan sebuah mata rantai perniagaan yang menghubungkan kawasan timur dengan kawasan barat.

Kaum Saba’ memegang peranan yang besar dalam melancarkan perniagaan itu. Negeri Yaman mempunyai armada laut dan kafilah-kafilah darat untuk mengangkut perniagaan itu, sedang kota Ma’rib pada waktu itu merupakan kota internasional. Barang-barang yang diperniagakan ialah hasil bumi dan barang-barang dari Timur Jauh, ditambah dengan hasil bumi negeri Yaman yang melimpah ruah, karena memang daerah Yaman adalah daerah yang amat makmur. Pada waktu kembali dari Eropa, Mesir, dan Suriah, saudagar-saudagar itu membawa tekstil ke Timur.

Kemakmuran negeri Yaman disebabkan adanya bendungan-bendungan air yang dibangun oleh raja-raja Sabaiyah. Di antaranya sebuah bendungan raksasa di kota Ma’rib yang dikenal dengan bendungan Ma’rib. Dengan adanya bendungan Ma’rib ini, kaum Saba dapat mengadakan irigasi yang teratur, sehingga daerah Yaman menjadi subur, dan mengeluarkan hasil yang melimpah. Al-Qur’an sendiri menyebutkan bahwa kesuburan negeri Yaman itu adalah salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah.

Adapun wanita atau ratu yang memerintah kaum Saba’ yang disebutkan dalam Ayat itu menurut budaya Arab disebut Balqis. Masa pemerintahannya semasa dengan pemerintahan Nabi Sulaiman. Ia adalah putri dari Syurahil yang juga berasal dari keturunan Ya’rub bin Qahthan.

Sekalipun Balqis adalah seorang wanita, namun ia sanggup membawa rakyat Saba’ kepada kemakmuran dan ketenteraman. Ia adalah seorang yang dicintai oleh rakyatnya. Dalam sejarah dikenal dengan sebutan Malikatus Saba’ (Ratu Saba’, The Queen of Sheba).

Kejayaan kerajaan Saba’ bertahan cukup lama. Kemudian mereka berpaling dari seruan Tuhan dan mendustakan para rasul dan tidak mensyukuri nikmat-Nya, bahkan tenggelam dalam segala macam kenikmatan dan kemewahan hidup.

Oleh karena itu, Tuhan menghancurkan mereka dengan air bah yang amat besar akibat runtuhnya Saddu (Bendungan) Ma’rib yang tadinya menjadi sumber kemakmuran negeri mereka. Dengan runtuhnya Bendungan Ma’rib ini dan terjadinya air bah yang amat besar itu, maka hancurlah kota Ma’rib, dan robohlah kerajaan Sabaiyah. (Lihat Surah Saba’/34: 15-17).

Tafsir Quraish Shihab: Aku mendapati seorang wanita, dengan segala fasilitas keduniaan yang dimilikinya, memerintah dan menjadi rajanya.
Ia juga mempunyai singgasana megah yang menunjukkan kebesaran tahta dan kekuasannya.

Surah An-Naml Ayat 24
وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ

Terjemahan: Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

Tafsir Jalalain: وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ (Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah dan setan telah menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan) yang benar فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ (sehingga mereka tidak dapat petunjuk).

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu ia berkata: وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ (“Aku dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah. Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan.”) yaitu jalan kebenaran. فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ (“sehingga mereka tidak memperoleh petunjuk.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Sulaiman telah dapat membentuk bala tentara yang terdiri dari berbagai macam jenis makhluk, seperti jin, manusia, burung, dan binatang yang lain. Bala tentara itu setiap saat dapat dikerahkan untuk memerangi orang-orang yang tidak mau mengindahkan seruannya. Semua tentara itu berbaris rapi, bersatu, dan berkumpul di bawah kepemimpinannya.

Tafsir Quraish Shihab:Aku mendapati ratu dan rakyat negeri itu menyembah matahari, bukan menyembah Allah. Setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan buruk dan menyangkanya sebagai suatu kebaikan. Dengan demikian mereka tergelincir dari jalan kebenaran dan tidak mendapatkan petunjuk.

Surah An-Naml Ayat 25
أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ

Terjemahan: agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

Tafsir Jalalain: أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ (Agar mereka tidak menyembah Allah), ditambahkan An pada la yasjudu kemudian An di-idgamkan kepada la sehingga menjadi Alla Yasjudu perihalnya sama dengan lafal yang terdapat di dalam firman-Nya, ‘Lialla Ya’lama Ahlul Kitabi.’ Bentuk asalnya La Ya’lama lalu ditambah An dan sebelum itu lam Ta’lil. Kedudukan Alla Yasjudu menjadi Maf’ul secara Mahal dari lafal Yahtaduna, yaitu dengan menggugurkan huruf Ila الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ (Yang mengeluarkan apa yang terpendam) lafal Al Khab-a adalah Mashdar, yang maknanya apa-apa yang terpendam di dalam hujan dan tumbuh-tumbuhan فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ (di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan) di dalam kalbu kalian وَمَا تُعْلِنُونَ (dan apa yang kalian nyatakan) melalui perkataan kalian.

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 88; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Perkataannya: أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ (“Agar mereka tidak beribadah kepada Allah”) yaitu agar mereka tidak mengetahui jalan kebenaran, yang intinya yaitu kemurniaan sujud kepada Allah Yang Esa, bukan kepada ciptaan-Nya yang berupa bintang-bintang dan lain-lain. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hanya kepada-Nya saja beribadah.” (Fushilat: 37)

Perkataannya: الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (“Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi.”) ‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Mahamengetahui apa yang tersembunyi di langit dan di bumi.” Demikian yang dikatakan oleh ‘Ikrimah, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Qatadah dan selain mereka. Sa’id bin al-Musayyab berakata: “Al-khab-u yaitu air.”

Demikian pula ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata: “Pendaman langit dan bumi adalah rizky yang dijadikan [ada] di dalam keduanya, hujan dari langit dan tumbuh-tumbuhan dari bumi.” Ini sesuai dengan pembicaraan HudHud yang dijadikan Allah sebagai keistimewaan baginya, yaitu seperti yang diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas dan lain-lain, bahwa ia dapat melihat air mengalir dari dasar tanah yang paling dalam.

Perkataannya: وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ (“Dan mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.”) Dia Mahamengetahui perkataan dan perbuatan yang disembunyikan serta yang ditampakkan oleh seorang hamba.

Tafsir Kemenag: Setan telah dapat memalingkan mereka dari keyakinan akan kekuasaan dan keesaan Allah, sehingga mereka tidak menyembah kepada-Nya. Mereka tidak lagi mempercayai bahwa Allah mengetahui segala yang tersembunyi di langit dan di bumi, Dialah Allah yang menciptakan segala sesuatu, seperti tumbuh-tumbuhan dan barang-barang logam yang tersembunyi di dalam bumi dan di dalam laut.

Tafsir Quraish Shihab: Sehingga, mereka tidak menyembah Allah, padahal Dialah yang menampakkan segala apa saja yang tersembunyi, baik di langit maupun di bumi.Dia Maha Mengetahui apa yang kalian tampakkan dan yang kalian rahasiakan.

Surah An-Naml Ayat 26
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Terjemahan: Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar”.

Tafsir Jalalain: اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (Allah, tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Dia, Tuhan Yang mempunyai Arasy yang besar”) Ayat ini merupakan jumIah Isti’naf, dimaksud sebagai pujian yang menyangkut pula di dalamnya sebutan Arasy Tuhan Yang Maha Penyayang sebagai imbangan dari arasy ratu Balqis, sekalipun perbedaan antara keduanya jauh sekali.

Tafsir Ibnu Katsir: Perkataannya: اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (“dan tiada Rabb [yang berhak diibadahi] kecuali Dia rabb yang mempunyai ‘Arsy yang besar.”) yaitu yang diseru adalah Allah Yang tidak ada Rabb yang berhak untuk diibadahi kecuali Dia, Rabb ‘Arsy yang Agung dimana tidak ada makhluk-Nya yang lebih besar dan lebih agung dari-Nya. Dan karena Hud-Hud adalah penyeru kebaikan dan beribadah kepada Allah serta sujud kepada-Nya, maka ia dilarang untuk dibunuh.

Sebagaimana yang diriwAyatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah bahwa Abu Hurairah ra. berkata: Nabi saw. melarang membunuh empat binatang: semut, lebah, Hud-Hud dan burung shurad.” (isnadnya shahih).

Tafsir Kemenag: Selanjutnya hud-hud mengatakan bahwa sebenarnya Allah-lah yang berhak disembah. Dialah yang mempunyai ‘Arasy yang besar, mempunyai kekuasaan yang mutlak, dan tak ada sesuatu pun yang dapat mengatasinya.

Nabi Sulaiman heran dan tercengang mendengar keterangan dan tanggapan burung hud-hud itu. Kenapa burung itu sanggup dalam waktu yang singkat mengetahui keadaan negeri Saba’, tata cara pemerintahannya, kekayaan dan pengaruhnya, dan mengetahui pula agama yang mereka anut.

Burung hud-hud juga tahu dan meyakini kekuasaan dan keesaan Allah, mengakui bahwa tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah semata, tidak ada yang lain. Ia juga mengetahui bahwa menyembah matahari adalah kepercayaan yang batil, dan mengetahui pula bentuk perbuatan yang baik dan tidak baik menurut agama.

Dari Ayat ini dipahami bahwa berdasar pengetahuan dan pengalamannya di negeri Saba’, seakan-akan burung hud-hud itu menganjurkan kepada Nabi Sulaiman agar beliau segera menyeru Ratu Balqis dan rakyatnya untuk beriman kepada Allah dan mengikuti seruan Nabi Sulaiman.

Tafsir Quraish Shihab: Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Dialah Pemilik kekuasaan mutlak atas segala yang ada di alam ini.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah An-Naml Ayat 22-26 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S