Surah An-Naml Ayat 76-81; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Naml Ayat 76-81

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naml Ayat 76-81 ini, Allah menerangkan keistimewaan Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad. Allah menerangkan bahwa Dia akan menyelesaikan semua persoalan yang diperselisihkan Bani Israil dengan keputusan-Nya yang adil lagi bijaksana.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tidak ditugaskan supaya menjadikan orang-orang musyrik itu beriman. Beliau hanya ditugaskan untuk menyampaikan seruan atau risalah dari Allah. Tidak termasuk wewenang beliau untuk memaksa orang kafir menjadi seorang mukmin.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naml Ayat 76-81

Surah An-Naml Ayat 76
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

Terjemahan: Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.

Tafsir Jalalain: إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ (Sesungguhnya Alquran ini menjelaskan kepada Bani Israel) yang ada di zaman Nabi saw. أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (sebagian besar dari perkara-perkara yang mereka berselisih tentangnya) dengan menjelaskan hal tersebut sesuai dengan kedudukannya, sehingga hilanglah semua perselisihan yang ada pada mereka, jika mereka mau mengambilnya dan masuk Islam.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman mengabarkan tentang Kitab-Nya yang mulia serta kandungannya yang berisi petunjuk, penjelasan dan pembeda, dimana ia mengisahkan tentang Bani Israil yang merupakan pengemban amanat Taurat dan Injil, أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (“Sebagian besar perkara yang mereka berselisih tentangnya.”) seperti perselisihan mereka tentang ‘Isa as.

Orang Yahudi membuat kedustaan terhadapnya, sedangkan Nashrani terlalu berlebihan, maka al-Qur’an datang sebagai penengah yang benar dan adil bahwa dia adalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah serta seorang Nabi dan Rasul-Nya yang mulia.

Sebagaimana firman Allah: ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ (“Itulah ‘Isa putera Maryam, yang mengucapkan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.”) (Maryam: 34)

Tafsir Kemenag: Pada kedua ayat ini, Allah menerangkan keistimewaan Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad, yaitu:

  1. Al-Qur’an memberi kepastian kepada Bani Israil tentang berbagai hal yang telah mereka perselisihkan terutama yang terkait dengan Isa al-Masih putra Maryam. Sebagian Ahli Kitab ada yang menganggapnya sebagai tuhan, ada pula yang memandangnya sebagai anak Allah, dan ada pula yang menganggapnya sebagai oknum ketiga dalam trinitas. Ada pula yang memandangnya sebagai nabi palsu, sebagaimana ibunya, Maryam, dituduh telah melakukan perbuatan zina.
  2. Al-Qur’an benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang beriman karena mengandung berbagai dalil dan bukti yang menunjukkan kebenaran tauhid yang menjadi inti risalah para nabi. Al-Qur’an juga berisi hukum-hukum yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal ini meyakinkan orang yang membaca Al-Qur’an bahwa kitab ini benar merupakan wahyu dari Allah.
  3. Al-Qur’an juga merupakan rahmat bagi orang-orang mukmin. Meskipun Nabi Muhammad itu seorang ummi yang tidak dapat membaca dan menulis, dan belum pernah bergaul dengan pemuka-pemuka Ahli Kitab sebelum menjadi rasul, tetapi karena Al-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, maka ia berisi lengkap tentang kisah-kisah dari para nabi dan umat terdahulu sebagaimana diuraikan dalam kitab Taurat dan Injil.

Perselisihan pendapat di kalangan Ahli Kitab memang sudah sangat mendalam dan menyangkut hal-hal yang prinsip seperti pendapat tentang trinitas, adanya Tuhan Bapa dan Tuhan Anak. Ada juga yang menganggap bahwa Isa al-Masih sebagai nabi palsu, nabi terakhir adalah Yusya dan sebagainya.

Jika para Ahli Kitab mempelajari kitab mereka dengan jujur, dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran tanpa sentimen kebangsaan atau kesukuan, niscaya mereka akan mendapat kesimpulan bahwa nabi yang diisyaratkan dalam Kitab Taurat tidak lain adalah Nabi Muhammad karena sifat-sifat yang disebutkan dalam Kitab Taurat memang sama dengan sifat-sifatnya. Akan tetapi, karena Nabi Muhammad bukan dari keturunan Bani Israil, mereka sukar menerima kebenaran itu.

Dalam kitab Perjanjian Lama, kitab Ulangan (Deuteronomium 18: 18) disebutkan demikian, “Bahwa Aku (Tuhan) akan menjadikan bagi mereka itu seorang nabi dari antara segala saudaranya, yang seperti engkau (Musa), dan Aku akan memberi segala firman-Ku dalam mulutnya dan ia pun akan mengatakan kepadanya segala yang Kusuruh akan dia. Bahwa sesungguhnya barang siapa yang tidak mau mendengar segala firman-Ku, yang akan dikatakan olehnya dengan nama-Ku, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang itu.”

Isyarat dari kitab Ulangan itu mengandung pengertian bahwa nabi yang akan diutus Allah setelah Nabi Musa itu ialah dari saudara-saudara Bani Israil, yaitu Bani Ismail atau bangsa Arab, sebab Israil atau Yakub dan Ismail adalah sama-sama keturunan Nabi Ibrahim. Ismail adalah putra Ibrahim dan Yakub adalah putra Ishak, yang juga putra Ibrahim. Nabi yang akan diutus adalah seperti Musa.

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Al-Qur’an yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad menjelaskan kepada Bani Israil sebagian besar dari persoalan-persoalan yang mereka perselisihkan. Jika mereka sadar dan insaf serta menjauhkan diri dari ajakan hawa nafsu dan sentimen kesukuan, mereka akan merasakan hak dan kemurnian ajaran Al-Qur’an itu. Akan tetapi, karena terhalang oleh ketakaburan, mereka tetap menolaknya, padahal sudah jelas tampak dalil-dalil kebenarannya.

Baca Juga:  Surah As-Saff Ayat 7-9; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Sesunggguhnya kitab suci yang diwahyukan kepada Muhammad itu memberikan penjelasan kepada Bani Israil mengenai akidah, hukum dan kisah-kisah yang benar yang termaktub dalam Tawrat, untuk mengembalikan kepada kebenaran atas persoalan-persoalan yang mereka perselisihkan.

Surah An-Naml Ayat 77
وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Terjemahan: Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Tafsir Jalalain: وَإِنَّهُ لَهُدًى (Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar menjadi petunjuk) dari kesesatan وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ (dan rahmat bagi orang-orang yang beriman) yakni terhindar dari azab.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ (“Dan sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”) yaitu petunjuk bagi orang-orang yang mengimaninya serta rahmat bagi mereka dalam segi amal.

Tafsir Kemenag: Pada kedua ayat ini, Allah menerangkan keistimewaan Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad, yaitu:

  1. Al-Qur’an memberi kepastian kepada Bani Israil tentang berbagai hal yang telah mereka perselisihkan terutama yang terkait dengan Isa al-Masih putra Maryam. Sebagian Ahli Kitab ada yang menganggapnya sebagai tuhan, ada pula yang memandangnya sebagai anak Allah, dan ada pula yang menganggapnya sebagai oknum ketiga dalam trinitas. Ada pula yang memandangnya sebagai nabi palsu, sebagaimana ibunya, Maryam, dituduh telah melakukan perbuatan zina.
  2. Al-Qur’an benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang beriman karena mengandung berbagai dalil dan bukti yang menunjukkan kebenaran tauhid yang menjadi inti risalah para nabi. Al-Qur’an juga berisi hukum-hukum yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal ini meyakinkan orang yang membaca Al-Qur’an bahwa kitab ini benar merupakan wahyu dari Allah.
  3. Al-Qur’an juga merupakan rahmat bagi orang-orang mukmin. Meskipun Nabi Muhammad itu seorang ummi yang tidak dapat membaca dan menulis, dan belum pernah bergaul dengan pemuka-pemuka Ahli Kitab sebelum menjadi rasul, tetapi karena Al-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, maka ia berisi lengkap tentang kisah-kisah dari para nabi dan umat terdahulu sebagaimana diuraikan dalam kitab Taurat dan Injil.

Perselisihan pendapat di kalangan Ahli Kitab memang sudah sangat mendalam dan menyangkut hal-hal yang prinsip seperti pendapat tentang trinitas, adanya Tuhan Bapa dan Tuhan Anak. Ada juga yang menganggap bahwa Isa al-Masih sebagai nabi palsu, nabi terakhir adalah Yusya dan sebagainya.

Jika para Ahli Kitab mempelajari kitab mereka dengan jujur, dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran tanpa sentimen kebangsaan atau kesukuan, niscaya mereka akan mendapat kesimpulan bahwa nabi yang diisyaratkan dalam Kitab Taurat tidak lain adalah Nabi Muhammad karena sifat-sifat yang disebutkan dalam Kitab Taurat memang sama dengan sifat-sifatnya. Akan tetapi, karena Nabi Muhammad bukan dari keturunan Bani Israil, mereka sukar menerima kebenaran itu.

Dalam kitab Perjanjian Lama, kitab Ulangan (Deuteronomium 18: 18) disebutkan demikian, “Bahwa Aku (Tuhan) akan menjadikan bagi mereka itu seorang nabi dari antara segala saudaranya, yang seperti engkau (Musa), dan Aku akan memberi segala firman-Ku dalam mulutnya dan ia pun akan mengatakan kepadanya segala yang Kusuruh akan dia. Bahwa sesungguhnya barang siapa yang tidak mau mendengar segala firman-Ku, yang akan dikatakan olehnya dengan nama-Ku, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang itu.”

Isyarat dari kitab Ulangan itu mengandung pengertian bahwa nabi yang akan diutus Allah setelah Nabi Musa itu ialah dari saudara-saudara Bani Israil, yaitu Bani Ismail atau bangsa Arab, sebab Israil atau Yakub dan Ismail adalah sama-sama keturunan Nabi Ibrahim. Ismail adalah putra Ibrahim dan Yakub adalah putra Ishak, yang juga putra Ibrahim. Nabi yang akan diutus adalah seperti Musa.

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Al-Qur’an yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad menjelaskan kepada Bani Israil sebagian besar dari persoalan-persoalan yang mereka perselisihkan. Jika mereka sadar dan insaf serta menjauhkan diri dari ajakan hawa nafsu dan sentimen kesukuan, mereka akan merasakan hak dan kemurnian ajaran Al-Qur’an itu. Akan tetapi, karena terhalang oleh ketakaburan, mereka tetap menolaknya, padahal sudah jelas tampak dalil-dalil kebenarannya.

Tafsir Quraish Shihab: Kitab suci ini adalah petunjuk yang membebaskan manusia dari kesesatan, dan sebagai rahmat yang menyelamatkan orang-orang yang beriman kepadanya dari siksa.

Surah An-Naml Ayat 78
إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُم بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ

Terjemahan: Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan keputusan-Nya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Jalalain: إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُم (Sesungguhnya Rabbmu akan menyelesaikan perkara di antara mereka) sama dengan orang-orang selain mereka, kelak di hari kiamat بِحُكْمِهِ (dengan keputusan-Nya) dengan keadilan-Nya. وَهُوَ الْعَزِيزُ (Dan Dia-lah yang Maha Perkasa) Maha Menang الْعَلِيمُ (lagi Maha Mengetahui) tentang ketentuan yang akan diputuskan-Nya, tidak mungkin bagi seorang pun menentangnya, tidak sebagaimana di dunia di mana orang-orang kafir masih dapat menentang Nabi-nabi-Nya.

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 65-66; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala berfirman: إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُم (“Sesungguhnya Rabbmu akan menyelesaikan perkara antara mereka.”) yaitu pada hari kiamat. بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ (“dengan keputusan-Nya dan Dia Mahaperkasa.”) yaitu dalam memberikan adzab-Nya. al’aliim (“Mahamengetahui”) tentang perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan hamba-hamba-Nya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia akan menyelesaikan semua persoalan yang diperselisihkan Bani Israil dengan keputusan-Nya yang adil lagi bijaksana. Dengan demikian, yang batil akan mendapat azab, dan yang benar akan diberi pahala sesuai dengan amalnya, karena Allah adalah Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Tuhanmu akan memberikan keputusan pada setiap manusia dengan sifat adil-Nya pada hari kiamat. Dia Mahamenang. Tak seorang pun dapat menolak keputusan-Nya, Maha Mengetahui yang tidak tersamar bagi-Nya antara kepalsuan dan kebenaran.

Surah An-Naml Ayat 79
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ

Terjemahan: Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata.

Tafsir Jalalain: فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ (Sebab itu bertakwalah kepada Allah) percayakanlah kepada-Nya إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ (sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata) yakni agama yang nyata, maka akibatnya kamulah yang akan mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. Kemudian pada ayat selanjutnya Allah membuat perumpamaan tentang orang-orang kafir, sebagai orang-orang mati, tuli dan buta, untuk itu Allah swt. berfirman,.

Tafsir Ibnu Katsir: فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ (“Sebab itu bertakwalah kepada Allah”) dalam seluruh urusanmu dan sampaikanlah risalah Rabbmu.

إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ (“Sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata.”) yakni engkau berada di atas kebenaran yang nyata, sekalipun terdapat orang yang menyelisihimu di antara orang-orang ditentukan mendapat kecelakaan dan berhak menerima kalimat Rabbmu bahwa mereka tidak beriman sekalipun engkau datangkan kepada mereka setiap ayat.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia akan menyelesaikan semua persoalan yang diperselisihkan Bani Israil dengan keputusan-Nya yang adil lagi bijaksana. Dengan demikian, yang batil akan mendapat azab, dan yang benar akan diberi pahala sesuai dengan amalnya, karena Allah adalah Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Qurasih Shihab: Oleh karena itu, serahkan segala urusanmu kepada Allah. Teruslah berdakwah dengan penuh keyakinan akan datangnya kemenangan, karena kamu memang berada pada kebenaran yang jelas. Ulah orang-orang yang mengingkarimu itu tidak akan membawa kerugian apa-apa bagi dirimu.

Surah An-Naml Ayat 80
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang.

Tafsir Jalalain: إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا (“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan tidak pula menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila) dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (mereka telah berpaling membelakang).

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَ (“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar”) yakni engkau tidak dapat memperdengarkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. demikian juga kafirnya orang yang di dalam hati mereka terdapat penutup dan di telinga mereka terdapat sumbat.

Untuk itu Allah berfirman: وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tidak ditugaskan supaya menjadikan orang-orang musyrik itu beriman. Beliau hanya ditugaskan untuk menyampaikan seruan atau risalah dari Allah. Tidak termasuk wewenang beliau untuk memaksa orang kafir menjadi seorang mukmin.

Hal tersebut berada dalam kekuasaan Allah. Nabi tidak mampu memasukkan petunjuk ke dalam hati orang yang sudah terkunci mati. Ayat ini juga menjelaskan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati itu mendengar dan tidak pula menjadikan orang-orang tuli mendengar panggilan, terlebih lagi bila hati mereka telah berpaling ke belakang.

Kalimat “orang-orang yang mati” dan “orang-orang yang tuli” dalam ayat ini adalah ungkapan metafora. Maksudnya adalah orang-orang musyrik itu dianggap sebagai orang yang sudah mati pikirannya, sudah tuli dan tidak dapat mendengar panggilan dan ajakan kebaikan. Mereka telah berpaling ke belakang. Mereka diserupakan dengan orang yang mati dan orang yang tuli karena semua ayat yang dibacakan kepada mereka tidak berpengaruh sama sekali

Walaupun secara umum ayat ini menjelaskan bahwa orang yang telah mati tidak dapat mendengar seruan orang yang masih hidup, tetapi ada beberapa hadis yang sahih, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim, yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad pernah berbicara pada mayat-mayat kaum musyrikin yang terbunuh waktu perang Badar dan dikubur bersama-sama dalam sebuah sumur.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 68-70; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Melihat hal itu, sebagian sahabat, di antaranya Umar bin Khattab, menyatakan keheranannya dengan bertanya mengapa Rasulullah berbicara dengan orang yang sudah meninggal. Menanggapi hal itu, Rasulullah bersabda:

Kamu tidak lebih mendengar daripada mereka terhadap apa yang aku katakan, hanya saja mereka tidak dapat menjawab. (Riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik)

Pengertian yang terkandung dalam hadis di atas adalah bahwa orang-orang yang masih hidup dan mayat-mayat itu sama dapat mendengar ucapan Nabi. Akan tetapi, orang yang masih hidup dapat menjawab, sedangkan mereka tidak. Dalam beberapa hadis yang sahih diterangkan pula oleh Nabi bahwa bila seorang mayat telah selesai dimasukkan ke kuburnya, ia dapat mendengar suara sepatu atau terompah orang-orang yang mengantarnya.

Sebagai seorang penyampai risalah Allah, Nabi tidak dapat memberi hidayah kepada orang-orang musyrik untuk menjadi mukmin sebagaimana yang terjadi dengan paman Nabi yaitu Abu thalib yang hingga akhir hidupnya tidak beriman. Firman Allah:

Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk (al-Qasas/28: 56)

Tugas Nabi hanya memberi petunjuk dalam arti memberi bimbingan (irsyad), memberi keterangan (bayan), dan melaksanakannya, sebagaimana firman Allah:.. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.(asy-Syura/42: 52)

Pengertian hidayah pada Surah al-Qasas/28: 56 di atas adalah “taufik”. Hal ini mengandung pengertian bahwa Nabi tidak mempunyai kewenangan untuk memberi taufik kepada manusia, walaupun terhadap orang yang dicintainya, misalnya Abu thalib. hanya Allah yang dapat memberi hidayah dalam arti taufik kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Adapun hidayah pada Surah as-Syura/42: 52 bermakna “tabyin dan irsyad”. Hal ini berarti bahwa Nabi mempunyai kewenangan untuk memberi penjelasan dengan petunjuk yang luas.

Tafsir Quraish Shihab: Sungguh kamu, Muhammad, tidak akan dapat mendatangkan hidayah kepada orang-orang kafir. Mereka tidak sadar, bagaikan orang mati. Mereka juga tidak dapat mendengar bagaikan orang yang kehilangan indera pendengarnya. Mereka tidak memiliki kesiapan mendengarkan dakwahmu, karena mereka telah terlanjur larut dalam sikap berpaling darimu.

Surah An-Naml Ayat 81
وَمَا أَنتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَن ضَلَالَتِهِمْ إِن تُسْمِعُ إِلَّا مَن يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُم مُّسْلِمُونَ

Terjemahan: Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorangpun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.

Tafsir Jalalain: وَمَا أَنتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَن ضَلَالَتِهِمْ إِن تُسْمِعُ إِلَّا (Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin orang-orang buta dari kesesatan mereka, tidak lain kamu hanya dapat membuat mendengar) dengan pendengaran yang disertai pemahaman dan mau menerima apa yang didengarnya yaitu مَن يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا (orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami) kepada Alquran فَهُم مُّسْلِمُونَ (lalu mereka berserah diri) mengikhlaskan diri mereka untuk mentauhidkan Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا أَنتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَن ضَلَالَتِهِمْ إِن تُسْمِعُ إِلَّا مَن يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُم مُّسْلِمُونَ (“Dan [tidak pula] menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang. Dan kamu sekali-sekali tidak dapat memimpin [memalingkan] orang-orang buta dari kesesatan mereka.

kamu tidak dapat menjadikan [seorang pun] mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.”) yaitu yang dapat memperkenankanmu hanyalah Rabb Yang Maha mendengar lagi Mahamelihat dengan pendengaran dan penglihatan yang membawa manfat di dalam hati dan pandangan orang yang tunduk kepada-Nya serta apa yang dibawa melalui lisan para Rasul.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah memperkuat pengertian ayat sebelumnya bahwa Nabi Muhammad sama sekali tidak dapat memalingkan orang-orang buta yang telah terkunci hatinya dari kesesatan. Mata hatinya tidak dapat diberi petunjuk kepada jalan yang lurus karena ada hijab atau dinding yang menutupi pandangannya, sehingga tidak dapat melihat kebenaran sama sekali.

Nabi Muhammad tidak dapat menjadikan seseorang dapat mendengar seruannya dengan pendengaran yang positif, kecuali orang-orang yang beriman kepada Allah, lalu berserah diri secara tulus ikhlas kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Kamu tidak akan dapat mendatangkan petunjuk menuju kebenaran kepada orang-orang yang mata hatinya buta. Yang dapat kamu buat mendengar hanyalah orang yang beriman pada ayat-ayat Kami. Mereka memang taat dan selalu menyambut seruan Kami.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Naml Ayat 76-81 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S