Surah An-Naziat Ayat 1-14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Nazi'at Ayat 1-14

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naziat Ayat 1-14 ini, sebelum membahas kandungan ayat ini, terlebih dahulu kita mengetahui isi surah. Ayat-ayat pembukaan Surah An-Naziat berisikan sumpah Allah Swt. bahwa hari kebangkitan mungkin, tidak mustahil, terjadi. Ayat-ayat selanjutnya menuturkan kisah Mûsâ a. s. bersama Fir’aun dengan tujuan menghibur hati Nabi Muhammad saw.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Surah ini menyinggung pula upaya dan kiat manusia di dunia, memaparkan dengan jelas nasib buruk yang akan menimpa orang yang berbuat sewenang-wenang (zalim) dan orang-orang yang melakukan pengkhianatan.

Pada bagian akhir Surah dijelaskan sikap orang-orang musyrik yang bertanya-tanya tentang masa datangnya hari kiamat. Ditutup dengan keterangan menyangkut tugas Nabi Muhammad sebagai pemberi peringatan kepada manusia yang merasa dirinya takut pada hari kiamat, bukan untuk memberitahukan waktu terjadinya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naziat Ayat 1-14

Surah An-Naziat Ayat 1
وَٱلنَّٰزِعَٰتِ غَرۡقًا

Terjemahan: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,

Tafsir Jalalain: وَٱلنَّٰزِعَٰتِ (Demi yang mencabut nyawa) atau demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa orang-orang kafir غَرۡقًا (dengan keras) atau mencabutnya dengan kasar.

Tafsir Ibnu Katsir: Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, masruq, Sa’id bin Jubair, AbuShalih, Abduh Dhuha, as-Suddi berkata: وَٱلنَّٰزِعَٰتِ غَرۡقًا (“Demi yang mencabut [nyawa] dengan keras.”) yakni para malaikat. Yang mereka maksudkan adalah ketika Malaikat itu mencabut nyawa anak cucu Adam, maka di antara mereka ada yang diambil nyawanya dengan susah payah sehingga harus dicabut dengan keras. Dan ada juga yang dicabut nyawanya dengan mudah.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik.

Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.

Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:

Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)

Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi’at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.

Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.

Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi’at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain.

Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.

Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.

Tafsir Quraish Shihab: Ayat-ayat pembukaan Surah al-Nazi’ât berisikan sumpah Allah Swt. bahwa hari kebangkitan mungkin, tidak mustahil, terjadi. Ayat-ayat selanjutnya menuturkan kisah Mûsâ a. s. bersama Fir’aun dengan tujuan menghibur hati Nabi Muhammad saw.

Surah ini menyinggung pula upaya dan kiat manusia di dunia, memaparkan dengan jelas nasib buruk yang akan menimpa orang yang berbuat sewenang-wenang (zalim) dan orang-orang yang melakukan pengkhianatan. Pada bagian akhir Surah dijelaskan sikap orang-orang musyrik yang bertanya-tanya tentang masa datangnya hari kiamat.

Ditutup dengan keterangan menyangkut tugas Nabi Muhammad sebagai pemberi peringatan kepada manusia yang merasa dirinya takut pada hari kiamat, bukan untuk memberitahukan waktu terjadinya.]] Aku bersumpah demi yang diberi kekuatan untuk mencabut sesuatu dari akarnya dengan kuat,

Surah An-Naziat Ayat 2
وَٱلنَّٰشِطَٰتِ نَشۡطًا

Terjemahan: dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,

Tafsir Jalalain: وَٱلنَّٰشِطَٰتِ نَشۡطًا (Dan demi yang mencabut nyawa dengan lemah lembut) maksudnya, demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa orang-orang mukmin secara pelan-pelan.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan itulah makna firman Allah Ta’ala: وَٱلنَّٰشِطَٰتِ نَشۡطًا (“Dan [malaikat-malaikat] yang mencabut [nyawa] dengan lemah lembut.”) demikian yang dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik.

Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.

Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:

Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)

Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi’at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.

Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.

Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi’at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain.

Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.

Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.

Tafsir Quraish Shihab: demi yang diberi kekuatan untuk mengeluarkan sesuatu dengan cara yang ringan dan lembut,

Surah An-Naziat Ayat 3
وَٱلسَّٰبِحَٰتِ سَبۡحًا

Terjemahan: dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,

Tafsir Jalalain: وَٱلسَّٰبِحَٰتِ سَبۡحًا (Dan demi yang turun dari langit dengan cepat) yakni demi malaikat-malaikat yang melayang turun dari langit dengan membawa perintah-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Sedangkan firman-Nya: وَٱلسَّٰبِحَٰتِ سَبۡحًا (“Dan yang turun dari langit dengan cepat.”) maka Ibnu Mas’ud mengatakan: “Yaitu para Malaikat.” Sedangkan Qatadah mengemukakan: “Yaitu bintang-bintang.” Diriwayatkan dari ‘Ali, Masruq, Mujahid, Abu Shalih, dan al-Hasan al-Bashri, yaitu para Malaikat. Dan al-Hasan mengatakan: “Dia lebih cepat kepada keimanan dan pembenaran.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik.

Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.

Baca Juga:  Surah An-Naziat Ayat 34-46; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:

Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)

Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi’at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.

Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.

Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi’at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain.

Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.

Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.

Tafsir Quraish Shihab: demi yang diberi kecepatan gerak dalam melaksanakan segala tugas dengan mudah,

Surah An-Naziat Ayat 4
فَٱلسَّٰبِقَٰتِ سَبۡقًا

Terjemahan: dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,

Tafsir Jalalain: فَٱلسَّٰبِقَٰتِ سَبۡقًا (Dan demi yang mendahului dengan kencang) yaitu malaikat-malaikat yang mendahului dengan kencang membawa arwah orang-orang yang beriman ke surga.

Tafsir Ibnu Katsir: فَٱلسَّٰبِقَٰتِ سَبۡقًا (dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,)

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik.

Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.

Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:

Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)

Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi’at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.

Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.

Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi’at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain.

Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.

Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.

Tafsir Quraish Shihab: demi yang mendahului dengan sangat kencang dalam melaksanakan setiap pekerjaan,

Surah An-Naziat Ayat 5
فَٱلۡمُدَبِّرَٰتِ أَمۡرًا

Terjemahan: dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).

Tafsir Jalalain: فَٱلۡمُدَبِّرَٰتِ أَمۡرًا (Dan yang mengatur urusan) dunia, yaitu malaikat-malaikat yang mengatur urusan dunia. Dengan kata lain, demi malaikat-malaikat yang turun untuk mengaturnya. Jawab daripada semua qasam yang telah disebutkan di atas tidak disebutkan, lengkapnya, benar-benar kalian, hai penduduk Mekah yang kafir, akan dibangkitkan. Jawab inilah yang menjadi Amil terhadap ayat berikutnya yaitu:.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَٱلۡمُدَبِّرَٰتِ أَمۡرًا (“Dan yang mengatur urusan [dunia]”). Ali, Muhahid, ‘Atha’, Abu Shalih, al-Hasan, Qatadah, ar-Rabi’ bin Anas, dan as-Suddi mengatakan: “Yakni para malaikat.” Dan al-Hasan menambahkan: “Mereka mengatur urusan dari langit sampai ke bumi, yakni atas perintah Rabbnya.” Dan dalam hal yang terakhir ini mereka berbeda pendapat.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik.

Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.

Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:

Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)

Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi’at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.

Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.

Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi’at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain.

Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.

Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.

Tafsir Quraish Shihab: dan demi yang mengatur dan menjalankan segala macam urusan dengan kelebihan yang ada pada dirinya, sungguh hari kiamat itu pasti datang. Saat seluruh makhluk digoncangkan oleh tiupan sangkakala pertama, kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang dibarengi dengan kebangkitan.

Surah An-Naziat Ayat 6
يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلرَّاجِفَةُ

Terjemahan: (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,

Tafsir Jalalain: يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلرَّاجِفَةُ (Pada hari ketika terjadinya guncangan yang hebat) yakni tiupan pertama malaikat Israfil yang mengguncangkan segala sesuatu dengan hebatnya. Kemudian pengertian ini diungkapkan ke dalam bentuk kejadian yang timbul dari tiupan tersebut.

Tafsir Ibnu Katsir: يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلرَّاجِفَةُ ((Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,)

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik.

Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.

Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:

Baca Juga:  Surah Sad Ayat 55-64; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)

Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi’at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.

Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.

Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi’at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain.

Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.

Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.

Tafsir Quraish Shihab: dan demi yang mengatur dan menjalankan segala macam urusan dengan kelebihan yang ada pada dirinya, sungguh hari kiamat itu pasti datang. Saat seluruh makhluk digoncangkan oleh tiupan sangkakala pertama, kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang dibarengi dengan kebangkitan.

Surah An-Naziat Ayat 7
تَتۡبَعُهَا ٱلرَّادِفَةُ

Terjemahan: tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.

Tafsir Jalalain: تَتۡبَعُهَا ٱلرَّادِفَةُ (Kemudian ia diiringi dengan yang mengikutinya) dengan tiupan yang kedua dari malaikat Israfil; jarak di antara kedua tiupan itu empat puluh tahun; dan jumlah ayat ini berkedudukan menjadi Haal atau kata keterangan keadaan daripada lafal Ar-Raajifah. Dan lafal Al-Yauma dapat mencakup kedua tiupan tersebut, karena itu maka kedudukan Zharafnya dianggap sah. Tiupan yang kedua ini untuk membangkitkan semua makhluk yang mati menjadi hidup kembali, maka setelah tiupan yang kedua, mereka bangkit hidup kembali.

Tafsir Ibnu Katsir: تَتۡبَعُهَا ٱلرَّادِفَةُ (tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.) Ibnu Abbas mengatakan: “Dua tiupan, yaitu tiupan pertama dan tiupan kedua.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik.

Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.

Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:

Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)

Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi’at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.

Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.

Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi’at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain.

Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.

Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.

Tafsir Quraish Shihab: dan demi yang mengatur dan menjalankan segala macam urusan dengan kelebihan yang ada pada dirinya, sungguh hari kiamat itu pasti datang. Saat seluruh makhluk digoncangkan oleh tiupan sangkakala pertama, kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang dibarengi dengan kebangkitan.

Surah An-Naziat Ayat 8
قُلُوبٌ يَوۡمَئِذٍ وَاجِفَةٌ

Terjemahan: Hati manusia pada waktu itu sangat takut,

Tafsir Jalalain: قُلُوبٌ يَوۡمَئِذٍ وَاجِفَةٌ (Hati manusia pada waktu itu sangat takut) amat takut dan cemas.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: قُلُوبٌ يَوۡمَئِذٍ وَاجِفَةٌ (“Yakni dalam keadaan takut.”) Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Mujahid dan Qatadah.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa hati orang-orang kafir pada waktu itu sangat takut setelah mereka menyaksikan sendiri apa yang telah diberitahukan kepada mereka dahulu di dunia.

Orang-orang kafir Mekah ketika di dunia bahkan telah diberitahu langsung oleh Nabi Muhammad. Pandangan mereka tertunduk lemas, selalu melihat ke bawah karena rasa takut dan gelisah yang sangat tinggi.

Pada ayat lain digambarkan keadaan orang-orang kafir pada hari Kiamat itu sebagai berikut: mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (Ibrahim/14: 43).

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari itu, hati seluruh manusia dicekam perasaan ngeri dan takut yang luar biasa.

Surah An-Naziat Ayat 9
أَبۡصَٰرُهَا خَٰشِعَةٌ

Terjemahan: Pandangannya tunduk.

Tafsir Jalalain: أَبۡصَٰرُهَا خَٰشِعَةٌ (Pandangannya tunduk) yakni hina karena kedahsyatan apa yang disaksikannya.

Tafsir Ibnu Katsir: أَبۡصَٰرُهَا خَٰشِعَةٌ (“Pandangannya tunduk.”) maksudnya pandangan para pemiliknya. Dinisbatkannya hal itu kepadanya dimaksudkan untuk mengungkapkan keadaan, yaitu dalam keadaan hina dina, karena melihat berbagai hal yang menakutkan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa hati orang-orang kafir pada waktu itu sangat takut setelah mereka menyaksikan sendiri apa yang telah diberitahukan kepada mereka dahulu di dunia. Orang-orang kafir Mekah ketika di dunia bahkan telah diberitahu langsung oleh Nabi Muhammad. Pandangan mereka tertunduk lemas, selalu melihat ke bawah karena rasa takut dan gelisah yang sangat tinggi.

Pada ayat lain digambarkan keadaan orang-orang kafir pada hari Kiamat itu sebagai berikut:

Mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (Ibrahim/14: 43).

Tafsir Quraish Shihab: Sorot mata mereka diliputi oleh rasa duka dan hina.

Surah An-Naziat Ayat 10
يَقُولُونَ أَءِنَّا لَمَرۡدُودُونَ فِى ٱلۡحَافِرَةِ

Terjemahan: (Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula?

Tafsir Jalalain: يَقُولُونَ (Mereka berkata) yakni orang-orang kafir yang mempunyai hati dan pandangan itu mengatakan dengan nada yang memperolok-olokkan karena ingkar dan tidak percaya terhadap adanya hari berbangkit أَءِنَّا (“Apakah sesungguhnya kami) dapat dibaca secara Tahqiq dan Tas-hil, demikian pula lafal berikutnya yang sama لَمَرۡدُودُونَ فِى ٱلۡحَافِرَةِ (benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?”) maksudnya, apakah kami sesudah mati akan dikembalikan menjadi hidup seperti semula.

Lafal Al-Haafirah menunjukkan makna permulaan sesuatu, antara lain dikatakan: Raja’a Fulaanun Fii Haafiratihi, artinya, si Polan kembali lagi ke arah dia datang.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: يَقُولُونَ أَءِنَّا لَمَرۡدُودُونَ فِى ٱلۡحَافِرَةِ (“[Orang-orang kafir] berkata: ‘Apakah kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?”) yakni orang-orang musyrik dari kaum Quraisy serta orang-orang yang mengungkapkan apa yang mereka ungkapkan dalam mengingkari hari kiamat.

Mereka menjauhkan diri dari terjadinya hari berbangkit setelah mereka ditempatkan di dalam kubur. Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid, dan setelah jasad-jasad mereka hancur berantankan dan tulang-belulang mereka berserakan dan hancur lumat.

Baca Juga:  Surah As-Saffat Ayat 1-5; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini kemudian dijelaskan bahwa orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan bertanya dengan nada penyesalan, “Apakah kami betul-betul dikembalikan seperti kehidupan semula?” Hal ini juga pernah mereka tanyakan, sebagaimana terdapat dalam firman Allah:

Mereka berkata, “Apakah betul, apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? (al-Mu’minun/23: 82)

Pada hari Kiamat pun mereka masih bertanya, “Apakah kami akan dibangkitkan juga apabila telah menjadi tulang-belulang yang hancur dan bersatu dengan tanah?” padahal ketika di dunia sudah dijelaskan dalam firman Allah:

Dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 78-79)

Tafsir Quraish Shihab: Dahulu, saat masih berada di dunia, mereka mengingkari hari kebangkitan ini dengan mengatakan, “Apakah kami akan dihidupkan kembali seperti sedia kala?

Surah An-Naziat Ayat 11
أَءِذَا كُنَّا عِظَٰمًا نَّخِرَةً

Terjemahan: Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?”

Tafsir Jalalain: أَءِذَا كُنَّا عِظَٰمًا نَّخِرَةً (“Apakah apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat) juga akan dihidupkan kembali?” Menurut suatu qiraat lafal Nakhiratun dibaca Naahiratun, artinya yang lapuk dan hancur.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, mereka berkata: أَءِذَا كُنَّا عِظَٰمًا نَّخِرَةً (“Apakah [akan dibangkitkan juga] apabila telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?”) ada yang membaca: naakhiraH. Sedangkan Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah mengatakan: “Yakni hancur berantakan.” Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yaitu tulang-belulang yang sudah hancur lumat dan angin sudah masuk ke dalamnya.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini kemudian dijelaskan bahwa orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan bertanya dengan nada penyesalan, “Apakah kami betul-betul dikembalikan seperti kehidupan semula?” Hal ini juga pernah mereka tanyakan, sebagaimana terdapat dalam firman Allah:

Mereka berkata, “Apakah betul, apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? (al-Mu’minun/23: 82)

Pada hari Kiamat pun mereka masih bertanya, “Apakah kami akan dibangkitkan juga apabila telah menjadi tulang-belulang yang hancur dan bersatu dengan tanah?” padahal ketika di dunia sudah dijelaskan dalam firman Allah:

Dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 78-79)

Tafsir Quraish Shihab: Benarkah, setelah kami berubah menjadi tulang belulang, kami akan dibangkitkan kembali?”

Surah An-Naziat Ayat 12
قَالُواْ تِلۡكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ

Terjemahan: Mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan”.

Tafsir Jalalain: قَالُواْ تِلۡكَ (Mereka berkata, “Hal itu) maksudnya, dihidupkan-Nya kami kembali إِذًا (kalau begitu) atau seandainya hal itu benar terjadi كَرَّةٌ (adalah pengembalian) suatu pengembalian خَاسِرَةٌ (yang merugikan”) diri kami. Lalu Allah berfirman:.

Tafsir Ibnu Katsir: Adapun ucapan mereka: تِلۡكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ (“kalau demikian itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.”) Muhammad bin Ka’ab mengatakan: “Kaum Quraisy mengungkapkan: ‘Seandainya Allah menghidupkan kita kembali setelah kematian kita, maka kita benar-benar merugi.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini akhirnya mereka berkata juga, “Kalau demikian, sungguh kami akan mengalami pengembalian yang sangat merugikan.” Allah menjawab ejekan dan penyesalan mereka itu dengan menjelaskan bahwa pengembalian itu cukup sederhana saja, yaitu dapat terjadi hanya dengan satu kali tiupan saja oleh Malaikat Israfil.

Akhirnya mereka menyadari bahwa manusia tidak dapat memandang peristiwa hari kebangkitan itu sebagai mustahil. Sebab, dengan itu mereka dapat serta merta akan hidup kembali di permukaan bumi sebagai permulaan hari akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Dengan nada ingkar dan mengejek mereka mengatakan, “Pengembalian itu, jika benar-benar terjadi, adalah suatu pengembalian yang merugikan, sedang kami bukanlah golongan yang bakal merugi.”

Surah An-Naziat Ayat 13
فَإِنَّمَا هِىَ زَجۡرَةٌ وَٰحِدَةٌ

Terjemahan: Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja,

Tafsir Jalalain: فَإِنَّمَا هِىَ (Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah) maksudnya, tiupan yang kedua untuk membangkitkan semua makhluk زَجۡرَةٌ (dengan tiupan) dengan hardikan وَٰحِدَةٌ (sekali saja) apabila tiupan yang kedua ini telah dilakukan.

Tafsir Ibnu Katsir: فَإِنَّمَا هِىَ زَجۡرَةٌ وَٰحِدَةٌ (Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja,)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini akhirnya mereka berkata juga, “Kalau demikian, sungguh kami akan mengalami pengembalian yang sangat merugikan.” Allah menjawab ejekan dan penyesalan mereka itu dengan menjelaskan bahwa pengembalian itu cukup sederhana saja, yaitu dapat terjadi hanya dengan satu kali tiupan saja oleh Malaikat Israfil.

Akhirnya mereka menyadari bahwa manusia tidak dapat memandang peristiwa hari kebangkitan itu sebagai mustahil. Sebab, dengan itu mereka dapat serta merta akan hidup kembali di permukaan bumi sebagai permulaan hari akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Jangan kalian menduga bahwa proses pengembalian itu sebagai suatu hal yang musykil bagi Kami. Pekerjaan itu hanya membutuhkan satu kali tiupan saja, dan secara tiba-tiba semua yang telah mati terhimpun di padang mahsyar, padang kebangkitan.

Surah An-Naziat Ayat 14
فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ

Terjemahan: maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

Tafsir Jalalain: فَإِذَا هُم (Maka dengan serta-merta mereka) yakni semua makhluk بِٱلسَّاهِرَةِ (bangun) berada di permukaan bumi dalam keadaan hidup, yang sebelumnya mereka berada di perut bumi dalam keadaan mati.

Tafsir Ibnu Katsir: فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ (maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.) maksudnya, yang demikian itu merupakan satu perintah saja dari Allah, tiada duanya dan tidak juga ada pengulangan. Tiba-tiba umat manusia bangkit seraya melihat, dimana Allah Ta’ala memerintahkan Israfil untuk meniupkan sangkakala satu kali sebagai tanda kebangkitan. Dan ternyata generasi pertama dan generasi terakhir bangkit di hadapan Rabb seraya melepaskan pandangan.

Dan firman Allah Ta’ala: فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ (“Maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.”) yang benar, kata as-saaHiraH berarti bumi.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini akhirnya mereka berkata juga, “Kalau demikian, sungguh kami akan mengalami pengembalian yang sangat merugikan.” Allah menjawab ejekan dan penyesalan mereka itu dengan menjelaskan bahwa pengembalian itu cukup sederhana saja, yaitu dapat terjadi hanya dengan satu kali tiupan saja oleh Malaikat Israfil.

Akhirnya mereka menyadari bahwa manusia tidak dapat memandang peristiwa hari kebangkitan itu sebagai mustahil. Sebab, dengan itu mereka dapat serta merta akan hidup kembali di permukaan bumi sebagai permulaan hari akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Jangan kalian menduga bahwa proses pengembalian itu sebagai suatu hal yang musykil bagi Kami. Pekerjaan itu hanya membutuhkan satu kali tiupan saja, dan secara tiba-tiba semua yang telah mati terhimpun di padang mahsyar, padang kebangkitan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Naziat Ayat 1-14 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S