Surah An-Naziat Ayat 15-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Naziat Ayat 15-26

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naziat Ayat 15-26 ini, Allah mengingatkan Nabi Muhammad tentang kisah Musa dalam bentuk pertanyaan, yaitu apakah belum diketahui olehnya tentang kisah Musa yang diutus Allah kepada Fir’aun untuk menyampaikan risalahnya dengan cara yang halus dan lemah lembut.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian Allah menerangkan bahwa Fir’aun tetap membangkang dan tidak mau mengikuti ajakan Nabi Musa sehingga Musa terpaksa memperlihatkan mukjizat-mukjizatnya. Lalu Musa memperlihatkan kepada Fir’aun mukjizat yang besar yaitu tongkat menjadi ular dan telapak tangan yang bersinar terang. Meskipun begitu, Fir’aun masih mengingkari kenabian Musa dan tetap bersikap durhaka dan menentang Allah.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naziat Ayat 15-26

Surah An-Naziat Ayat 15
هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِيثُ مُوسَىٰٓ

Terjemahan: Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.

Tafsir Jalalain: هَلۡ أَتَىٰكَ (Sudahkah sampai kepadamu) hai Muhammad حَدِيثُ مُوسَىٰٓ (kisah Musa) lafal ayat ini menjadi Amil bagi lafal berikutnya, yaitu:.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala memberitahu Rasul-Nya, Muhammad saw. tentang hamba sekaligus Rasul-Nya, Musa as., dimana Dia telah mengutusnya kepada Fir’aun dan telah memperkuat dirinya dengan beberapa mukjizat. Namun demikian Fir’aun tetap saja dalam kekufuran dan kesewenangannya sehingga Allah menimpakan adzab kepada mereka dengan adzab dari Rabb Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.

Maka demikian juga akibat yang akan diterima oleh orang-orang yang menyalahimu [Muhammad] dan mendustakan apa yang engkau bawa. Oleh karena itu, pada akhir kisah Dia berfirman:

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَعِبۡرَةً لِّمَن يَخۡشَىٰٓ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut. [kepada Rabb]”)

Dengan demikian, firman Allah Ta’ala: هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِيثُ مُوسَىٰٓ (“Sudahkah sampai kepadamu [ya Muhammad] kisah Musa.”) maksudnya, apakah engkau [Muhammad] sudah pernah mendengar berita tentang Musa,

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mengingatkan Nabi Muhammad tentang kisah Musa dalam bentuk pertanyaan, yaitu apakah belum diketahui olehnya tentang kisah Musa yang diutus Allah kepada Fir’aun untuk menyampaikan risalahnya dengan cara yang halus dan lemah lembut seperti tercantum dalam firman Allah:

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. (thaha/20: 44)

Kisah Nabi Musa terutama tatkala Tuhan memanggil Musa di lembah suci yaitu di Lembah thuwa di dekat Gunung Sinai. Pada saat itu, Nabi Musa bermunajat kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah kamu telah menyimak, wahai Muhammad, kisah tentang Mûsâ saat Tuhanmu memanggilnya di sebuah lembah suci, yang bernama Thuwâ?

Surah An-Naziat Ayat 16
إِذۡ نَادَىٰهُ رَبُّهُۥ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوًى

Terjemahan: Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;

Tafsir Jalalain: إِذۡ نَادَىٰهُ رَبُّهُۥ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوًى (Tatkala Rabbnya memanggilnya di lembah suci ialah lembah Thuwa) dapat dibaca dengan memakai Tanwin, yaitu Thuwan, dapat pula dibaca tanpa Tanwin, yaitu Thuwa, artinya nama sebuah lembah. Lalu Rabb berkata kepadanya:.

Tafsir Ibnu Katsir: إِذۡ نَادَىٰهُ رَبُّهُۥ (“Tatkala Rabb-Nya memanggilnya”) yakni Dia mengajaknya bicara seraya memanggilnya, بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوًى (“Di lembah suci, yaitu lembah Thuwaa”) yakni nama sebuah lembah. Demikian menurut pendapat yang benar.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mengingatkan Nabi Muhammad tentang kisah Musa dalam bentuk pertanyaan, yaitu apakah belum diketahui olehnya tentang kisah Musa yang diutus Allah kepada Fir’aun untuk menyampaikan risalahnya dengan cara yang halus dan lemah lembut seperti tercantum dalam firman Allah:

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. (thaha/20: 44)

Kisah Nabi Musa terutama tatkala Tuhan memanggil Musa di lembah suci yaitu di Lembah thuwa di dekat Gunung Sinai. Pada saat itu, Nabi Musa bermunajat kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini.

Tafsir Quraish Shihab: Bukankah kamu telah menyimak, wahai Muhammad, kisah tentang Mûsâ saat Tuhanmu memanggilnya di sebuah lembah suci, yang bernama Thuwâ?

Surah An-Naziat Ayat 17
ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ

Terjemahan: “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 75; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ (“Pergilah kamu kepada Firaun sesungguhnya dia telah melampaui batas) kekafirannya telah melampaui batas.

Tafsir Ibnu Katsir: Lalu Allah berfirman kepada Musa: ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ (“Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas.”) maksudnya dia sombong, sewenang-wenang dan berlaku dhalim.

Tafsir Kemenag: Tugas Nabi Musa ialah supaya pergi kepada Fir’aun dan menasihatinya karena Fir’aun sudah melampaui batas, berlaku sombong terhadap Bani Israil dan memperbudak mereka dengan kekejaman yang luar biasa dan di luar peri kemanusiaan. Di antaranya adalah perintah untuk membunuh bayi-bayi laki-laki dan membiarkan bayi perempuan hidup. Kemudian Allah menyuruh Nabi Musa supaya melaksanakan dakwah dengan halus dan lemah lembut.

Nabi Musa diperintahkan untuk berdialog secara baik-baik dengan Fir’aun dan mengemukakan pertanyaan apakah Fir’aun mau membersihkan diri dari kesesatan. Fir’aun telah bergelimang dalam kesesatan, sehingga sebaiknya mau menerima petunjuk dari Allah yang dibawa Nabi Musa. Fir’aun perlu menempuh jalan kebajikan yaitu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Kemudian Nabi Musa diperintahkan untuk menjelaskan secara terbuka dengan mengajak Fir’aun untuk mengikuti risalahnya menuju ke jalan Allah dengan bertakwa kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Dia mengatakan, “Datangilah Fir’aun, manusia yang teramat sewenang-wenang!

Surah An-Naziat Ayat 18
فَقُلۡ هَل لَّكَ إِلَىٰٓ أَن تَزَكَّىٰ

Terjemahan: dan katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)”.

Tafsir Jalalain: فَقُلۡ هَل لَّكَ (Dan katakanlah, “Adakah keinginan bagimu) artinya, aku mengajakmu إِلَىٰٓ أَن تَزَكَّىٰ (untuk membersihkan diri”) dari kemusyrikan, seumpamanya kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Menurut suatu qiraat lafal Tazakkaa dibaca Tazzakkaa, yang asalnya adalah Tatazakka, kemudian huruf Ta yang kedua diidgamkan kepada huruf Za, sehingga jadilah Tazzakkaa.

Tafsir Ibnu Katsir: فَقُلۡ هَل لَّكَ إِلَىٰٓ أَن تَزَكَّىٰ (“Dan katakanlah [kepada Fir’aun]: ‘Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri [dari kesesatan]?”) maksudnya, katakanlah kepada Fir’aun, “Apakah kamu mau memenuhi ajakan kepada suatu jalan yang dapat kamu jadikan untuk membersihkan diri?” yakni menyerahkan diri dan mentaati.

Tafsir Kemenag: Tugas Nabi Musa ialah supaya pergi kepada Fir’aun dan menasihatinya karena Fir’aun sudah melampaui batas, berlaku sombong terhadap Bani Israil dan memperbudak mereka dengan kekejaman yang luar biasa dan di luar peri kemanusiaan. Di antaranya adalah perintah untuk membunuh bayi-bayi laki-laki dan membiarkan bayi perempuan hidup. Kemudian Allah menyuruh Nabi Musa supaya melaksanakan dakwah dengan halus dan lemah lembut.

Nabi Musa diperintahkan untuk berdialog secara baik-baik dengan Fir’aun dan mengemukakan pertanyaan apakah Fir’aun mau membersihkan diri dari kesesatan. Fir’aun telah bergelimang dalam kesesatan, sehingga sebaiknya mau menerima petunjuk dari Allah yang dibawa Nabi Musa. Fir’aun perlu menempuh jalan kebajikan yaitu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Kemudian Nabi Musa diperintahkan untuk menjelaskan secara terbuka dengan mengajak Fir’aun untuk mengikuti risalahnya menuju ke jalan Allah dengan bertakwa kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan kepadanya, ‘Tidakkah engkau berkeinginan untuk menyucikan diri?

Surah An-Naziat Ayat 19
وَأَهۡدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخۡشَىٰ

Terjemahan: Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?”

Tafsir Jalalain: وَأَهۡدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ (“Dan kamu akan kupimpin kepada Rabbmu) maksudnya, aku akan tunjukkan kamu jalan untuk mengetahui-Nya melalui bukti-bukti yang ada فَتَخۡشَىٰ (supaya kamu takut kepada-Nya”) karena itu lalu kamu takut kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَأَهۡدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخۡشَىٰ (“Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabbmu.”) yakni aku tunjukkan kepadamu untuk menyembah Rabb-mu. Fatakhsyaa (“agar kamu takut kepada-Nya.”) maksudnya sehingga hatimu menjadi tunduk kepada-Nya seraya taat dan penuh kekhusyu’an setelah sebelumnya [hatimu] membatu dan jauh dari kebaikan.

Tafsir Kemenag: Tugas Nabi Musa ialah supaya pergi kepada Fir’aun dan menasihatinya karena Fir’aun sudah melampaui batas, berlaku sombong terhadap Bani Israil dan memperbudak mereka dengan kekejaman yang luar biasa dan di luar peri kemanusiaan. Di antaranya adalah perintah untuk membunuh bayi-bayi laki-laki dan membiarkan bayi perempuan hidup. Kemudian Allah menyuruh Nabi Musa supaya melaksanakan dakwah dengan halus dan lemah lembut.

Baca Juga:  Surah At-Taghabun Ayat 11-13; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Nabi Musa diperintahkan untuk berdialog secara baik-baik dengan Fir’aun dan mengemukakan pertanyaan apakah Fir’aun mau membersihkan diri dari kesesatan. Fir’aun telah bergelimang dalam kesesatan, sehingga sebaiknya mau menerima petunjuk dari Allah yang dibawa Nabi Musa. Fir’aun perlu menempuh jalan kebajikan yaitu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Kemudian Nabi Musa diperintahkan untuk menjelaskan secara terbuka dengan mengajak Fir’aun untuk mengikuti risalahnya menuju ke jalan Allah dengan bertakwa kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Kami akan menunjukkan jalan untuk mengetahui Tuhan, sehingga engkau akan takut pada-Nya. ‘”

Surah An-Naziat Ayat 20
فَأَرَىٰهُ ٱلۡءَايَةَ ٱلۡكُبۡرَىٰ

Terjemahan: Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.

Tafsir Jalalain: فَأَرَىٰهُ ٱلۡءَايَةَ ٱلۡكُبۡرَىٰ (Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar) di antara mukjizat-mukjizat yang dimilikinya, yang ada tujuh macam itu. Mukjizat yang diperlihatkan kepadanya pada saat itu ialah tangan atau tongkatnya.

Tafsir Ibnu Katsir: فَأَرَىٰهُ ٱلۡءَايَةَ ٱلۡكُبۡرَىٰ (“Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.”) yakni Musa pun memperlihatkan kepada Fir’aun hujjah yang sangat kuat dan bukti yang jelas mengenai kebenaran apa yang dibawanya dari sisi Allah disamping menyerukan dakwah yang haq tersebut.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menerangkan bahwa Fir’aun tetap membangkang dan tidak mau mengikuti ajakan Nabi Musa sehingga Musa terpaksa memperlihatkan mukjizat-mukjizatnya. Lalu Musa memperlihatkan kepada Fir’aun mukjizat yang besar yaitu tongkat menjadi ular dan telapak tangan yang bersinar terang.

Meskipun begitu, Fir’aun masih mengingkari kenabian Musa dan tetap bersikap durhaka dan menentang Allah. Kemudian Fir’aun berpaling dan berusaha untuk mengadakan perlawanan kepada Musa.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu Mûsâ memperlihatkan kepada Fir’aun mukjizat yang sangat besar.

Surah An-Naziat Ayat 21
فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ

Terjemahan: Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai.

Tafsir Jalalain: فَكَذَّبَ (Tetapi Firaun mendustakan) Nabi Musa وَعَصَىٰ (dan mendurhakai) Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ (“Tatapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai.”) maksudnya dia mendustakan kebenaran dan menentang ketaatan yang diperintahkan kepadanya. Alhasil dia tetap kufur serta tidak mau memenuhi ajakan Musa, baik bathin maupun lahir.

Pengetahuannya mengenai kebenaran yang dibawa Musa itu tidak dapat dipastikan bahwa dia beriman kepadanya, karena ma’rifah itu adalah ilmu hati sedangkan iman adalah pengamalannya, yang merupakan ketundukan dan kepasrahan kepada kebenaran.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menerangkan bahwa Fir’aun tetap membangkang dan tidak mau mengikuti ajakan Nabi Musa sehingga Musa terpaksa memperlihatkan mukjizat-mukjizatnya. Lalu Musa memperlihatkan kepada Fir’aun mukjizat yang besar yaitu tongkat menjadi ular dan telapak tangan yang bersinar terang.

Meskipun begitu, Fir’aun masih mengingkari kenabian Musa dan tetap bersikap durhaka dan menentang Allah. Kemudian Fir’aun berpaling dan berusaha untuk mengadakan perlawanan kepada Musa.

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi Fir’aun mendustakan bukti yang dibawa oleh Mûsâ dan mengingkari ajakannya.

Surah An-Naziat Ayat 22
ثُمَّ أَدۡبَرَ يَسۡعَىٰ

Terjemahan: Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).

Tafsir Jalalain: ثُمَّ أَدۡبَرَ (Kemudian dia berpaling) dari iman يَسۡعَىٰ (seraya berjalan) di muka bumi dengan menimbulkan kerusakan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: ثُمَّ أَدۡبَرَ يَسۡعَىٰ (“Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang [Musa].”) maksudnya dalam rangka menyambut kebenaran dengan kebathilan, maka Fir’aun mengumpulkan para ahli syair untuk menghadapi berbagai mukjizat yang sangat hebat yang dibawa oleh Musa,

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menerangkan bahwa Fir’aun tetap membangkang dan tidak mau mengikuti ajakan Nabi Musa sehingga Musa terpaksa memperlihatkan mukjizat-mukjizatnya. Lalu Musa memperlihatkan kepada Fir’aun mukjizat yang besar yaitu tongkat menjadi ular dan telapak tangan yang bersinar terang.

Meskipun begitu, Fir’aun masih mengingkari kenabian Musa dan tetap bersikap durhaka dan menentang Allah. Kemudian Fir’aun berpaling dan berusaha untuk mengadakan perlawanan kepada Musa.

Tafsir Quraish Shihab: Fir’aun berpaling dan berupaya untuk menentang Mûsâ.

Surah An-Naziat Ayat 23
فَحَشَرَ فَنَادَىٰ

Terjemahan: Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.

Tafsir Jalalain: فَحَشَرَ (Maka dia mengumpulkan) para ahli sihir dan bala tentaranya فَنَادَىٰ (lalu berseru.).

Tafsir Ibnu Katsir: فَحَشَرَ فَنَادَىٰ (“Maka dia mengumpulkan [pembesar-pembesarnya] lalu berseru memanggil,”) yakni kaumnya.

Baca Juga:  Surah An-Naziat Ayat 34-46; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa Fir’aun mengumpulkan pembesar-pembesarnya dan berseru memanggil kaumnya yang sebagiannya terdiri dari para tukang sihir. Dengan penuh kesombongan, Fir’aun berkata, “Akulah tuhan kamu yang paling tinggi. Jangan ikuti ajakan Musa.”.

Tafsir Quraish Shihab: Fir’aun menghimpun para ahli sihir dan mengatakan, “Aku adalah tuhan kalian yang mahatinggi.”

Surah An-Naziat Ayat 24
فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ

Terjemahan: (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.

Tafsir Jalalain: فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ (Seraya berkata, “Akulah tuhan kalian yang paling tinggi”) tiada tuhan di atasku.

Tafsir Ibnu Katsir: فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ ((Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.)

Tafsir Kemenag: Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa Fir’aun mengumpulkan pembesar-pembesarnya dan berseru memanggil kaumnya yang sebagiannya terdiri dari para tukang sihir. Dengan penuh kesombongan, Fir’aun berkata, “Akulah tuhan kamu yang paling tinggi. Jangan ikuti ajakan Musa.”.

Tafsir Quraish Shihab: Fir’aun menghimpun para ahli sihir dan mengatakan, “Aku adalah tuhan kalian yang mahatinggi.”

Surah An-Naziat Ayat 25
فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلۡءَاخِرَةِ وَٱلۡأُولَىٰٓ

Terjemahan: Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.

Tafsir Jalalain: فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ (Maka Allah membinasakannya) yakni menenggelamkannya hingga binasa نَكَالَ (sebagai pembalasan) atau siksaan ٱلۡءَاخِرَةِ (atas yang terakhir ini) disebabkan perkataannya yang terakhir tadi وَٱلۡأُولَىٰٓ (dan yang pertama) yaitu sebagaimana yang telah disitir oleh firman-Nya, “… aku tidak mengetahui tuhan bagi kamu sekalian selain aku.” (Q.S. Al-Qashash, 38) Jarak antara kedua perkataan yang telah dikatakannya itu empat puluh tahun.

Tafsir Ibnu Katsir: فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلۡءَاخِرَةِ وَٱلۡأُولَىٰٓ (Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.) maksudnya Allah menimpakan adzab kepadanya sekaligus dijadikan sebagai ibrah dan pelajaran bagi orang-orang semisalnya dari mereka yang berbuat sewenang-wenang di dunia. Dan yang benar, bahwa pengertian yang dimaksud dengan firman-Nya: نَكَالَ ٱلۡءَاخِرَةِ وَٱلۡأُولَىٰٓ (“Dengan adzab terakhir dan adzab yang pertama.”) yakni di dunia dan di akhirat.

Tafsir Kemenag: Maka Allah menurunkan siksa kepadanya, bukan di dunia saja bahkan juga di akhirat. Siksaan di dunia ialah dengan ditenggelamkan bersama kaumnya di Laut Merah, dan siksaan di akhirat dengan dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam, yang merupakan tempat kembali yang sangat buruk.

Tafsir Quraish Shihab: Allah mendatangkan siksa atas dosa Fir’aun yang pertama saat ia mengatakan, “Akulah tuhan kalian yang mahatinggi,” dan siksa yang lain atas dosa kedua saat dirinya mendustakan Mûsâ.

Surah An-Naziat Ayat 26
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَعِبۡرَةً لِّمَن يَخۡشَىٰٓ

Terjemahan: Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).

Tafsir Jalalain: إِنَّ فِى ذَٰلِكَ (Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu لَعِبۡرَةً لِّمَن يَخۡشَىٰٓ (terdapat pelajaran bagi orang yang takut) kepada Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَعِبۡرَةً لِّمَن يَخۡشَىٰٓ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut [kepada Rabb-nya]”) yakni bagi orang-orang yag mau mengambil pelajaran dan berhati-hati.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan sesungguhnya pada kejadian yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal dan dapat memperhitungkan tiap-tiap kejadian dengan akibatnya, terutama bagi orang yang takut kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Sungguh pada kisah itu terdapat pelajaran amat berharga bagi orang-orang yang takut kepada Allah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Naziat Ayat 15-26 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S