Surah An-Nisa Ayat 148-149; Seri Tadabbur Al Qur’an

Surah An-Nisa Ayat 148-149

Pecihitam.org – Surah An-Nisa Ayat 148-149 menjelaskan tiga hal yaitu; Pertama, tentang ucapan buruk. Kedua, perbuatan baik yang disembunyikan maupun yang dinyatakan, yang mana kesemua itu akan mendekatkan diri seseorang kepada Allah SWT dan ganjaran pahala di sisi-Nya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir
Surah An-Nisa Ayat 148-149

Surah An-Nisa Ayat 148
لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

Terjemahan: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Penjelasan: Ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkenaan dengan makna ayat ini, bahwa Allah SWT tidak menyukai jika seseorang mendoakan keburukan atau kecelakaan untuk orang lain, kecuali jika ia sedang dianiaya olehnya. Maka saat itu Allah SWT memberikan rukhsah kepadanya untuk mendoakan kecelakaan terhadap orang yang berbuat aniaya terhadapnya.

Hal ini disebutkan dalam ayat ini إِلا مَنْ ظُلِمَ (kecuali oleh orang yang dianiaya). Akan tetapi, bila orang yang teraniaya mampu bersikap sabar dan tetap tidak mendoakan keburukan terhadap orang yang berbuat zhalim kepadanya, maka yang demikian lebih baik baginya.

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

قَالَ أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ حَبِيبٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سُرق لَهَا شَيْءٌ، فَجَعَلَتْ تَدْعُو عَلَيْهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “لَا تُسَبّخي عنه”

Abu Dawud berkata; telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Mu’az, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Habib, dari Ata, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa pernah ada yang mencuri barang miliknya, lalu dia mendoakan kecelakaan bagi pelakunya. Maka Rasulullah SAW bersabda: Janganlah engkau mendoakan kecelakaan terhadapnya.

Abdur Razzaq berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna ibnus Sabbah, dari Mujahid berkenaan dengan makna firman Allah لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ dalam ayat 148 ini bahwa maknanya adalah misalnya seorang laki-laki bertamu di rumah seseorang, kemudian sang pemilik rumah tidak menjamu dan melayaninya dengan baik.

Setelah keluar, laki-laki tersebut mengatakan, “Dia menyambutku dengan buruk dan tidak menjamuku dengan baik.” Mujahid berkata bahwa sikap yang seperti itu termasuk ucapan buruk (yang diucapkan) secara terus terang, kecuali oleh orang yang dianiaya sehingga dia melayani tamunya dengan baik.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 54-55; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Surah An-Nisa Ayat 149
إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا

Terjemahan: Jika engkau melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.

Penjelasan: Jika manusia menampakkan kebaikan atau menyembunyikannya atau memaafkan orang yang berbuat salah terhadapnya, sesungguhnya hal itu termasuk ibadah taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT, dan Allah akan memberikan pahala yang berlimpah. Karena sesungguhnya termasuk sifat Allah SWT adalah memberi maaf kepada hamba-hamba-Nya, padahal Dia berkuasa menghukum mereka.

Karena itulah di dalam firman selanjutnya Allah menyebutkan إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا (maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa).

Dalam sebuah atsar dijelaskan bahwa para malaikat penyangga Arasy selalu bertasbih menyucikan Allah SWT. Sebagian dari mereka mengucapkan dalam tasbihnya, “Mahasuci Engkau, sifat Penyantun-Mu melebihi sifat Ilmu-Mu.” Sebagian yang lain mengucapkan, “Mahasuci Engkau, sifat Pemaaf-Mu melebihi Kekuasaan-Mu.”

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 163-165; Seri Tadabbur Al Qur'an

Dan di dalam sebuah hadits shahih disebutkan:

مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ، وَلَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رَفَعَهُ الله

Artinya: Harta benda tidaklah berkurang karena sedekah, dan tidak sekali-kali Allah menambahkan kepada seorang hamba karena maafnya melainkan keagungan; dan barang siapa yang rendah diri karena Allah, niscaya Allah mengangkat tinggi kedudukannya.

Demikian telah kita bahas bersama materi Seri Tadabbur Al Qur’an Surah An-Nisa Ayat 148-149 berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir. Semoga bermanfaat bagi diri penulis dan yang membacanya. Aamiin.

M Resky S