Surah Ar-Rum Ayat 52-53; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ar-Rum Ayat 52-53

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ar-Rum Ayat 52-53 ini, Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia tidak akan bisa memasukkan hidayah ke dalam hati orang yang ingkar sampai orang itu berpaling dari keingkaran dan lalu beriman.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Demikianlah kerasnya hati sebagian manusia, yaitu yang kafir dan musyrik. Nikmat tidak melunakkan hati mereka, dan laknat tidak membuat mereka jera. Mereka dipersamakan dengan orang mati atau tuli.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ar-Rum Ayat 52-53

Surah Ar-Rum Ayat 52
فَإِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ

Terjemahan: Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang.

Tafsir Jalalain: فَإِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا (Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila) lafal ad-du’aa idzaa dapat dibaca tahqiq dan tashil وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (mereka itu berpaling membelakangi).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: “Sebagaimana kamu tidak kuasa memberi pendengaran orang-orang yang mati di dalam kuburnya dan kata-katamu tidak mampu dijangkau oleh orang tuli yang tidak dapat mendengar, padahal di samping itu mereka membelakangimu.

Demikian pula engkau tidak mampu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta dari kebenaran dan menggiring mereka dari kesesatan. Akan tetapi serahkanlah semua itu kepada Allah, karena Allah dengan kekuasaan-Nya, orang-orang yang mati dapat mendengar berbagai suara orang yang hidup, jika Dia menghendaki, memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan hal tersebut tidak dikuasai oleh siapapun selain-Nya.

Tafsir Kemenag: Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia tidak akan bisa memasukkan hidayah ke dalam hati orang yang ingkar sampai orang itu berpaling dari keingkaran dan lalu beriman. Untuk itu Allah memberikan sebuah contoh yaitu orang buta yang tersesat.

Orang buta tidak mungkin menemukan jalan, karena ia tidak melihatnya, kecuali kalau dituntun. Begitu pula orang yang telah memilih kekafiran dan kemusyrikan.

Orang itu hatinya sudah tertutup. Oleh karena itu, petunjuk apa pun yang disampaikan kepadanya, tidak akan didengar dan diikutinya. Bagi mereka ditunjuki atau tidak ditunjuki sama saja, mereka tidak akan beriman. Yang bisa membuka hatinya itu hanyalah Allah bila Ia menghendaki.

Akan tetapi, Ia tidak akan menghendaki bila orang yang bersangkutan tidak berusaha, karena hal itu melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Ayat ini dengan demikian mengingatkan Nabi saw sekali lagi agar tidak kecewa bila ada manusia yang menolak dakwahnya.

Baca Juga:  Sejarah dan Proses Penerjemahan Al-Qur’an di Indonesia

Orang yang akan menerima bila ditunjuki oleh Nabi saw hanyalah yang beriman. Hal itu karena hati mereka terbuka menerima segala kebenaran yang disampaikan kepadanya. Setelah menerima kebenaran itu, mereka melaksanakannya dengan sepenuh hati untuk membaktikan diri kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Maka janganlah kamu bersedih karena mereka membangkang atau tidak menghiraukan seruanmu. Karena kamu tidak akan dapat memperdengarkan seruanmu kepada orang-orang yang sudah mati dan orang-orang yang tuli apabila mereka bertambah tuli, karena berpaling dan lari darimu.

Surah Ar-Rum Ayat 53
وَمَا أَنتَ بِهَادِ الْعُمْيِ عَن ضَلَالَتِهِمْ إِن تُسْمِعُ إِلَّا مَن يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُم مُّسْلِمُونَ

Terjemahan: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan Ayat-Ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami).

Tafsir Jalalain: وَمَا أَنتَ بِهَادِ الْعُمْيِ عَن ضَلَالَتِهِمْ إِن (Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta mata hatinya dari kesesatan, tidak lain) تُسْمِعُ (kamu hanya dapat memperdengarkan) dengan pendengaran yang dibarengi dengan pemahaman dan mau menerima apa yang didengarnya إِلَّا مَن يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا (kepada orang-orang yang beriman dengan Ayat-Ayat Kami) yakni Alquran فَهُم مُّسْلِمُونَ (mereka itulah orang-orang yang berserah diri) yaitu orang-orang yang ikhlas di dalam mentauhidkan Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah berfirman: إِن تُسْمِعُ إِلَّا مَن يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُم مُّسْلِمُونَ (“Dan kamu tidak dapat memperdengarkan [petunjuk Rabb] melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan Ayat-Ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri [kepada Kami].” Yaitu orang-orang yang tunduk, orang-orang yang menerima dan orang-orang yang taat. Mereka itulah orang-orang yang mendengar kebenaran dan mengikutinya, itulah keadaan orang-orang yang beriman.

Yang pertama adalah perumpamaan orang-orang kafir. ‘Aisyah menggunakan Ayat ini: فَإِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى (“Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu mendengar.”) sebagai dalil atas rancunya riwayat ‘Abdullah bin ‘Umar tentang dialog Nabi dengan orang-orang yang terbunuh di perang Badar setelah tiga hari serta celaan dan omelan beliau kepada mereka. Hingga ‘Umar bertanya kepada beliau:

“Ya Rasulallah, mengapa engkau berbicara kepada orang yang sudah menjadi bangkai?” Beliau menjawab: “Demi Rabb yang jiwaku ada ditangan-Nya, kalian tidak lebih mendengar dari mereka apa yang aku katakan kepada mereka, akan tetapi mereka tidak menjawabnya.” ‘Aisyah mentakwilkan bahwasannya beliau berkata:

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

“Sesungguhnya sekarang mereka mengetahui apa yang aku katakan kepada mereka adalah kebenaran.” Qatadah berkata: “Allah menghidupkan mereka karenanya, hingga mereka mendengar kata-katanya yang mencela, mengomel dan memarahi.

Pendapat yang shahih menurut para ulama adalah riwAyat Ibnu ‘Umar berdasarkan saksi-saksi yang mendukung keshahihannya dair jalan yang banyak. RiwAyat yang paling masyhur adalah hadits yang diriwAyatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr, dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’:

“Tidak ada seorang pun yang melewati kuburan saudaranya yang Muslim yang dikenalnya di dunia, lalu dia mengucapkan salam kepadanya kecuali Allah akan mengembalikan ruhnya hingga dia menjawab salam tersebut.”

Demikian pula, adanya perintah Nabi saw. kepada umatnya, jika mereka mengucapkan salam kepada penghuni kubur, mereka mengucapkannya seperti mengucapkan salam kepada orang yang diajaknya berdialog. Seorang Muslim mengucapkan: “Assalaamu ‘alaikum daara qaumin mu’miniiin.”

“Salam sejahtera kepada kalian di tempat kaum yang beriman.” Ini adalah sebuah kata yang digunakan untuk orang yangn mendengar dan berakal. Seandainya tidak menggunakan dialog ini, niscaya mereka menggunakan dialog atas sesuatu yang tidak ada dan [benda] mati.

Ulama salaf sepakat atas masalah ini. Atsar-atsar dari mereka telah mutawatir bahwa seorang mayit mengetahui orang hidup yang menziarahi dan memberinya kabar gembira. Masalah ini pun banyak ditunjukkan oleh atsar-atsar para shahabat.

sebagian orang Anshar yang berasal dari kerabat ‘Abdullah bin Rawahah berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sebuah amal yang dihinakan oleh ‘Abdullah bin Rawahah.” Hal ini dikatakannya setelah mati syahidnya ‘Abdullah.

Ucapan salam kepada orang-orang yang mati disyariatkan. Sedangkan salam yang yang ditujukan kepada orang yang tidak merasa dan tidak mengetahui orang yang mengucapkan salam adalah suatu yang mustahil.

Sesungguhnya Nabi saw. mengajarkan umatnya jika melihat kubur hendaknya mereka mengucapkan: “Assalaamu ‘alaikum aHlad diyaari minal mu’miniin. Wa innaa insyaa allaaHu bikum laa hiquuna, yarhamullaaHul mustaqdimiina minnaa wa minkum wal musta’khiriina, nas-alullaaHa lanaa wa lakumul aafiyata.” (Salam sejahtera kepada kalian penghuni kuburan di antara orang-orang yang beriman.

Sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. Semoga Allah mengasihi orang-orang yang mendahului kami dan kalian dan orang-orang yang terakhir. Kami meminta kepada Allah ‘afiat kepada kami dan untuk kalian.”) salam, dialog dan panggilan ini untuk sesuatu yang dapat mendengar, berdialog, berakal dan menjawab, sekalipun orang yang mengucapkan salam tidak mendengar jawaban tersebut.

Tafsir Kemenag: Demikianlah kerasnya hati sebagian manusia, yaitu yang kafir dan musyrik. Nikmat tidak melunakkan hati mereka, dan laknat tidak membuat mereka jera. Mereka dipersamakan dengan orang mati atau tuli. Orang mati tidak mendengar apa pun yang dikatakan kepadanya.

Baca Juga:  Surah Al-Hajj Ayat 67-69; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Begitu juga orang tuli yang lari tunggang-langgang, tidak akan mendengar panggilan yang ditujukan kepadanya. Oleh karena itu, Allah mengingatkan Nabi Muhammad bahwa bagaimana pun ia berusaha menyadarkan orang seperti itu, tidak akan berhasil bila Allah tidak mengizinkannya, dan karena itu Nabi tidak boleh kecewa.

(53) Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia tidak akan bisa memasukkan hidayah ke dalam hati orang yang ingkar sampai orang itu berpaling dari keingkaran dan lalu beriman. Untuk itu Allah memberikan sebuah contoh yaitu orang buta yang tersesat.

Orang buta tidak mungkin menemukan jalan, karena ia tidak melihatnya, kecuali kalau dituntun. Begitu pula orang yang telah memilih kekafiran dan kemusyrikan. Orang itu hatinya sudah tertutup. Oleh karena itu, petunjuk apa pun yang disampaikan kepadanya, tidak akan didengar dan diikutinya.

Bagi mereka ditunjuki atau tidak ditunjuki sama saja, mereka tidak akan beriman. Yang bisa membuka hatinya itu hanyalah Allah bila Ia menghendaki. Akan tetapi, Ia tidak akan menghendaki bila orang yang bersangkutan tidak berusaha, karena hal itu melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Ayat ini dengan demikian mengingatkan Nabi saw sekali lagi agar tidak kecewa bila ada manusia yang menolak dakwahnya.

Orang yang akan menerima bila ditunjuki oleh Nabi saw hanyalah yang beriman. Hal itu karena hati mereka terbuka menerima segala kebenaran yang disampaikan kepadanya. Setelah menerima kebenaran itu, mereka melaksanakannya dengan sepenuh hati untuk membaktikan diri kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka seperti orang buta karena mereka telah menutup kalbu-kalbu mereka untuk tidak mendengarkan petunjuk. Dan kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta itu dan menahan mereka dari kekufuran. Tetapi kamu hanya dapat memperdengarkannya kepada orang-orang yang dapat mendengarkan dengan paham dan menerima, yaitu orang-orang yang memiliki kalbu yang dapat menerima keimanan. Mereka itulah orang-orang yang tunduk kepada kebenaran ketika kebenaran tampak.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ar-Rum Ayat 52-53 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S