Pecihitam.org – Kandungan Surah As-Saffat Ayat 139-148 ini, Allah menegaskan bahwa Nabi Yunus adalah seorang rasul Allah. Ia diutus ke negeri Niniveh (Nainawa), salah satu kota kerajaan Asyuria di pinggir sungai Tigris (daerah Mosul, Irak sekarang).
Ia berusaha menyadarkan kaumnya untuk tidak mempertuhankan berhala, dan mengajak mereka untuk mempercayai dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah swt, tetapi mereka menentangnya.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah As-Saffat Ayat 139-148
Surah As-Saffat Ayat 139
وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ
Terjemahan: Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul,
Tafsir Jalalain: وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ (Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul.).
Tafsir Ibnu Katsir: Kisah mengenai Yunus as. telah diuraikan dalam penafsiran surah al-Anbiyaa’. Dalam kitab shahihain disebutkan dari Rasulullah saw. dimana beliau bersabda: “Tidak sepantasnya bagi seorang hamba untuk mengatakan: ‘Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.’” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Beliau menisbatkan kepada ibunya, tetapi dalam suatu riwAyat disebutkan bahwa ia dinisbatkan kepada bapaknya.
Tafsir Kemenag: Dalam Ayat ini Allah menegaskan bahwa Nabi Yunus adalah seorang rasul Allah. Ia diutus ke negeri Niniveh (Nainawa), salah satu kota kerajaan Asyuria di pinggir sungai Tigris (daerah Mosul, Irak sekarang).
Ia berusaha menyadarkan kaumnya untuk tidak mempertuhankan berhala, dan mengajak mereka untuk mempercayai dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah swt, tetapi mereka menentangnya.
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Yûnus termasuk di antara rasul-rasul yang Kami utus untuk menyampaikan risalah Kami kepada umat manusia.
Surah As-Saffat Ayat 140
إِذۡ أَبَقَ إِلَى ٱلۡفُلۡكِ ٱلۡمَشۡحُونِ
Terjemahan: (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan,
Tafsir Jalalain: إِذۡ أَبَقَ (Ingatlah ketika ia lari) maksudnya, minggat إِلَى ٱلۡفُلۡكِ ٱلۡمَشۡحُونِ (ke kapal yang penuh muatan) hal ini terjadi sewaktu ia bersitegang dengan kaumnya, karena ternyata azab yang diancamkan olehnya kepada kaumnya tidak turun-turun juga, akhirnya ia melarikan diri naik kapal. Dan kapal yang dinaikinya itu berhenti di tengah laut yang besar ombaknya. Juru mudi kapal mengatakan, bahwa di dalam kapal ini terdapat seorang hamba yang melarikan diri dari tuannya, hal ini akan tampak jelas melalui undian.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِذۡ أَبَقَ إِلَى ٱلۡفُلۡكِ ٱلۡمَشۡحُونِ (“[ingatlah] ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan.”) ibnu ‘Abbas berkata: “Al-masyhuuna; yakni kapal yang penuh dengan muatan barang.”
Tafsir Kemenag: Karena begitu kerasnya sikap kaum Nabi Yunus terhadap ajakan untuk memeluk agama tauhid, Nabi Yunus marah, lalu mengancam mereka bahwa tidak lama lagi mereka akan ditimpa bencana sebagai hukuman dari Allah. Ia kemudian meninggalkan mereka dan tidak lama kemudian ancaman itu memang terbukti, karena mereka telah melihat tanda-tanda azab itu dari jauh berupa awan tebal yang hitam.
Sebelum azab itu sampai, mereka keluar dari kampung mereka bersama istri-istri dan anak-anak mereka menuju padang pasir. Di sana mereka bertobat dan berdoa agar Allah tidak menurunkan azab-Nya. Tobat mereka diterima oleh Allah dan doa mereka dikabulkan, sebagaimana dinyatakan dalam Ayat lain:
Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. (Yunus/10: 98)
Sementara itu, Nabi Yunus dalam pelariannya menumpang pada sebuah kapal yang sarat muatan barang dan penumpang. Di tengah laut kapal diterpa gelombang besar, yang dipercayai mereka sebagai suatu tanda bahwa ada seorang budak pelarian di dalam kapal itu.
Orang itu harus diturunkan. Karena tidak ada yang mau terjun ke laut secara sukarela, diadakanlah undian dengan melemparkan anak-anak panah sebagaimana kebiasaan masyarakat waktu itu. Siapa yang anak panahnya menancap berarti ia kalah dan harus terjun ke laut.
Dalam undian itu yang menancap anak panahnya adalah anak panah Nabi Yunus. Namun para penumpang tidak mau melemparkan beliau ke dalam laut secara paksa karena mereka hormat kepadanya. Diadakanlah undian sekali lagi, tetapi yang kalah tetap Nabi Yunus. Diadakan sekali lagi, juga demikian. Akhirnya Nabi Yunus sendiri membuka bajunya, dan terjun ke laut.
Allah lalu memerintahkan seekor ikan amat besar menelan Nabi Yunus, tetapi tidak memakannya. Dalam perut ikan besar itu tentu saja Nabi Yunus menderita. Ia merasa terpenjara. Ia merasa tersiksa karena telah meninggalkan kaumnya. Ia kemudian bertobat.
Tafsir Quraish Shihab: Ingatlah ketika ia meninggalkan kaumnya sebelum datang perintah Tuhan. Yûnus pergi menumpang sebuah kapal yang sangat penuh. Kapal tersebut tertimpa sesuatu yang mengharuskan diadakan undian untuk mengeluarkan seorang penumpang guna mengurangi beban muatan. Undian jatuh pada Yûnus dan ia termasuk yang kalah sehingga harus diceburkan ke laut sesuai dengan tradisi mereka saat itu.
Surah As-Saffat Ayat 141
فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ ٱلۡمُدۡحَضِينَ
Terjemahan: kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.
Tafsir Jalalain: فَسَاهَمَ (Kemudian ia ikut berundi) para penumpang kapal itu semuanya diundi فَكَانَ مِنَ ٱلۡمُدۡحَضِينَ (lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian itu) akibatnya ia dilemparkan ke laut.
Tafsir Ibnu Katsir: فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ ٱلۡمُدۡحَضِينَ (“Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.”) yakni termasuk orang-orang yang kalah. Hal ini disebabkan karena kapal itu terombang-ambing oleh ombak dari semua sisi yang menyebabkan mereka hampir tenggelam.
Lalu mereka mengadakan undian, dengan ketetapan bahwa barangsiapa yang mendapat undian itu, maka dialah yang akan menceburkan diri ke laut untuk meringankan beban kapal. Hingga akhirnya undian itu jatuh ke Nabiyullah, Yunus as. sebanyak tiga kali. Dan mereka berharap agar Yunus menceburkan ke laut. Beliau melakukannya dengan membuka baju.
Tafsir Kemenag: Karena begitu kerasnya sikap kaum Nabi Yunus terhadap ajakan untuk memeluk agama tauhid, Nabi Yunus marah, lalu mengancam mereka bahwa tidak lama lagi mereka akan ditimpa bencana sebagai hukuman dari Allah. Ia kemudian meninggalkan mereka dan tidak lama kemudian ancaman itu memang terbukti, karena mereka telah melihat tanda-tanda azab itu dari jauh berupa awan tebal yang hitam.
Sebelum azab itu sampai, mereka keluar dari kampung mereka bersama istri-istri dan anak-anak mereka menuju padang pasir. Di sana mereka bertobat dan berdoa agar Allah tidak menurunkan azab-Nya. Tobat mereka diterima oleh Allah dan doa mereka dikabulkan, sebagaimana dinyatakan dalam Ayat lain:
Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. (Yunus/10: 98)
Sementara itu, Nabi Yunus dalam pelariannya menumpang pada sebuah kapal yang sarat muatan barang dan penumpang. Di tengah laut kapal diterpa gelombang besar, yang dipercayai mereka sebagai suatu tanda bahwa ada seorang budak pelarian di dalam kapal itu.
Orang itu harus diturunkan. Karena tidak ada yang mau terjun ke laut secara sukarela, diadakanlah undian dengan melemparkan anak-anak panah sebagaimana kebiasaan masyarakat waktu itu. Siapa yang anak panahnya menancap berarti ia kalah dan harus terjun ke laut.
Dalam undian itu yang menancap anak panahnya adalah anak panah Nabi Yunus. Namun para penumpang tidak mau melemparkan beliau ke dalam laut secara paksa karena mereka hormat kepadanya. Diadakanlah undian sekali lagi, tetapi yang kalah tetap Nabi Yunus. Diadakan sekali lagi, juga demikian. Akhirnya Nabi Yunus sendiri membuka bajunya, dan terjun ke laut.
Allah lalu memerintahkan seekor ikan amat besar menelan Nabi Yunus, tetapi tidak memakannya. Dalam perut ikan besar itu tentu saja Nabi Yunus menderita. Ia merasa terpenjara. Ia merasa tersiksa karena telah meninggalkan kaumnya. Ia kemudian bertobat.
Tafsir Quraish Shihab: Ingatlah ketika ia meninggalkan kaumnya sebelum datang perintah Tuhan. Yûnus pergi menumpang sebuah kapal yang sangat penuh. Kapal tersebut tertimpa sesuatu yang mengharuskan diadakan undian untuk mengeluarkan seorang penumpang guna mengurangi beban muatan. Undian jatuh pada Yûnus dan ia termasuk yang kalah sehingga harus diceburkan ke laut sesuai dengan tradisi mereka saat itu.
Surah As-Saffat Ayat 142
فَٱلۡتَقَمَهُ ٱلۡحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ
Terjemahan: Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.
Tafsir Jalalain: فَٱلۡتَقَمَهُ ٱلۡحُوتُ (Maka ia ditelan oleh ikan besar) ditelan bulat-bulat وَهُوَ مُلِيمٌ (dalam keadaan tercela) karena ia melakukan perbuatan yang tercela, yaitu pergi dengan memakai jalan laut kemudian naik kapal meninggalkan kaumnya, tanpa izin terlebih dahulu dari Rabbnya.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah mengutus seekor ikan besar dari laut hijau agar menjelajahi lautan dan menelan Yunus as, tetapi ikan itu tidak sedikitpun melukai daging Yunus dan tidak juga meretakkan tulangnya. Setelah menelannya, ikan itu berkeliling lautan secara keseluruhan.
Tafsir Kemenag: Karena begitu kerasnya sikap kaum Nabi Yunus terhadap ajakan untuk memeluk agama tauhid, Nabi Yunus marah, lalu mengancam mereka bahwa tidak lama lagi mereka akan ditimpa bencana sebagai hukuman dari Allah.
Ia kemudian meninggalkan mereka dan tidak lama kemudian ancaman itu memang terbukti, karena mereka telah melihat tanda-tanda azab itu dari jauh berupa awan tebal yang hitam. Sebelum azab itu sampai, mereka keluar dari kampung mereka bersama istri-istri dan anak-anak mereka menuju padang pasir. Di sana mereka bertobat dan berdoa agar Allah tidak menurunkan azab-Nya. Tobat mereka diterima oleh Allah dan doa mereka dikabulkan, sebagaimana dinyatakan dalam Ayat lain:
Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. (Yunus/10: 98)
Sementara itu, Nabi Yunus dalam pelariannya menumpang pada sebuah kapal yang sarat muatan barang dan penumpang. Di tengah laut kapal diterpa gelombang besar, yang dipercayai mereka sebagai suatu tanda bahwa ada seorang budak pelarian di dalam kapal itu.
Orang itu harus diturunkan. Karena tidak ada yang mau terjun ke laut secara sukarela, diadakanlah undian dengan melemparkan anak-anak panah sebagaimana kebiasaan masyarakat waktu itu. Siapa yang anak panahnya menancap berarti ia kalah dan harus terjun ke laut.
Dalam undian itu yang menancap anak panahnya adalah anak panah Nabi Yunus. Namun para penumpang tidak mau melemparkan beliau ke dalam laut secara paksa karena mereka hormat kepadanya. Diadakanlah undian sekali lagi, tetapi yang kalah tetap Nabi Yunus. Diadakan sekali lagi, juga demikian. Akhirnya Nabi Yunus sendiri membuka bajunya, dan terjun ke laut.
Allah lalu memerintahkan seekor ikan amat besar menelan Nabi Yunus, tetapi tidak memakannya. Dalam perut ikan besar itu tentu saja Nabi Yunus menderita. Ia merasa terpenjara. Ia merasa tersiksa karena telah meninggalkan kaumnya. Ia kemudian bertobat.
Tafsir Quraish Shihab: Kemudian ia ditelan oleh seekor ikan hiu dalam keadaan tercela sebagai balasan melarikan diri dari seruan kepada kebenaran dan tidak sabar menghadapi orang-orang yang melanggar.
Surah As-Saffat Ayat 143
فَلَوۡلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ
Terjemahan: Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,
Tafsir Jalalain: فَلَوۡلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ (Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang bertasbih) yakni selalu ingat kepada Allah, melalui zikirnya di dalam perut ikan seraya mengatakan, “Laa Ilaaha Illaa Anta Subhaanaka Innii Kuntu Minazh Zhaalimiina”, artinya, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya.”.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَلَوۡلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ (“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,”) ada yang mengatakan: “Kalau bukan karena amal perbuatan yang ia lakukan pada masa-masa senang [lapang].” Demikian yang dikatakan oleh adh-Dhahhak bin Qais, Abul ‘Aliyah, Wahb bin Munabbih, Qatadah, dan lain-lain serta menjadi pilihan Ibnu Jarir.
Dan telah disebutkan di dalam hadits yang akan dikemukakan selanjutnya yang menunjukkan hal tersebut, jika berita itu benar, insya Allah. Dan dalam hadits Ibnu ‘Abbas ra. disebutkan: “Hendaknya engkau mengenal Allah pada masa-masa lapang, niscaya Allah akan mengenalmu di masa-masa susah.”
Ibnu ‘Abbas, Sa’in bin Jubair, adh-Dhahhak, ‘Atha’ bin as-Sa-ib, as-Suddi, al-Hasan, dan Qatadah, tentang firman Allah: فَلَوۡلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ (“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah”) mereka mengatakan, yakni termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,” sebagian lain secara gamblang menyebutkan bahwa Yunus termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat sebelum itu.”
Tafsir Kemenag: Dalam tobatnya ia banyak bertasbih mensucikan Allah dan berdoa. Bunyi tasbih yang terus diulang-ulang Nabi Yunus dicantumkan dalam Surah al-Anbiya’/21: 87:
?Maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Anbiya’/21: 87)
Dalam tasbihnya itu, Nabi Yunus mengakui dengan sebenar-benarnya bahwa Tuhan hanyalah Allah. Allah Mahasuci dari segala kekurangan dan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya. Dan mengakui bahwa ia telah berbuat salah. Di dalam pengakuan-pengakuan itu terselip doa yang tulus agar ia dilepaskan dari siksaan terpenjara dalam perut ikan itu.
Allah menegaskan bahwa bila ia tidak bertasbih dan berdoa seperti itu, maka ia akan menghuni perut ikan itu sampai hari Kiamat. Karena tasbih dan doanya itulah maka Allah melepaskannya dari dalam perut ikan tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Ayat lain:
Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (al-Anbiya’/21: 88)
Tafsir Quraish Shihab: Kalau sekiranya Yûnus tidak termasuk orang yang menyucikan Allah dengan bertasbih dan selalu mengingatNya, niscaya ia sudah mati di dalam perut ikan hiu dan tidak akan keluar dari situ sampai hari kiamat.
Surah As-Saffat Ayat 144
لَلَبِثَ فِى بَطۡنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ
Terjemahan: niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.
Tafsir Jalalain: لَلَبِثَ فِى بَطۡنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ (Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit) artinya, niscaya perut ikan besar itu akan menjadi kuburnya hingga hari kiamat nanti.
Tafsir Ibnu Katsir: لَلَبِثَ فِى بَطۡنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ (niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.)
Tafsir Kemenag: Dalam tobatnya ia banyak bertasbih mensucikan Allah dan berdoa. Bunyi tasbih yang terus diulang-ulang Nabi Yunus dicantumkan dalam Surah al-Anbiya’/21: 87:
?Maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Anbiya’/21: 87)
Dalam tasbihnya itu, Nabi Yunus mengakui dengan sebenar-benarnya bahwa Tuhan hanyalah Allah. Allah Mahasuci dari segala kekurangan dan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya. Dan mengakui bahwa ia telah berbuat salah. Di dalam pengakuan-pengakuan itu terselip doa yang tulus agar ia dilepaskan dari siksaan terpenjara dalam perut ikan itu.
Allah menegaskan bahwa bila ia tidak bertasbih dan berdoa seperti itu, maka ia akan menghuni perut ikan itu sampai hari Kiamat. Karena tasbih dan doanya itulah maka Allah melepaskannya dari dalam perut ikan tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Ayat lain:
Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (al-Anbiya’/21: 88)
Tafsir Quraish Shihab: Kalau sekiranya Yûnus tidak termasuk orang yang menyucikan Allah dengan bertasbih dan selalu mengingatNya, niscaya ia sudah mati di dalam perut ikan hiu dan tidak akan keluar dari situ sampai hari kiamat.
Surah As-Saffat Ayat 145
فَنَبَذۡنَٰهُ بِٱلۡعَرَآءِ وَهُوَ سَقِيمٌ
Terjemahan: Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.
Tafsir Jalalain: فَنَبَذۡنَٰهُ (Kemudian Kami lemparkan dia) Kami campakkan dia dari dalam perut ikan besar itu بِٱلۡعَرَآءِ (ke daerah yang tandus) di permukaan bumi yang tandus, yakni ke tepi pantai pada hari itu juga, setelah tiga hari, tujuh hari, dua puluh hari atau setelah empat puluh hari sejak ia ditelan ikan besar itu وَهُوَ سَقِيمٌ (sedangkan ia dalam keadaan sakit) yakni kurus kering dan sakit bagaikan anak ayam yang terserang penyakit kok.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَنَبَذۡنَٰهُ (“Kemudian Kami lemparkan dia.”) yaitu Kami buang. بِٱلۡعَرَآءِ (“ke daerah tandus”) Ibnu ‘Abbas dan juga yang lainnya mengatakan: “Yaitu tanah yang padanya tidak terdapat rerumputan dan juga bangunan.” Ada juga yang berpendapat bahwa tempat itu terletak di tepi sungai Trigis. Tetapi ada juga yang berpendapat di negeri Yaman. wallaaHu a’lam.
وَهُوَ سَقِيمٌ (“Sedang ia dalam keadaan sakit.”) yakni badannya lemah. Ibnu Mas’ud mengatakan: “Yakni seperti, anak ayam yang tidak berbulu.” Sedangkan as-Suddi mengatakan: “Yakni seperti anak kecil ketika dilahirkan dan dia terhempas.” Hal ini juga dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas dan juga Ibnu Zaid.
Tafsir Kemenag: Setelah satu, atau tiga, atau beberapa hari, menurut beberapa pendapat, Nabi Yunus berada di dalam perut ikan besar itu, Allah memerintahkan ikan tersebut memuntahkannya ke suatu daerah tandus tidak ditumbuhi tanaman apapun. Karena beberapa saat berada di dalam perut ikan, kondisi Nabi Yunus lemah sekali. Untuk menyelamatkannya dari terpaan panas matahari Allah menumbuhkan pohon yaqthin (sejenis labu) di sampingnya. Daun pohon itu melindunginya dan buahnya jadi makanannya.
Tafsir Quraish Shihab: Kemudian ia Kami campakkan di sebuah daerah luas yang tidak ada pepohonan dan bangunan. Ia merasa sakit dengan keadaan seperti itu(1).
(1) Apa yang dialami Nabi Yûnus itu merupakan mukjizat. Secara hukum alam, peristiwa ditelannya seseorang oleh ikan hiu dan kemudian tetap hidup di dalam perutnya untuk beberapa lama, adalah sesuatu yang mungkin saja terjadi. Ada dua kemungkinan mengapa peristiwa itu dapat terjadi. Pertama, bisa jadi ikan hiu itu termasuk jenis hiu besar bersirip tak bergigi seperti yang terdapat di laut tengah. Panjangnya bisa mencapai sekitar 20 meter.
Nabi Yûnus berada di antara langit-langit mulutnya yang besar sampai akhirnya ia dilemparkan ke sebuah daerah tandus karena hiu itu merasakan sesak pada tenggorokannya akibat menelan manusia. Kedua, bisa jadi pula hiu itu termasuk jenis hiu besar yang bergigi yang panjangnya mencapai sekitar 20 meter. Jenis hiu ini juga sering dapat dilihat di laut tengah. Hiu tersebut biasanya dapat memangsa hewan-hewan besar yang panjangnya mencapai tiga meter.
Surah As-Saffat Ayat 146
وَأَنۢبَتۡنَا عَلَيۡهِ شَجَرَةً مِّن يَقۡطِينٍ
Terjemahan: Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.
Tafsir Jalalain: وَأَنۢبَتۡنَا عَلَيۡهِ شَجَرَةً مِّن يَقۡطِينٍ (Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu) pohon itu dapat menaunginya dengan batangnya, berbeda keadaannya dengan pohon labu yang biasanya. Hal ini merupakan suatu mukjizat baginya, setiap pagi dan petang datang kepadanya kambing hutan, ia meminum air susu dari teteknya hingga ia kuat kembali.
Tafsir Ibnu Katsir: وَأَنۢبَتۡنَا عَلَيۡهِ شَجَرَةً مِّن يَقۡطِينٍ (“Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.”) Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Wahb bin Munabbih, Hilal bin Yasaf, ‘Abdullah bin Thawus, as-Suddi, Qatadah, adh-Dhahhak, ‘Atha’ al-Khurasani, dan lain-lain mengatakan bahwa “alyaqthiin” berarti labu.
Sedangkan Hasyim berkata dari al-Qasim bin Ayyub, dari Sa’id bin Jubair, yakni setiap pohon yang berbatang maka ia termasuk yaqthiin. Dan dalam sebuah riwAyat darinya juga disebutkan bahwa setiap pohon yang rusak dalam setahun maka ia termasuk yaqthiin.
Sebagian lagi menyebutkan bahwa labu ini mempunyai banyak manfaat, di antaranya tingkat pertumbuhannya cepat, daunnya yang dapat dijadikan tempat berteduh, karena bentuknya yang besar dan halus, dan pohonnya tidak pernah didekati oleh lalat, rasanya pun lezat, buahnya dapat dimakan dalam keadaan mentah maupun matang, baik isinya maupun kulitnya sekaligus. Dan telah ditegaskan bahwa Rasulullah saw. sangat menyukai labu dan beliau mengambilnya dari pinggir-pinggir nampan.
Tafsir Kemenag: Setelah satu, atau tiga, atau beberapa hari, menurut beberapa pendapat, Nabi Yunus berada di dalam perut ikan besar itu, Allah memerintahkan ikan tersebut memuntahkannya ke suatu daerah tandus tidak ditumbuhi tanaman apapun. Karena beberapa saat berada di dalam perut ikan, kondisi Nabi Yunus lemah sekali.
Untuk menyelamatkannya dari terpaan panas matahari Allah menumbuhkan pohon yaqthin (sejenis labu) di sampingnya. Daun pohon itu melindunginya dan buahnya jadi makanannya.
Tafsir Quraish Shihab: Untuk kepentingannya, Kami menumbuhkan sebuah pohon yang tidak menjalar sehingga daunnya dapat digunakan untuk berlindung dari cuaca buruk.
Surah As-Saffat Ayat 147
وَأَرۡسَلۡنَٰهُ إِلَىٰ مِاْئَةِ أَلۡفٍ أَوۡ يَزِيدُونَ
Terjemahan: Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.
Tafsir Jalalain: وَأَرۡسَلۡنَٰهُ (Dan Kami utus dia) sesudah itu, sebagaimana status sebelumnya, kepada kaum Bunainawiy yang tinggal di daerah Maushul إِلَىٰ مِاْئَةِ أَلۡفٍ (kepada seratus ribu orang atau) bahkan أَوۡ يَزِيدُونَ (lebih dari itu) yakni lebih dua puluh atau tiga puluh atau tujuh puluh ribu orang.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: wa arsalnaaHu ilaa mi-ati alfin au yaziiduun (“dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.”) diriwAyatkan oleh Syahr bin Hausyab dari Ibnu ‘Abbas, dia pernah bercerita: “Bahwasannya kerasulannya Yunus as. berlangsung setelah beliau dilemparkan oleh ikan besar.
Hadits tersebut juga diriwAyatkan oleh Ibnu Jarir, bahwa Ibnu Harits memberitahuku, Abu Hilal memberitahu kami, dari Syahr dengan lafadznya. Ibnu Abi Najih menceritakan dari Mujahid bahwa Yunus diutus kepada mereka sebelum beliau ditelah oleh ikan besar.”
Ibnu Katsir berpendapat bahwa sangat mungkin umat yang ia diutus kepada mereka, umat itu pula yang diperintahkan untuk kembali kepada mereka setelah keluar dari perut ikan, sehingga mereka semua membenarkan dan mempercayainya. Al-Baghawi mengisahkan bahwa Yunus diutus kepada umat lain setelah keluar dari ikan besar, yang berjumlah 100.000 orang atau lebih.
Firman Allah: أَوۡ يَزِيدُونَ (“atau lebih”) Ibnu ‘Abbas mengatakan dalam sebuah riwAyat lain darinya, bahwa jumlah mereka lebih dari itu, dimana mereka berjumlah 130 ribu orang. Dan darinya pula, yakni berjumlah sekitar 133-139 ribu orang. Dan masih darinya juga, yaitu berjumlah sekitar 143-149 ribu orang. wallaaHu a’lam.
Sa’id bin Jubair mengatakan bahwa jumlah mereka lebih dari 70.000 orang. Sedangkan Mak-hul mengatakan bahwa mereka berjumlah 110 ribu orang. Demikian yang diriwAyatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Dan Ibnu Jarir menceritakan dari orang yang mendengar Abul ‘Aliyah mengatakan, telah bercerita kepadaku Ubay bin Ka’ab bahwasannya dia pernah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai firman Allah:
وَأَرۡسَلۡنَٰهُ إِلَىٰ مِاْئَةِ أَلۡفٍ أَوۡ يَزِيدُونَ (“dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.”) dia mengatakan: “Mereka lebih dari 20 ribu orang.” (dlaif, diriwAyatkan oleh at-Tirmidzi dalam Jaami’nya di kitab at-Tafsiir [3229]. Didlaifkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dlaif at-Tirmidzi [633]) Hal ini juga diriwAyatkan oleh at-Tirmidzi, dan dia mengatakan: “Hasan ini gharib”. Juga diriwAyatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Sebagian bangsa Arab dari penduduk Bashrah berpendapat mengenai hal itu. Artinya 100 ribu orang atau lebih menurut kalian. Ia berkata: “Demikian jumlah mereka menurut kalian.” Oleh karena itu disini Ibnu Jarir mengikuti pendapatnya mengenai firman Allah: fakaana qaaba qausaini au adnii (“Maka jadilah dia dekat [pada Muhammad sejarak] dua ujung busur panah atau lebih dekat [lagi].”)(an-Najm: 9) maksudnya tidak kurang dari itu, tetapi lebih dari itu.
Tafsir Kemenag: Setelah kesehatan Nabi Yunus pulih, Allah mengutusnya kembali kepada kaumnya yang pada waktu itu jumlahnya sudah sampai seratus ribu orang lebih. Kedatangannya mereka sambut dengan baik karena mereka sadar bahwa dahulu mereka telah mengecewakannya sehingga ia meninggalkan mereka.
Mereka menyadari telah memperoleh kasih sayang Allah, karena mereka baru beriman ketika tanda-tanda azab Allah telah menghadang mereka. Pada umat-umat yang lalu, iman di saat seperti itu tidak diterima. Hanya umat Nabi Yunus yang dikecualikan dari ketentuan itu, sebagaimana dinyatakan dalam Surah Yunus/10:98 yang sudah diterangkan di atas. Mereka kemudian hidup bahagia dan sentosa sampai waktu yang ditetapkan bagi mereka.
Tafsir Quraish Shihab: Sampai akhirnya ketika sembuh dari sakitnya, ia Kami utus kepada sekelompok manusia yang, kalau dilihat, mereka itu berjumlah seratus ribu orang atau lebih.
Surah As-Saffat Ayat 148
فَـَٔامَنُواْ فَمَتَّعۡنَٰهُمۡ إِلَىٰ حِينٍ
Terjemahan: Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.
Tafsir Jalalain: فَـَٔامَنُواْ (Lalu mereka beriman) sewaktu mereka menyaksikan azab yang telah dijanjikan kepada mereka فَمَتَّعۡنَٰهُمۡ (karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka) artinya, kami biarkan mereka menikmati harta yang ada pada mereka إِلَىٰ حِينٍ (hingga waktu yang tertentu) hingga ajal mereka datang.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: فَـَٔامَنُواْ (“lalu mereka beriman.”) yakni kaum yang kepada mereka Yunus as. diutus itu beriman secara keseluruhan.
فَمَتَّعۡنَٰهُمۡ إِلَىٰ حِينٍ (“Karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.”) yakni, hingga [tiba] waktu ajal mereka. Yang demikian itu sama dengan firman-Nya:
“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (Yunus: 98)
Tafsir Kemenag: Setelah kesehatan Nabi Yunus pulih, Allah mengutusnya kembali kepada kaumnya yang pada waktu itu jumlahnya sudah sampai seratus ribu orang lebih. Kedatangannya mereka sambut dengan baik karena mereka sadar bahwa dahulu mereka telah mengecewakannya sehingga ia meninggalkan mereka.
Mereka menyadari telah memperoleh kasih sayang Allah, karena mereka baru beriman ketika tanda-tanda azab Allah telah menghadang mereka. Pada umat-umat yang lalu, iman di saat seperti itu tidak diterima. Hanya umat Nabi Yunus yang dikecualikan dari ketentuan itu, sebagaimana dinyatakan dalam Surah Yunus/10:98 yang sudah diterangkan di atas. Mereka kemudian hidup bahagia dan sentosa sampai waktu yang ditetapkan bagi mereka.
Tafsir Quraish Shihab: Mereka pun menerima dakwah Yûnus. Maka Kami berikan kepada mereka nikmat Kami sampai batas waktu yang ditentukan.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah As-Saffat Ayat 139-148 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020