Pecihitam.org – Kandungan Surah As-Saffat Ayat 149-160 ini, mengemukakan Allah meminta Nabi Muhammad agar menanyakan kepada kaum kafir Mekah tentang kepercayaan mereka bahwa Allah punya anak, dan anaknya itu perempuan, padahal anak perempuan itu dalam pandangan mereka rendah.
Anak perempuan yang mereka maksud sebagai anak Allah adalah malaikat. Lalu Allah memperkeras bantahan-Nya dengan mempertanyakan lebih lanjut apakah mereka menyaksikan ketika Allah menciptakan atau melahirkan malaikat sebagai anak perempuan-Nya.
Mereka tidak punya bukti apa-apa tentang hal itu, begitu juga bukti lain yaitu wahyu. Dengan demikian pandangan mereka itu salah, dan merupakan ucapan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena dosanya amat besar.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah As-Saffat Ayat 149-160
Surah As-Saffat Ayat 149
فَٱسۡتَفۡتِهِمۡ أَلِرَبِّكَ ٱلۡبَنَاتُ وَلَهُمُ ٱلۡبَنُونَ
Terjemahan: Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): “Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki,
Tafsir Jalalain: فَٱسۡتَفۡتِهِمۡ (Tanyakanlah kepada mereka) kepada orang-orang kafir Mekah; ungkapan ini dimaksud sebagai ejekan terhadap mereka, أَلِرَبِّكَ ٱلۡبَنَاتُ (“Apakah untuk Rabb kamu anak-anak perempuan) sesuai dengan dugaan mereka bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah وَلَهُمُ ٱلۡبَنُونَ (dan untuk mereka anak laki-laki) mereka memilih yang lebih kuat dan yang lebih baik.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya mengingkari orang-orang musyrik yang telah menjadikan anak-anak perempuan sebagai anak-Nya. sedangkan untuk diri mereka sendiri adalah apa yang mereka sukai, yaitu anak laki-laki. Dengan kata lain, mereka menginginkan apa yang baik bagi mereka sendiri:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلۡأُنثَىٰ ظَلَّ وَجۡهُهُۥ مُسۡوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan [kelahiran] anak perempuan, hitamlah [merah padamlah] mukanya, dan dia sangat marah.”)(an-Nahl: 58). Maksudnya, hal itu menjadikannya buruk dan dia tidak mau memilih untuk dirinya sendiri kecuali anak laki-laki.
Allah berfirman, bagaimana mereka menisbatkan kepada Allah Ta’ala bagian yang mereka tidak sukai untuk diri mereka sendiri? Maka Allah berfirman: فَٱسۡتَفۡتِهِمۡ (“Tanyakanlah [Ya Muhammad] kepada mereka.”) maksudnya, tanyakanlah dengan tujuan mengingkari mereka: أَلِرَبِّكَ ٱلۡبَنَاتُ وَلَهُمُ ٱلۡبَنُونَ (“Apakah untuk Rabb-mu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki?”)
Tafsir Kemenag: Allah meminta Nabi Muhammad agar menanyakan kepada kaum kafir Mekah tentang kepercayaan mereka bahwa Allah punya anak, dan anaknya itu perempuan, padahal anak perempuan itu dalam pandangan mereka rendah, sebagaimana firman Allah:
Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. (an-Nahl/16: 58)
Yang mulia dalam pandangan mereka adalah anak laki-laki, karena anak laki-laki itu mampu berperang dan membela mereka serta mengharumkan nama keluarga. Karena itu mereka mengambil anak laki-laki sedangkan anak perempuan mereka nisbahkan kepada Allah. Dengan demikian, mereka berdasarkan pandangan yang keliru dan mau menang sendiri. Pembagian menurut kepercayaan mereka itu menjadi tidak adil, sebagaimana dinyatakan Ayat berikut:
Apakah (pantas) untuk kamu yang laki-laki dan untuk-Nya yang perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. (an-Najm/53: 21-22).
Pemberian anak perempuan, yang mereka pandang rendah, kepada Allah dan anak laki-laki untuk mereka, berarti mereka merendahkan Allah. Pertanyaan yang diminta Allah untuk diajukan Nabi Muhammad kepada kaum kafir Mekah itu sekaligus mengandung arti bahwa pandangan mereka itu salah. Dalam pandangan Allah tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan. Yang membedakan manusia hanyalah takwanya.
Tafsir Quraish Shihab: Tanyakanlah, hai Muhammad, kepada kaummu, apakah Tuhanmu, bukan mereka, memiliki anak-anak perempuan dan mereka, bukan Tuhanmu, memiliki anak laki-laki?
Surah As-Saffat Ayat 150
أَمۡ خَلَقۡنَا ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ إِنَٰثًا وَهُمۡ شَٰهِدُونَ
Terjemahan: atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan(nya)?
Tafsir Jalalain: أَمۡ خَلَقۡنَا ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ إِنَٰثًا وَهُمۡ شَٰهِدُونَ (Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikannya”) yakni mereka menyaksikan penciptaan Kami itu, yang karenanya mereka mengatakan demikian?.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: أَمۡ خَلَقۡنَا ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ إِنَٰثًا وَهُمۡ شَٰهِدُونَ (“Atau apakah Kami menciptakan para malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan[nya]?”) maksudnya, bagaimana mereka menetapkan bahwa para malaikat itu perempuan padahal mereka tidak menyaksikan peciptaannya?
Tafsir Kemenag: Anak perempuan yang mereka maksud sebagai anak Allah adalah malaikat. Lalu Allah memperkeras bantahan-Nya dengan mempertanyakan lebih lanjut apakah mereka menyaksikan ketika Allah menciptakan atau melahirkan malaikat sebagai anak perempuan-Nya.
Mereka tidak punya bukti apa-apa tentang hal itu, begitu juga bukti lain yaitu wahyu. Dengan demikian pandangan mereka itu salah, dan merupakan ucapan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena dosanya amat besar, sebagaimana dinyatakan Ayat berikut:
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan (malaikat-malaikat itu)? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggungjawaban. (az-Zukhruf/43: 19)
Tafsir Quraish Shihab: Atau apakah Kami menciptakan malaikat berbentuk perempuan dan mereka menyaksikan proses penciptaannya sehingga terpesona dengan apa yang mereka lihat?
Surah As-Saffat Ayat 151
أَلَآ إِنَّهُم مِّنۡ إِفۡكِهِمۡ لَيَقُولُونَ
Terjemahan: Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan:
Tafsir Jalalain: أَلَآ إِنَّهُم مِّنۡ إِفۡكِهِمۡ (Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya) dengan kedustaan mereka itu لَيَقُولُونَ (benar-benar mengatakan,).
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: أَلَآ إِنَّهُم مِّنۡ إِفۡكِهِمۡ (“Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya.”) artinya sumpah kebohongan mereka. لَيَقُولُونَ (“Benar-benar mengatakan:)
Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah mengecam lebih keras lagi ucapan atau pandangan mereka bahwa Allah punya anak itu. Allah menegaskan bahwa pandangan mereka itu hanyalah suatu kebohongan besar yang direkayasa. Karena rekayasa seperti itu maka Allah mencap mereka sebagai pembohong-pembohong besar.
Untuk mempertegas kecaman terhadap kebohongan mereka itu, Allah bertanya, “Apakah Ia memilih anak perempuan daripada anak laki-laki?” Maksudnya: anak perempuan rendah dalam pandangan mereka, dan anak laki-laki mulia, lalu apakah Allah akan memilih anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki? Bila demikian keadaannya berarti Allah bodoh dan mereka pintar.
Pandangan itulah yang dikecam Allah, karena Allah tidak mungkin beranak dan tidak memerlukan anak, dan tidak boleh dilecehkan dengan pandangan seperti itu, bahwa untuk Allah cukup anak perempuan sedangkan untuk mereka anak laki-laki. Mereka harus mempertanggungjawabkan dosa besar karena pandangan yang keliru itu dan dosa orang-orang yang mengikutinya. Firman Allah:
Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya). (al-Isra’/17: 40).
Tafsir Quraish Shihab: Hai orang yang mendengar, hati-hatilah terhadap omongan mereka. Karena kebohongannya, mereka berkata, “Allah beranak.” Padahal Dia tersucikan dari sifat melahirkan dan dilahirkan. Mereka benar- benar bohong dalam ucapannya itu, dengan adanya bukti-bukti kemahaesaan-Nya.
Surah As-Saffat Ayat 152
وَلَدَ ٱللَّهُ وَإِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ
Terjemahan: “Allah beranak”. Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.
Tafsir Jalalain: وَلَدَ ٱللَّهُ (“Allah beranak”) melalui perkataan mereka yang menyatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. وَإِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ (Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta) dalam hal ini.
Tafsir Ibnu Katsir: وَلَدَ ٱللَّهُ (“‘Allah beranak.’”) maksudnya telah lahir dari-Nya anak. وَإِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ (“Dan sesungguhnya mereka benar-benar yang berdusta.”) mengenai sikap mereka terhadap para malaikat, Allah Ta’ala menyebutkan tiga ucapan yang menjadikan mereka benar-benar berada di puncak kekufuran dan kedustaan.
Pertama, mereka menjadikan para malaikat sebagai anak perempuan bagi Allah, sehingga mereka menjadikan anak bagi Allah Yang Mahatinggi lagi Mahasuci. Kedua, mereka menentukan bahwa anak itu perempuan.
Ketiga, mereka menyembah para malaikat selain Allah Yang Mahatinggi lagi Mahasuci. Semuanya itu sudah cukup menjadikan mereka kekal di dalam neraka jahanam.
Tafsir Kemenag: (151-153) Selanjutnya Allah mengecam lebih keras lagi ucapan atau pandangan mereka bahwa Allah punya anak itu. Allah menegaskan bahwa pandangan mereka itu hanyalah suatu kebohongan besar yang direkayasa. Karena rekayasa seperti itu maka Allah mencap mereka sebagai pembohong-pembohong besar.
Untuk mempertegas kecaman terhadap kebohongan mereka itu, Allah bertanya, ?Apakah Ia memilih anak perempuan daripada anak laki-laki?? Maksudnya: anak perempuan rendah dalam pandangan mereka, dan anak laki-laki mulia, lalu apakah Allah akan memilih anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki? Bila demikian keadaannya berarti Allah bodoh dan mereka pintar.
Pandangan itulah yang dikecam Allah, karena Allah tidak mungkin beranak dan tidak memerlukan anak, dan tidak boleh dilecehkan dengan pandangan seperti itu, bahwa untuk Allah cukup anak perempuan sedangkan untuk mereka anak laki-laki.
Mereka harus mempertanggungjawabkan dosa besar karena pandangan yang keliru itu dan dosa orang-orang yang mengikutinya. Firman Allah: Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya). (al-Isra’/17: 40).
Tafsir Quraish Shihab: Hai orang yang mendengar, hati-hatilah terhadap omongan mereka. Karena kebohongannya, mereka berkata, “Allah beranak.” Padahal Dia tersucikan dari sifat melahirkan dan dilahirkan. Mereka benar- benar bohong dalam ucapannya itu, dengan adanya bukti-bukti kemahaesaan-Nya.
Surah As-Saffat Ayat 153
أَصۡطَفَى ٱلۡبَنَاتِ عَلَى ٱلۡبَنِينَ
Terjemahan: Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?
Tafsir Jalalain: أَصۡطَفَى (Apakah Tuhan memilih) lafal Ashthafaa Hamzahnya adalah Hamzah Istifham yang berharakat Fatah, oleh karenanya Hamzah Washal tidak dibutuhkan lagi, sebab itu dibuang. Yakni apakah Allah mengutamakan ٱلۡبَنَاتِ عَلَى ٱلۡبَنِينَ (anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?).
Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman seraya mengingkari mereka: أَصۡطَفَى ٱلۡبَنَاتِ عَلَى ٱلۡبَنِينَ (“Apakah Dia memilih [mengutamakan] anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?”) maksudnya, adakah sesuatu yang menjadikan-Nya memilih anak perempuan dan bukan anak laki-laki?
Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah mengecam lebih keras lagi ucapan atau pandangan mereka bahwa Allah punya anak itu. Allah menegaskan bahwa pandangan mereka itu hanyalah suatu kebohongan besar yang direkayasa. Karena rekayasa seperti itu maka Allah mencap mereka sebagai pembohong-pembohong besar. Untuk mempertegas kecaman terhadap kebohongan mereka itu, Allah bertanya,
“Apakah Ia memilih anak perempuan daripada anak laki-laki?” Maksudnya: anak perempuan rendah dalam pandangan mereka, dan anak laki-laki mulia, lalu apakah Allah akan memilih anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki? Bila demikian keadaannya berarti Allah bodoh dan mereka pintar.
Pandangan itulah yang dikecam Allah, karena Allah tidak mungkin beranak dan tidak memerlukan anak, dan tidak boleh dilecehkan dengan pandangan seperti itu, bahwa untuk Allah cukup anak perempuan sedangkan untuk mereka anak laki-laki. Mereka harus mempertanggungjawabkan dosa besar karena pandangan yang keliru itu dan dosa orang-orang yang mengikutinya. Firman Allah:
Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya). (al-Isra’/17: 40).
Tafsir Quraish Shihab: Apakah Tuhan lebih memilih anak perempuan–yang dalam pandangan kalian tidak disukai–untuk diri- Nya daripada anak laki-laki yang kalian sukai, padahal Dialah pencipta semua itu?
Surah As-Saffat Ayat 154
مَا لَكُمۡ كَيۡفَ تَحۡكُمُونَ
Terjemahan: Apakah yang terjadi padamu? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan?
Tafsir Jalalain: مَا لَكُمۡ كَيۡفَ تَحۡكُمُونَ (Apakah yang terjadi pada kalian? Bagaimanakah caranya kalian menetapkan?) kesimpulan yang rusak ini.
Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu Allah berfirman: مَا لَكُمۡ كَيۡفَ تَحۡكُمُونَ (“Apakah yang terjadi padamu, bagaimana [caranya] kamu menetapkan?”) maksdunya, tidakkah kalian memiliki akal yang dapat kalian pergunakan untuk merenungkan apa yang kalian katakan itu?
Tafsir Kemenag: Kecaman dilanjutkan lagi dengan pertanyaan, “Bagaimana kalian ini? Bagaimana kalian berpendapat demikian?” Mereka dikecam karena tidak punya pikiran yang sehat, karena bagaimana mungkin Allah yang menciptakan segala sesuatu di alam ini butuh seorang anak dan anak itu perempuan. Mereka dikecam pula karena, seandainya mereka punya pikiran, mereka keliru dalam berpikir sehingga pikiran itu tidak logis dan tidak dapat diterima akal.
Selanjutnya mereka dikecam bahwa sebenarnya mereka tidak menggunakan pikirannya untuk menganalisa Ayat-Ayat Allah yang disampaikan, dan tidak mereka ambil menjadi pelajaran padahal hal itu berguna. Kaum kafir Mekah itu sudah mengetahui tentang umat-umat terdahulu, tetapi tidak mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman umat-umat terdahulu sehingga mereka beriman.
Tafsir Quraish Shihab: Apa yang telah terjadi pada diri kalian ketika kalian menilai sesuatu tanpa bukti? Bagaimana kalian melakukan penilaian seperti itu padahal kepalsuan sudah sangat jelas?
Surah As-Saffat Ayat 155
أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Terjemahan: Maka apakah kamu tidak memikirkan?
Tafsir Jalalain: أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (Maka apakah kalian tidak memikirkan?) bahwasanya Allah swt. itu Maha Tinggi lagi Maha Suci dari mempunyai anak?.
Tafsir Ibnu Katsir: أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (Maka apakah kamu tidak memikirkan?)
Tafsir Kemenag: Kecaman dilanjutkan lagi dengan pertanyaan, “Bagaimana kalian ini? Bagaimana kalian berpendapat demikian?” Mereka dikecam karena tidak punya pikiran yang sehat, karena bagaimana mungkin Allah yang menciptakan segala sesuatu di alam ini butuh seorang anak dan anak itu perempuan. Mereka dikecam pula karena, seandainya mereka punya pikiran, mereka keliru dalam berpikir sehingga pikiran itu tidak logis dan tidak dapat diterima akal.
Selanjutnya mereka dikecam bahwa sebenarnya mereka tidak menggunakan pikirannya untuk menganalisa Ayat-Ayat Allah yang disampaikan, dan tidak mereka ambil menjadi pelajaran padahal hal itu berguna. Kaum kafir Mekah itu sudah mengetahui tentang umat-umat terdahulu, tetapi tidak mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman umat-umat terdahulu sehingga mereka beriman.
Tafsir Quraish Shihab: Apakah kalian melupakan bukti-bukti kekuasaan dan kesucian Allah sehingga tidak ingat dan terjerumus ke dalam kesesatan?
Surah As-Saffat Ayat 156
أَمۡ لَكُمۡ سُلۡطَٰنٌ مُّبِينٌ
Terjemahan: Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata?
Tafsir Jalalain: أَمۡ لَكُمۡ سُلۡطَٰنٌ مُّبِينٌ (Atau apakah kalian mempunyai bukti yang nyata?) artinya hujah yang jelas menyatakan bahwa Allah mempunyai anak.
Tafsir Ibnu Katsir: أَمۡ لَكُمۡ سُلۡطَٰنٌ مُّبِينٌ (Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata?) yakni hujjah atas apa yang kalian katakan itu.
Tafsir Kemenag: Bantahan lebih lanjut yang disampaikan Allah untuk membantah pandangan kaum kafir Mekah bahwa Allah punya anak yaitu malaikat sebagai anak perempuan-Nya, Allah meminta mereka mengemukakan bukti nyata yang tidak dapat dibantah kebenarannya, baik bukti itu berbentuk fisik maupun berbentuk ungkapan yang terjamin kebenarannya. Bukti fisik, misalnya, bahwa Allah melahirkan malaikat.
Bukti non-fisik adalah wahyu. Tentu saja mereka tidak akan bisa mengemukakan bukti-bukti itu, karena memang tidak ada. Dengan demikian firman-Nya berbentuk pertanyaan, “Atau apakah kalian memiliki bukti yang nyata?” merupakan sanggahan yang jitu terhadap pandangan mereka bahwa Allah punya anak perempuan tersebut.
Apalagi setelah itu Allah meminta mereka menyampaikan kitab suci yang berisi pernyataan bahwa malaikat itu adalah anak-Nya. Kitab suci itu tidak mungkin mereka dapatkan karena Allah tidak pernah menurunkannya. Pada Ayat lain Allah berfirman yang isinya sama dengan Ayat ini:
Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, yang menjelaskan (membenarkan) apa yang (selalu) mereka persekutukan dengan Tuhan? (ar-Rum/30: 35).
Tafsir Quraish Shihab: Atau apakah kalian mempunyai kekuatan berupa bukti-bukti nyata yang dapat kalian gunakan untuk membenarkan tuduhan kalian?
Surah As-Saffat Ayat 157
فَأۡتُواْ بِكِتَٰبِكُمۡ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ
Terjemahan: Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar.
Tafsir Jalalain: فَأۡتُواْ بِكِتَٰبِكُمۡ (Maka bawalah kitab kalian) kitab Taurat kalian, kemudian perlihatkanlah kepadaku mengenai hal itu di dalamnya إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (jika kalian memang orang-orang yang benar) di dalam perkataan dan dugaan kalian itu.
Tafsir Ibnu Katsir: فَأۡتُواْ بِكِتَٰبِكُمۡ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (“Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar.”) yakni jika kalian mempunyai sandaran dari Kitab yang telah diturunkan oleh Allah tentang perkataan kalian itu, maka perlihatkanlah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Dia [Allah] memang telah memiliki apa yang telah kalian katakan itu. Karena, sesungguhnya apa yang kalian katakan itu tidak mungkin disandarkan pada akal, bahkan akal sendiri sama sekali tidak akan menerimanya.
Tafsir Kemenag: Bantahan lebih lanjut yang disampaikan Allah untuk membantah pandangan kaum kafir Mekah bahwa Allah punya anak yaitu malaikat sebagai anak perempuan-Nya, Allah meminta mereka mengemukakan bukti nyata yang tidak dapat dibantah kebenarannya, baik bukti itu berbentuk fisik maupun berbentuk ungkapan yang terjamin kebenarannya. Bukti fisik, misalnya, bahwa Allah melahirkan malaikat.
Bukti non-fisik adalah wahyu. Tentu saja mereka tidak akan bisa mengemukakan bukti-bukti itu, karena memang tidak ada. Dengan demikian firman-Nya berbentuk pertanyaan, “Atau apakah kalian memiliki bukti yang nyata?” merupakan sanggahan yang jitu terhadap pandangan mereka bahwa Allah punya anak perempuan tersebut.
Apalagi setelah itu Allah meminta mereka menyampaikan kitab suci yang berisi pernyataan bahwa malaikat itu adalah anak-Nya. Kitab suci itu tidak mungkin mereka dapatkan karena Allah tidak pernah menurunkannya. Pada Ayat lain Allah berfirman yang isinya sama dengan Ayat ini:
Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, yang menjelaskan (membenarkan) apa yang (selalu) mereka persekutukan dengan Tuhan? (ar-Rum/30: 35).
Tafsir Quraish Shihab: Datangkanlah argumentasi kalian–kalau memang argumentasi itu ada dalam kitab suci kalian–jika kalian termasuk orang-orang yang benar dalam ucapan dan keputusan.
Surah As-Saffat Ayat 158
وَجَعَلُواْ بَيۡنَهُۥ وَبَيۡنَ ٱلۡجِنَّةِ نَسَبًا وَلَقَدۡ عَلِمَتِ ٱلۡجِنَّةُ إِنَّهُمۡ لَمُحۡضَرُونَ
Terjemahan: Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka),
Tafsir Jalalain: وَجَعَلُواْ (Dan mereka adakan) orang-orang musyrik itu بَيۡنَهُۥ (antara Dia) yakni Allah swt. وَبَيۡنَ ٱلۡجِنَّةِ (dan antara jin) yakni malaikat dinamakan Al-Jinnah karena mereka tidak dapat dilihat oleh mata نَسَبًا (hubungan nasab) melalui perkataan mereka yang menyatakan bahwasanya malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.
وَلَقَدۡ عَلِمَتِ ٱلۡجِنَّةُ إِنَّهُمۡ (Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka) yakni orang-orang yang mengatakan demikian لَمُحۡضَرُونَ (benar-benar akan diseret) ke dalam neraka dan mereka akan diazab di dalamnya.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَجَعَلُواْ بَيۡنَهُۥ وَبَيۡنَ ٱلۡجِنَّةِ نَسَبًا (“Dan mereka adakan [hubungan] nasab antara Allah dan jin.”) Mujahid mengatakan bahwa orang-orang musyrik mengatakan: “Para malaikat itu adalah anak perempuan Allah Ta’ala.” Maka Abu Bakar ra. bertanya: “Lalu siapakah ibu-ibu mereka?” merekapun menjawab: “Anak-anak perempuan dari bangsa jin.” Demikian juga yang dikemukakan oleh Qatadah dan Ibnu Zaid.
Oleh karena itu Allah berfirman: وَلَقَدۡ عَلِمَتِ ٱلۡجِنَّةُ (“Dan sesungguhnya jin mengetahui.”) yakni orang-orang yang menisbatkan hal itu kepada mereka, إِنَّهُمۡ لَمُحۡضَرُونَ (“Bahwa mereka benar-benar akan diseret [ke nereka].”) maksudnya, orang-orang mengatakan hal tersebut benar-benar akan diseret ke dalam adzab hari perhitungan karena kedustaan mereka dalam hal tersebut serta tindakan mereka yang mengada-ada, dan juga ucapan bathil mereka yang tidak didasari dengan ilmu pengetahuan.
Tafsir Kemenag: Di samping kaum kafir Mekah itu memandang malaikat sebagai anak Allah, mereka juga memandang Allah punya hubungan nasab (kekerabatan) dengan jin. Yaitu bahwa Allah memperistri sejumlah jin-jin perempuan, dan dari hubungan itu lahirlah malaikat dan malaikat itu jenisnya perempuan.
Pandangan itu sangat keliru, karena bila demikian jin-jin itu berkedudukan sama dengan Allah, padahal mereka sendiri mengakui bahwa mereka pun nanti akan dihadirkan di depan-Nya, diminta tanggung jawabnya berkenaan dengan perbuatan-perbuatan mereka, serta disiksa bila bersalah.
Dengan pertanggungjawaban itu berarti bahwa mereka tidaklah sama dengan Allah dan bukan keluarga Allah, tetapi adalah hamba-hamba-Nya yang akan diberi pahala bila berbuat baik dan akan dihukum bila berbuat jahat, sesuai dengan firman-Nya:
Dan mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan (malaikat) sebagai anak.” Mahasuci Dia. Sebenarnya mereka (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan (al-Anbiya’/21: 26).
Tafsir Quraish Shihab: Mereka semakin melenceng jauh dari akidah. Mereka menciptakan hubungan kerabat antara Allah dan jin yang tidak mereka lihat. Sesungguhnya para jin sudah mengetahui bahwa orang-orang kafir itu benar- benar akan diseret ke hadapan Allah untuk menerima balasan yang telah ditentukan.
Surah As-Saffat Ayat 159
سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
Terjemahan: Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan,
Tafsir Jalalain: سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ (Maha Suci Allah) kalimat ini memahasucikan Dia عَمَّا يَصِفُونَ (dari apa yang mereka sifatkan) yaitu bahwasanya Allah mempunyai anak.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ (“Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan.”) yakni Mahatinggi, Mahasuci, lagi Mahabersih dari kemungkinan Dia memiliki anak dan dari apa yang disifatkan oleh orang-orang dhalim dan orang-orang yang menyimpang.
Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah menegaskan bahwa Ia Mahasuci dari segala anggapan dan pandangan seperti itu, bahwa Ia punya anak perempuan yaitu malaikat dan bahwa antara Ia dan jin ada hubungan kekerabatan. Bahkan Ia Mahasuci dari apa pun pandangan manusia mengenai diri-Nya, karena keadaan-Nya yang sebenarnya tidak dapat dilukiskan manusia dengan sebenar-benarnya, karena Ia tidak akan dapat ditangkap mata, tidak dapat didengar telinga, dan tidak tergores di dalam hati. Orang yang berpandangan demikian adalah musyrik.
Hamba-hamba Allah yang terpilih, yaitu yang telah dijadikan-Nya memiliki sifat ikhlas, tidak akan mempunyai pandangan yang salah tentang-Nya. Mereka selalu mengagungkan-Nya sejauh yang ia mampu mengagungkan-Nya, memuji-Nya sejauh yang ia mampu memuji-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya dengan patuh sejauh yang ia mampu melaksanakannya.
Begitu pulalah malaikat dalam pandangan mereka. Malaikat bukanlah anak perempuan Allah, tetapi adalah hamba Allah yang selalu menghambakan diri kepada-Nya dan melaksanakan perintah-Nya tanpa pamrih sedikit pun.
Tafsir Quraish Shihab: Allah Mahasuci dari sifat-sifat lemah dan kurang yang dilontarkan oleh para pembohong itu.
Surah As-Saffat Ayat 160
إِلَّا عِبَادَ ٱللَّهِ ٱلۡمُخۡلَصِينَ
Terjemahan: Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari (dosa).
Tafsir Jalalain: إِلَّا عِبَادَ ٱللَّهِ ٱلۡمُخۡلَصِينَ (Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari dosa) yakni kecuali orang-orang yang beriman. Istitsna di sini adalah bersifat Munqathi’. Maksudnya bahwa mereka yang beriman itu memahasucikan Allah swt. dari apa yang telah disifatkan oleh mereka kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: إِلَّا عِبَادَ ٱللَّهِ ٱلۡمُخۡلَصِينَ (“Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari [dosa].”) merupakan pengecualian yang betul-betul kuat, kecuali dlamir [kata ganti] dalam firman Allah: عَمَّا يَصِفُونَ itu kembali kepada umat manusia secara keseluruhan. Kemudian Dia mengecualikan dari mereka itu orang-orang yang tulus ikhlas, yaitu mereka yang mengikuti kebenaran yang diturunkan kepada setiap nabi yang diutus. wallaaHu a’lam.
Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah menegaskan bahwa Ia Mahasuci dari segala anggapan dan pandangan seperti itu, bahwa Ia punya anak perempuan yaitu malaikat dan bahwa antara Ia dan jin ada hubungan kekerabatan. Bahkan Ia Mahasuci dari apa pun pandangan manusia mengenai diri-Nya, karena keadaan-Nya yang sebenarnya tidak dapat dilukiskan manusia dengan sebenar-benarnya, karena Ia tidak akan dapat ditangkap mata, tidak dapat didengar telinga, dan tidak tergores di dalam hati. Orang yang berpandangan demikian adalah musyrik.
Hamba-hamba Allah yang terpilih, yaitu yang telah dijadikan-Nya memiliki sifat ikhlas, tidak akan mempunyai pandangan yang salah tentang-Nya. Mereka selalu mengagungkan-Nya sejauh yang ia mampu mengagungkan-Nya, memuji-Nya sejauh yang ia mampu memuji-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya dengan patuh sejauh yang ia mampu melaksanakannya.
Begitu pulalah malaikat dalam pandangan mereka. Malaikat bukanlah anak perempuan Allah, tetapi adalah hamba Allah yang selalu menghambakan diri kepada-Nya dan melaksanakan perintah-Nya tanpa pamrih sedikit pun.
Tafsir Quraish Shihab: Tetapi, hamba-hamba Allah yang ikhlas terhindar dari apa yang dilakukan orang-orang kafir itu.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah As-Saffat Ayat 149-160 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020