Surah Asy-Syu’ara Ayat 105-110; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syu'ara Ayat 105-110

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 105-110 ini,
menerangkan bahwa Nabi Nuh telah didustakan kaumnya ketika ia menyampaikan agama Allah kepada mereka. Sekalipun yang mereka dustakan itu hanyalah Nabi Nuh sendiri, tetapi tindakan itu berarti mendustakan para rasul Allah yang lain, baik yang diutus sebelum maupun sesudah Nabi Nuh nanti. Ini disebabkan karena risalah yang dibawa para rasul pada dasarnya sama, yaitu akidah tauhid.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara Ayat 105-110

Surah Asy-Syu’ara Ayat 105
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ

Terjemahan: Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.

Tafsir Jalalain: كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ (Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul) disebabkan mereka mendustakan Nabi Nuh, maka mereka dikatakan telah mendustakan para Rasul yang lain; karena sesungguhnya semua ajaran yang dibawa para Rasul itu adalah sama, yaitu menyeru kepada ajaran tauhid. Atau makna yang dimaksud karena mengingat Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya dalam kurun waktu yang sangat lama sehingga kedudukan Nabi Nuh sama saja dengan kedudukan Rasul-rasul yang banyak.

Di-ta’nits-kannya dhamir yang kembali kepada lafal Qaum karena memandang dari segi makna lafal Qaum, sedangkan jika dhamir yang kembali kepadanya itu berbentuk mudzakkar, karena memandang dari segi lafalnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Ini merupakan berita dari Allah swt. tentang hamba dan Rasul-Nya yaitu nabi Nuh as. yang merupakan Rasul pertama yang diutus oleh Allah kepada penghuni bumi setelah terjadinya penyembahan berhala dan tandingan-tandingan. Lalu Allah mengutusnya guna melarang hal tersebut dan mengancam mereka dari bahaya siksaan-Nya.

Firman Allah: كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ (“Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul.)

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menerangkan bahwa Nabi Nuh telah didustakan kaumnya ketika ia menyampaikan agama Allah kepada mereka. Sekalipun yang mereka dustakan itu hanyalah Nabi Nuh sendiri, tetapi tindakan itu berarti mendustakan para rasul Allah yang lain, baik yang diutus sebelum maupun sesudah Nabi Nuh nanti. Ini disebabkan karena risalah yang dibawa para rasul pada dasarnya sama, yaitu akidah tauhid.

Nabi Nuh adalah nabi ketiga yang diutus Allah, setelah Nabi Adam dan Nabi Idris. Nabi Nuh juga merupakan rasul pertama, berdasarkan hadis qudsi:

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw bersabda, “Allah berfirman, ‘Ya Nuh, engkau adalah rasul yang pertama yang diutus ke bumi.” (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Maksud rasul pertama di sini ialah rasul Allah yang pertama diutus sesudah Nabi Adam dan Nabi Idris. Ia juga disebut bapak manusia kedua setelah Adam, karena sebagian mufasir berpendapat bahwa seluruh manusia musnah dan mati karena topan dan banjir, kecuali orang-orang yang berada di atas perahu bersama Nabi Nuh. Di antara yang selamat itu, terdapat tiga orang putranya, yaitu Sam, Ham, dan Yafits. Maka semua manusia yang ada sampai sekarang berasal dari keturunan ketiga putra Nabi Nuh itu.

Tidak ada keterangan yang pasti tentang jarak waktu antara Adam dan Idris dengan Nabi Nuh. Hanya terdapat beberapa keterangan yang berbeda-beda dalam Taurah Ibriyah, Taurah Samiriyah, dan terjemahan Taurat dalam bahasa Yunani.

Baca Juga:  Surah Muhammad Ayat 1-3; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Nabi Nuh diutus kepada saudaranya, maksudnya orang-orang yang masih dianggap kerabat dengan Nuh. Dalam surah-surah yang lain disebutkan bahwa Nuh diutus kepada kaumnya.

Kaum Nabi Nuh menyembah patung-patung dan berhala yang mereka anggap sebagai tuhan. Oleh karena itu, Nabi Nuh mengingatkan mereka agar bertakwa kepada Allah dan takut kepada azab-Nya yang dahsyat. Azab itu akan ditimpakan Allah kepada orang-orang yang mengingkari seruan nabi-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Dalam firman-Nya, Allah telah menyebutkan berita tentang Nuh. Disebutkan bahwa kaum Nuh telah mendustakan risalah dan menolak seruan rasul mereka. Dengan demikian, mereka berarti telah mendustakan seluruh rasul, karena kesamaan prinsip dan tujuan dakwah mereka.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 106
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ

Terjemahan: Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?

Tafsir Jalalain: إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ (Ketika Saudara mereka berkata kepada mereka,) yang dimaksud adalah Nabi Nuh sendiri, pengertian saudara di sini adalah dari segi nasab atau keturunan أَلَا تَتَّقُونَ (“Mengapa kalian tidak bertakwa?”) kepada Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ (Ketika saudara mereka [Nuh] berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidak bertakwa?’”) yakni apakah kalian tidak takut kepada Allah karena penyembahan kalian kepada selain-Nya?

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menerangkan bahwa Nabi Nuh telah didustakan kaumnya ketika ia menyampaikan agama Allah kepada mereka. Sekalipun yang mereka dustakan itu hanyalah Nabi Nuh sendiri, tetapi tindakan itu berarti mendustakan para rasul Allah yang lain, baik yang diutus sebelum maupun sesudah Nabi Nuh nanti. Ini disebabkan karena risalah yang dibawa para rasul pada dasarnya sama, yaitu akidah tauhid.

Nabi Nuh adalah nabi ketiga yang diutus Allah, setelah Nabi Adam dan Nabi Idris. Nabi Nuh juga merupakan rasul pertama, berdasarkan hadis qudsi:

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw bersabda, “Allah berfirman, ‘Ya Nuh, engkau adalah rasul yang pertama yang diutus ke bumi.” (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Maksud rasul pertama di sini ialah rasul Allah yang pertama diutus sesudah Nabi Adam dan Nabi Idris. Ia juga disebut bapak manusia kedua setelah Adam, karena sebagian mufasir berpendapat bahwa seluruh manusia musnah dan mati karena topan dan banjir, kecuali orang-orang yang berada di atas perahu bersama Nabi Nuh.

Di antara yang selamat itu, terdapat tiga orang putranya, yaitu Sam, Ham, dan Yafits. Maka semua manusia yang ada sampai sekarang berasal dari keturunan ketiga putra Nabi Nuh itu.

Tidak ada keterangan yang pasti tentang jarak waktu antara Adam dan Idris dengan Nabi Nuh. Hanya terdapat beberapa keterangan yang berbeda-beda dalam Taurah Ibriyah, Taurah Samiriyah, dan terjemahan Taurat dalam bahasa Yunani.

Nabi Nuh diutus kepada saudaranya, maksudnya orang-orang yang masih dianggap kerabat dengan Nuh. Dalam surah-surah yang lain disebutkan bahwa Nuh diutus kepada kaumnya.

Kaum Nabi Nuh menyembah patung-patung dan berhala yang mereka anggap sebagai tuhan. Oleh karena itu, Nabi Nuh mengingatkan mereka agar bertakwa kepada Allah dan takut kepada azab-Nya yang dahsyat. Azab itu akan ditimpakan Allah kepada orang-orang yang mengingkari seruan nabi-Nya.

Baca Juga:  Tanggapan Al-Ghazali terhadap Tafsir Ilmy (Tafsir Ilmiah)

Tafsir Quraish Shihab: Mereka telah mendustakan risalah di kala Nuh, saudara mereka dalam pertalian keluarga, bukan saudara seagama, memperingatkan mereka, “Apakah kalian tidak takut kepada Allah sehingga kalian meninggalkan menyembah selain-Nya?

Surah Asy-Syu’ara Ayat 107
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

Terjemahan: Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,

Tafsir Jalalain: إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan yang diutus kepada kalian) guna menyampaikan apa yang aku diutus untuk menyampaikannya.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan [yang diutus] kepadamu.’”) yakni, aku adalah utusan yang jujur dari Allah kepada kalian yang menjadi penjaga terhadap risalah yang diutuskan kepadaku untuk aku sampaikan risalah-risalah Rabb-ku itu, tidak aku lebihkan dan tidak aku kurangi.

Tafsir Kemenag: Nabi Nuh memberitahu kaumnya bahwa ia adalah seorang rasul Allah yang diutus kepada mereka. Dia dipercaya untuk menyampaikan perintah dan larangan Allah, tanpa menambah atau mengurangi sedikit pun.

Pada Surah Hud/11: 31 diterangkan bahwa Nabi Nuh tidak mempunyai kekayaan yang akan diberikan kepada kaumnya. Oleh karena itu, ia tidak dapat menjanjikan harta dan kekayaan untuk mereka. Ia juga tidak mengetahui hal-hal yang gaib, tidak pernah mengatakan bahwa ia adalah malaikat, dan tidak menjanjikan kesenangan dan kebahagiaan kepada orang-orang yang mengikuti seruannya. Semuanya itu hanya Allah yang mengetahui, memiliki, dan menentukan, karena Dialah Yang Mahakuasa. Nuh hanya bertugas untuk menyampaikannya.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian untuk mengajak ke jalan yang lurus. Dan aku adalah seorang yang dapat dipercaya untuk menyampaikan risalah-Nya.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 108
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Terjemahan: maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

Tafsir Jalalain: فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku) di dalam semua apa yang kuperintahkan kalian mengerjakannya, yaitu mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (“Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan isi risalah yang disampaikan Nabi Nuh kepada kaumnya, yaitu agar bertakwa kepada Allah dan hanya menyembah kepada-Nya. Pada ayat 3 Surah Nuh disebutkan tiga hal yang diperintahkan Allah, yaitu agar menyembah hanya kepada Allah, bertakwa kepada-Nya, dan taat kepada Nabi Nuh

Pada ayat-ayat yang lain diterangkan bahwa risalah yang dibawa Nabi Nuh menyebutkan pula hal-hal sebagai berikut:

  1. Akibat baik yang akan diperoleh orang-orang yang bertakwa. Allah akan menambah rezeki mereka, dan menurunkan hujan. Kemudian dengan air itu, Allah menyuburkan bumi, dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
  2. Mengemukakan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah, serta menerangkan bukti-bukti kebenaran risalah yang dibawanya. Di antaranya adalah tentang penciptaan manusia dalam beberapa proses kejadian mulai dari setetes mani sampai lahir sebagai manusia. Allah menciptakan langit dan bumi, bulan yang bersinar dan matahari yang bercahaya, menghidupkan dan mematikan manusia, kemudian seluruh manusia akan kembali kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Maka takutlah kalian kepada Allah, laksanakanlah perintah yang kuserukan untuk mengesakan dan menaati-Nya ini.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 24-27; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Asy-Syu’ara Ayat 109
وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ

Terjemahan: Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

Tafsir Jalalain: وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ (Dan aku sekali-kali tidak meminta kepada kalian atas ajakan-ajakan itu) imbalan dari menyampaikannya مِنْ أَجْرٍ إِنْ (suatu upah pun, tidak lain) أَجْرِيَ (upahku) pahalaku إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (hanyalah dari Rabb semesta alam).

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (Dan aku sekali-sekali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu.”) yakni aku tidak meminta upah kepada kalian atas nasehatku kepada kalian, bahkan aku menyimpan pahala itu di sisi Allah.)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas menyampaikan agama Allah, Nabi Nuh tidak akan meminta upah kepada siapa pun, dan tidak mengharapkan harta kekayaan, kekuasaan, dan kemegahan sedikit pun. Ia hanya mencari keridaan dan pahala dari Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Aku tak sedikit pun mengharapkan imbalan kalian sebagai balasan dari nasihat dan doa yang kulakukan demi kalian ini.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 110
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Terjemahan: Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku”.

Tafsir Jalalain: فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku) Nabi Nuh mengulang-ulang kalimat ini untuk menegaskan perintahnya.

Tafsir Ibnu Katsir: فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (“Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.”) telah jelas bagi kalian dan telah nyata kejujuran, nasehat dan amanahku terhadap risalah yang diutuskan dan diamanahkan kepadaku.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Nabi Nuh mengulang dan menegaskan kembali perintah Allah agar kaumnya bertakwa dan taat kepada-Nya. Pengulangan ini adalah untuk menegaskan kepada kaumnya bahwa takwa kepada Allah itu merupakan hal yang sangat penting dan wajib dilakukan oleh setiap manusia, sebagai tanda syukur atas nikmat-nikmat yang tidak terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka.

Takwa itu merupakan sumber segala kebaikan dan merupakan kunci pembuka pintu gerbang kesenangan dan kebahagiaan yang ada di akhirat nanti.

Nabi Nuh berusaha sekuat tenaga menyampaikan risalahnya dengan mengemukakan janji dan ancaman Allah bagi orang-orang yang tidak mengikuti seruan rasul. Ia juga mengemukakan bukti-bukti kebenaran risalah yang dibawanya kepada mereka. Namun demikian, kaumnya tetap tidak menerimanya.

Tafsir Quraish Shihab: Maka waspadalah terhadap siksa Allah dan laksanakanlah perintahku.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 105-110 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S