Surah Asy Syu’ara Ayat 123-135 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy Syu'ara Ayat 123-135

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy Syu’ara Ayat 123-135 ini, menerangkan perilaku kaum ad yang kasar dan kejam. Apabila menyiksa musuh, mereka melakukannya dengan kejam tanpa rasa belas kasihan sedikit pun. Mereka dianugerahi tubuh yang kuat, tinggi, dan perkasa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Watak mereka sesuai pula dengan tubuh yang perkasa itu. Dengan kekuatan yang ada, mereka menyerang negeri-negeri lain hingga sampai ke negeri Syam dan Irak. Dalam peperangan, mereka menindak dan memperlakukan musuh-musuh secara kejam.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy Syu’ara Ayat 123-135

Surah Asy Syu’ara Ayat 123
كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ

Terjemahan: Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul.

Tafsir Jalalain: كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ (Kaum Ad telah mendustakan para Rasul).

Tafsir Ibnu Katsir: كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ ( Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah mengutus Nabi Hud a.s. kepada kaum ‘Ad tetapi mereka mendustakan dan mengingkari seruannya. ‘Ad adalah nama suatu kaum, yang diambil dari nama nenek moyang mereka yang bernama ‘ad. ‘ad adalah salah seorang keturunan Sam bin Nuh.

Nabi Hud sendiri termasuk salah seorang keturunan ‘ad, yaitu Hud bin Abdullah bin Rabah bin Khulud bin ‘ad. Itulah sebabnya di dalam ayat ini Nabi Hud disebut saudara dari kaum ‘ad, yang maksudnya Nabi Hud termasuk salah seorang warga kaum ‘ad.

Kaum ‘ad bertempat tinggal di al-Ahqaf, yang sekarang dikenal dengan nama Sahara al-Ahqaf. Sekarang daerah ini termasuk salah satu bagian dari kerajaan Arab Saudi bagian selatan. Al-Ahqaf terletak di sebelah utara Hadramaut, sebelah timur laut Yaman, sebelah selatan Nejed dan sebelah barat Oman.

Sekarang tempat itu dinamai juga ar-Rab’ al-Khali artinya “tempat yang kosong” karena memang tempat itu telah kosong, tidak didiami orang. Dalam peta biasanya ditulis Rub’ al-Khali, itu salah, yang betul Rab’ bukan Rub’.

Kaum ‘ad pada mulanya beragama tauhid, agama yang dianut nenek moyang mereka dan sesuai pula dengan fitrah manusia. Akan tetapi, setelah kerajaan mereka meluas dan membesar akibat penaklukan bangsa-bangsa lain di sekitarnya, mereka menjadi sombong dan menyembah patung-patung.

Patung-patung yang disembah itu adalah patung-patung pemimpin mereka, yang pada mulanya dibuat hanya untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa mereka. Namun demikian, lama-kelamaan patung itu mereka sembah. Ada tiga buah patung yang mereka sembah, yaitu Saba’, Samud, dan Haba.

Untuk mengembalikan mereka kepada agama yang benar, Allah mengutus seorang rasul kepada mereka, yaitu Nabi Hud, yang termasuk salah seorang dari warga mereka juga.

Tafsir Quraish Shihab: Kabilah ‘Ad telah mendustakan Hud `alaihis salam., rasul mereka. Mereka, karenanya, telah mendustakan semua rasul.
Sebab, prinsip dan tujuan dakwah seluruh rasul adalah sama.

Surah Asy Syu’ara Ayat 124
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ هُودٌ أَلَا تَتَّقُونَ

Terjemahan: Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?

Tafsir Jalalain: إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ هُودٌ أَلَا تَتَّقُونَ (Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka, “Mengapa kalian tidak bertakwa?).

Tafsir Ibnu Katsir: Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka, “Mengapa kalian tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepada kalian atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia)? Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah mengutus Nabi Hud a.s. kepada kaum ‘Ad tetapi mereka mendustakan dan mengingkari seruannya. ‘Ad adalah nama suatu kaum, yang diambil dari nama nenek moyang mereka yang bernama ‘ad. ‘ad adalah salah seorang keturunan Sam bin Nuh.

Nabi Hud sendiri termasuk salah seorang keturunan ‘ad, yaitu Hud bin Abdullah bin Rabah bin Khulud bin ‘ad. Itulah sebabnya di dalam ayat ini Nabi Hud disebut saudara dari kaum ‘ad, yang maksudnya Nabi Hud termasuk salah seorang warga kaum ‘ad.

Kaum ‘ad bertempat tinggal di al-Ahqaf, yang sekarang dikenal dengan nama Sahara al-Ahqaf. Sekarang daerah ini termasuk salah satu bagian dari kerajaan Arab Saudi bagian selatan. Al-Ahqaf terletak di sebelah utara Hadramaut, sebelah timur laut Yaman, sebelah selatan Nejed dan sebelah barat Oman. Sekarang tempat itu dinamai juga ar-Rab’ al-Khali artinya “tempat yang kosong” karena memang tempat itu telah kosong, tidak didiami orang. Dalam peta biasanya ditulis Rub’ al-Khali, itu salah, yang betul Rab’ bukan Rub’.

Kaum ‘ad pada mulanya beragama tauhid, agama yang dianut nenek moyang mereka dan sesuai pula dengan fitrah manusia. Akan tetapi, setelah kerajaan mereka meluas dan membesar akibat penaklukan bangsa-bangsa lain di sekitarnya, mereka menjadi sombong dan menyembah patung-patung.

Patung-patung yang disembah itu adalah patung-patung pemimpin mereka, yang pada mulanya dibuat hanya untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa mereka. Namun demikian, lama-kelamaan patung itu mereka sembah. Ada tiga buah patung yang mereka sembah, yaitu Saba’, Samud, dan Haba. Untuk mengembalikan mereka kepada agama yang benar, Allah mengutus seorang rasul kepada mereka, yaitu Nabi Hud, yang termasuk salah seorang dari warga mereka juga.

Tafsir Quraish Shihab: Tatkala saudara mereka, Hud, berkata, “Tidakkah kalian takut kepada Allah sehingga kalian mengikhlaskan diri untuk beribadah kepada-Nya?

Surah Asy Syu’ara Ayat 125
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

Terjemahan: Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,

Tafsir Jalalain: إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan yang diutus kepada kalian).

Tafsir Ibnu Katsir: إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,)

Tafsir Kemenag: Nabi Hud a.s. menyeru mereka agar menyembah Allah dan bertakwa kepada-Nya, serta melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Pada Surah Hud/11: 50-54 diterangkan bahwa Nabi Hud meminta kaumnya agar menyembah Allah dan tidak menyembah patung-patung, karena tidak ada tuhan selain Allah. Artinya bahwa tidak ada yang menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, berkuasa, membangkitkan dari kubur dan memiliki sifat-sifat ketuhanan, kecuali Allah.

Penyembahan terhadap patung-patung itu adalah perbuatan yang mereka ada-adakan sendiri, tidak berdasarkan keterangan dari kitab suci dan bukti nyata sedikit pun. Hud juga menyatakan bahwa dia adalah rasul Allah yang sebenarnya. Segala yang disampaikannya itu berasal dari Allah.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 19-20; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Nabi Hud menerangkan bahwa ia tidak mengharapkan upah dalam pekerjaannya menyeru manusia kepada agama tauhid. Upahnya semata-mata dari Allah yaitu pahala yang ia harapkan nanti di akhirat.

Nabi Hud menyeru kaumnya agar memohon ampun dan bertobat kepada Allah. Kalau mereka berbuat demikian, niscaya Allah mengampuni dosa-dosa mereka, menurunkan hujan yang akan menjadikan negeri mereka bertambah subur, dan menambah rezeki mereka. Di samping itu, Allah akan menjadikan mereka semakin kuat, baik fisik maupun kekuasaan. Nabi Hud mengingatkan agar mereka menghentikan perbuatan dosa yang mereka lakukan dan memohon ampunan Allah.

Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.” (Hud/11: 52).

Kaum ‘ad tidak mengindahkan seruan Nabi Hud, bahkan mereka menyatakan bahwa Nabi Hud tidak membawa satu kebenaran pun dalam dakwahnya. Mereka menegaskan untuk tidak akan meninggalkan penyembahan berhala, dan tidak mempercayai seruan Nabi Hud. Allah berfirman:

Mereka (kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu. (Hud/11: 53).

Mereka menuduh bahwa Nabi Hud telah dihinggapi penyakit gila yang ditimpakan oleh patung-patung mereka. Allah berfirman: Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (Hud/11: 54).

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menunjuki kalian jalan kebenaran.Dan aku selalu bersikap amanah terhadap risalah Allah ini dengan menyampaikan kepada kalian semua yang Allah perintahkan kepadaku.”

Surah Asy Syu’ara Ayat 126
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Terjemahan: maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

Tafsir Jalalain: فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan taatlah kepadaku).

Tafsir Ibnu Katsir: Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada kalian apa yang kalian ketahui. Dia telah menganugerahkan kepada kalian binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar.

Ini cerita dari Allah Swt. tentang hamba dan rasul-Nya Hud a.s. Sesungguhnya dia menyeru kaumnya, yaitu kabilah Ad. Kaumnya tinggal di bukit-bukit pasir, yakni bukit yang berpasir di dekat Hadramaut, letaknya bersebelahan dengan negeri Yaman; masa mereka sesudah masa kaum Nabi Nuh,

Tafsir Kemenag: Nabi Hud a.s. menyeru mereka agar menyembah Allah dan bertakwa kepada-Nya, serta melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Pada Surah Hud/11: 50-54 diterangkan bahwa Nabi Hud meminta kaumnya agar menyembah Allah dan tidak menyembah patung-patung, karena tidak ada tuhan selain Allah. Artinya bahwa tidak ada yang menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, berkuasa, membangkitkan dari kubur dan memiliki sifat-sifat ketuhanan, kecuali Allah.

Penyembahan terhadap patung-patung itu adalah perbuatan yang mereka ada-adakan sendiri, tidak berdasarkan keterangan dari kitab suci dan bukti nyata sedikit pun. Hud juga menyatakan bahwa dia adalah rasul Allah yang sebenarnya. Segala yang disampaikannya itu berasal dari Allah.

Nabi Hud menerangkan bahwa ia tidak mengharapkan upah dalam pekerjaannya menyeru manusia kepada agama tauhid. Upahnya semata-mata dari Allah yaitu pahala yang ia harapkan nanti di akhirat.

Nabi Hud menyeru kaumnya agar memohon ampun dan bertobat kepada Allah. Kalau mereka berbuat demikian, niscaya Allah mengampuni dosa-dosa mereka, menurunkan hujan yang akan menjadikan negeri mereka bertambah subur, dan menambah rezeki mereka. Di samping itu, Allah akan menjadikan mereka semakin kuat, baik fisik maupun kekuasaan. Nabi Hud mengingatkan agar mereka menghentikan perbuatan dosa yang mereka lakukan dan memohon ampunan Allah.

Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.” (Hud/11: 52).

Kaum ‘ad tidak mengindahkan seruan Nabi Hud, bahkan mereka menyatakan bahwa Nabi Hud tidak membawa satu kebenaran pun dalam dakwahnya. Mereka menegaskan untuk tidak akan meninggalkan penyembahan berhala, dan tidak mempercayai seruan Nabi Hud. Allah berfirman:

Mereka (kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu. (Hud/11: 53).

Mereka menuduh bahwa Nabi Hud telah dihinggapi penyakit gila yang ditimpakan oleh patung-patung mereka. Allah berfirman: Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (Hud/11: 54).

Tafsir Quraish Shihab: Maka laksanakanlah segala perintah Allah, takutlah kepada-Nya dan ikutilah apa yang kuserukan kepada kalian dari sisi Allah.

Surah Asy Syu’ara Ayat 127
وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ

Terjemahan: Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

Tafsir Jalalain: وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (Dan sekali-kali aku tidak meminta upah kepada kalian atas ajakan itu, tiada lain upahku hanyalah dari Rabb semesta alam).

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (Dan sekali-kali aku tidak meminta upah kepada kalian atas ajakan itu, tiada lain upahku hanyalah dari Rabb semesta alam).

Tafsir Kemenag: Nabi Hud a.s. menyeru mereka agar menyembah Allah dan bertakwa kepada-Nya, serta melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Pada Surah Hud/11: 50-54 diterangkan bahwa Nabi Hud meminta kaumnya agar menyembah Allah dan tidak menyembah patung-patung, karena tidak ada tuhan selain Allah. Artinya bahwa tidak ada yang menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, berkuasa, membangkitkan dari kubur dan memiliki sifat-sifat ketuhanan, kecuali Allah.

Penyembahan terhadap patung-patung itu adalah perbuatan yang mereka ada-adakan sendiri, tidak berdasarkan keterangan dari kitab suci dan bukti nyata sedikit pun. Hud juga menyatakan bahwa dia adalah rasul Allah yang sebenarnya. Segala yang disampaikannya itu berasal dari Allah.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 42; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Nabi Hud menerangkan bahwa ia tidak mengharapkan upah dalam pekerjaannya menyeru manusia kepada agama tauhid. Upahnya semata-mata dari Allah yaitu pahala yang ia harapkan nanti di akhirat.

Nabi Hud menyeru kaumnya agar memohon ampun dan bertobat kepada Allah. Kalau mereka berbuat demikian, niscaya Allah mengampuni dosa-dosa mereka, menurunkan hujan yang akan menjadikan negeri mereka bertambah subur, dan menambah rezeki mereka. Di samping itu, Allah akan menjadikan mereka semakin kuat, baik fisik maupun kekuasaan. Nabi Hud mengingatkan agar mereka menghentikan perbuatan dosa yang mereka lakukan dan memohon ampunan Allah.

Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.” (Hud/11: 52).

Kaum ‘ad tidak mengindahkan seruan Nabi Hud, bahkan mereka menyatakan bahwa Nabi Hud tidak membawa satu kebenaran pun dalam dakwahnya. Mereka menegaskan untuk tidak akan meninggalkan penyembahan berhala, dan tidak mempercayai seruan Nabi Hud. Allah berfirman:

Mereka (kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu. (Hud/11: 53).

Mereka menuduh bahwa Nabi Hud telah dihinggapi penyakit gila yang ditimpakan oleh patung-patung mereka. Allah berfirman: Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (Hud/11: 54).

Tafsir Quraish Shihab: Nasihat dan petunjuk yang kuberikan kepada kalian ini tidak aku maksudkan untuk mendapatkan segala bentuk imbalan dari kalian. Hanya Tuhan semesta alamlah yang imbalan-Nya amat kuharapkan.

Surah Asy Syu’ara Ayat 128
أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ

Terjemahan: Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main,

Tafsir Jalalain: أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ (Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah yang tinggi) tempat yang tinggi آيَةً (bangunan) yang berfungsi sebagai pertanda bagi orang-orang yang lewat تَعْبَثُونَ (untuk bermain-main) di tempat-tempat tersebut kalian memperolok-olok orang-orang yang melewatinya. Kalimat ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan bagi dhamir yang terkandung di dalam lafal Tabnuuna.

Tafsir Ibnu Katsir: Maka dia berkata kepada mereka, seperti apa yang dikatakan oleh Nuh kepada kaumnya, hingga sampai pada firman-Nya: أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main. (Asy-Syu’ara’: 128)

Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna (ar-ri)’, yang kesimpulan pendapat mereka mengatakan bahwa ia adalah daerah yang tinggi di pinggir jalan-jalan yang terkenal (yang banyak dilalui manusia).

Mereka membangun di tempat tersebut bangunan yang kokoh, besar, lagi megah. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan. (Asy-Syu’ara’: 128)

Tafsir Kemenag: Hud mempertanyakan kebiasaan kaumnya mendirikan bangunan di puncak-puncak bukit atau di tiap jalan semata-mata untuk memperlihatkan kehebatan, kemegahan, dan kekayaan. Kenapa mereka tidak membangunnya berdasarkan kemanfaatan dan tujuan positif lainnya.

Kaum ‘ad memang telah memiliki peradaban yang tinggi menurut ukuran zamannya. Mereka telah sanggup mendirikan negara yang kuat, daerah-daerah dan kota-kota yang teratur, beserta bangunan-bangunannya yang megah. Pembangunan itu bukanlah untuk tujuan yang baik, tetapi semata-mata untuk memperlihatkan kekayaan mereka.

Belum ada ahli sejarah yang dapat memastikan masa kejayaan kerajaan kaum ‘ad itu. Ada yang memperkirakan kerajaan kaum ‘ad semasa dengan kerajaan Babilonia, yaitu kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi. Akan tetapi, hal ini tidak sesuai dengan kenyataan karena Nabi Hud diutus kepada kaum ad sebelum Nabi Ibrahim diutus ke Babilonia, yaitu pada zaman Nebukadnezar.

Tafsir Quraish Shihab: Adakah kalian mendirikan bangunan yang kokoh di semua dataran tinggi untuk berbangga-bangga dan menjadikannya tempat berkumpul untuk berfoya-foya dan membuat kerusakan?
(Dalam ayat ini, Allah hendak mengingatkan mereka hal-hal yang bermanfaat dan mencela ketidakberimanan dan perbuatan buruk mereka).

Surah Asy Syu’ara Ayat 129
وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ

Terjemahan: dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)?

Tafsir Jalalain: وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ (Dan kalian membuat benteng-benteng) yakni penampungan-penampungan air di bawah tanah لَعَلَّكُمْ (dengan maksud supaya kalian) seolah-olah kalian akan تَخْلُدُونَ (hidup kekal) di dunia ini dan tidak akan mati.

Tafsir Ibnu Katsir: Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya: dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia). (Asy-Syu’ara’: 129) Mujahid mengatakan bahwa masani’ artinya tower-tower yang dibangun dengan kokoh dan benteng-benteng yang kuat lagi mantap.

Menurut riwayat lain bersumber dari Mujahid, disebutkan tower-tower air. Qatadah mengatakan tempat pengambilan air (gudang air). Qatadah mengatakan bahwa sebagian ulama kufah ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut: dan kalian membuat benteng-benteng seakan-akan kalian hidup kekal.

Tafsir Kemenag: Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya: dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia). (Asy-Syu’ara’: 129) Mujahid mengatakan bahwa masani’ artinya tower-tower yang dibangun dengan kokoh dan benteng-benteng yang kuat lagi mantap.

Menurut riwayat lain bersumber dari Mujahid, disebutkan tower-tower air. Qatadah mengatakan tempat pengambilan air (gudang air). Qatadah mengatakan bahwa sebagian ulama kufah ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut: dan kalian membuat benteng-benteng seakan-akan kalian hidup kekal.

Tafsir Quraish Shihab: Dan kalian membangun istana-istana yang kuat dan kokoh dengan kolam-kolam airnya, seolah-olah kalian akan kekal di dunia dan tidak pernah mati!

Surah Asy Syu’ara Ayat 130
وَإِذَا بَطَشْتُم بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ

Terjemahan: Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis.

Tafsir Jalalain: وَإِذَا بَطَشْتُم (Dan apabila kalian menyiksa) dengan pukulan atau membunuh بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ (maka kalian menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan bengis) tanpa belas kasihan sedikit pun.

Tafsir Ibnu Katsir: Sesungguhnya telah terjadi di masa sebelum kalian banyak generasi yang menghimpunkan (keduniawian) sebanyak-banyaknya, mereka membangun bangunan-bangunan yang kokoh, dan mereka berangan-angan yang menyebabkan mereka tenggelam di dalamnya, pada akhirnya mereka teperdaya oleh angan-angan mereka, apa yang telah mereka kumpulkan semuanya musnah, dan rumah-rumah mereka menjadi kuburan-kuburan (mereka).

Ingatlah, sesungguhnya kaum Ad memiliki kuda dan hewan kendaraan yang memenuhi antara kawasan Ad dan Yaman. Maka siapakah yang mau membeli harta peninggalan kaum Ad dengan harga dua dirham (yakni tiada artinya lagi)?” Firman Allah Swt.: Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. (Asy-Syu’ara’: 130) Yakni mereka mempunyai ciri khas kuat, kasar, dan sewenang-wenang.

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 24-25; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan perilaku kaum ad yang kasar dan kejam. Apabila menyiksa musuh, mereka melakukannya dengan kejam tanpa rasa belas kasihan sedikit pun. Mereka dianugerahi tubuh yang kuat, tinggi, dan perkasa.

Watak mereka sesuai pula dengan tubuh yang perkasa itu. Dengan kekuatan yang ada, mereka menyerang negeri-negeri lain hingga sampai ke negeri Syam dan Irak. Dalam peperangan, mereka menindak dan memperlakukan musuh-musuh secara kejam.

Tafsir Quraish Shihab: Jika kalian melakukan penyiksaan, kalian terlalu berlebihan melakukannya dengan cara-cara yang bengis dan kejam.
Kalian membunuh dan memukul tanpa belas kasihan sedikit pun.

Surah Asy Syu’ara Ayat 131
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Terjemahan: Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku

Tafsir Jalalain: فَاتَّقُوا اللَّهَ (Maka bertakwalah kalian kepada Allah) dalam hal itu وَأَطِيعُونِ (dan taatlah kalian kepadaku) di dalam semua apa yang aku perintahkan kalian untuk melakukannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu’ara’: 131) Maksudnya, sembahlah Tuhan kalian dan taatlah kepada rasul kalian. Selanjutnya Nabi Hud mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka

Tafsir Kemenag: Melihat sikap yang demikian itu, Nabi Hud mengingatkan mereka agar bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah. Nabi Hud mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka mensyukuri nikmat itu agar Allah menambahnya dengan nikmat yang lebih banyak lagi dan lebih tinggi nilainya.

Tafsir Quraish Shihab: Maka takutlah kepada Allah saat melakukan penyiksaan. Dengarkanlah perintah yang kuserukan ini, karena hal itu lebih berguna dan lebih kekal.

Surah Asy Syu’ara Ayat 132
وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُم بِمَا تَعْلَمُونَ

Terjemahan: Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.

Tafsir Jalalain: (Dan bertakwalah kalian kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada kalian) yakni yang telah melimpahkan nikmat kepada kalian (apa yang kalian ketahui).

Tafsir Ibnu Katsir: Selanjutnya Nabi Hud mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka: Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada kalian apa yang kalian ketahui.

Tafsir Kemenag: Melihat sikap yang demikian itu, Nabi Hud mengingatkan mereka agar bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah. Nabi Hud mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka mensyukuri nikmat itu agar Allah menambahnya dengan nikmat yang lebih banyak lagi dan lebih tinggi nilainya.

Tafsir Quraish Shihab: Dan waspadalah terhadap murka Allah yang telah bermurah hati mengaruniakan segala yang telah kalian ketahui dari pelbagai pemberian-Nya.

Surah Asy Syu’ara Ayat 133
أَمَدَّكُم بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ

Terjemahan: Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,

Tafsir Jalalin: أَمَدَّكُم بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ (Dia telah menganugerahkan kepada kalian binatang-binatang ternak dan anak-anak).

Tafsir Ibnu Katsir: Dia telah menganugerahkan kepada kalian binatang-binatang ternak dan anak-anak,

Tafsir Kemenag: Di antara nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kaum ‘Ad ialah binatang-binatang ternak yang dapat mereka manfaatkan, dan anak keturunan yang dapat menyambung generasi dan penerus cita-cita mereka. Mereka juga dianugerahi kebun-kebun yang indah, yang ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang amat berguna bagi mereka. Demikian pula air yang dapat mengairi bumi sebagai hasil irigasi yang telah mereka buat semuanya dengan pertolongan Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Yaitu sejumlah karunia Allah kepada kalian berupa unta, sapi dan domba, serta anak keturunan yang kuat, yang dapat memelihara ternak dan membantu kalian menanggung beban kehidupan.

Surah Asy Syu’ara Ayat 134
وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ

Terjemahan: dan kebun-kebun dan mata air,

Tafsir Jalalain: وَجَنَّاتٍ (Dan kebun-kebun) ladang-ladang وَعُيُونٍ (dan mata air) sungai-sungai.

Tafsir Ibnu Katsir: dan kebun-kebun dan mata air,

Tafsir Kemenag: Di antara nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kaum ‘Ad ialah binatang-binatang ternak yang dapat mereka manfaatkan, dan anak keturunan yang dapat menyambung generasi dan penerus cita-cita mereka.

Mereka juga dianugerahi kebun-kebun yang indah, yang ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang amat berguna bagi mereka. Demikian pula air yang dapat mengairi bumi sebagai hasil irigasi yang telah mereka buat semuanya dengan pertolongan Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Juga berupa kebun-kebun yang dipenuhi buah serta berbagai mata air yang kalian butuhkan.

Surah Asy Syu’ara Ayat 135
إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Terjemahan: sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar”.

Tafsir jalalain: (Sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar”) di dunia dan di akhirat jika kalian durhaka kepadaku.

Tafsir Ibnu Katsir: sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar. (Asy-Syu’ara’: 132-135) Yaitu jika kalian mendustakan dan menentang-Nya. Nabi Hud menyeru mereka dengan metode targib (anjuran) dan tarhib (peringatan), tetapi hal itu tidak bermanfaat bagi mereka.”

Tafsir Kemenag: Nabi Hud menyampaikan kepada mereka bahwa semua yang diperoleh itu merupakan nikmat dari Allah. Ia khawatir nikmat-nikmat yang tak terhingga yang mereka peroleh itu akan dicabut atau dihentikan, sebagai azab dari Allah atas keingkaran dan kesombongan mereka. Apakah mereka tidak takut terjadi yang demikian? Menurut sunah Allah, Dia akan menambah nikmat kepada orang yang mensyukuri nikmat-Nya dan akan mengazab orang yang mengingkarinya.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya aku khawatir Allah akan menurunkan azab yang pedih di dunia ini kepada kalian. Sementara di akhirat nanti kalian akan dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam, disebabkan kesewenang- wenangan kalian atas segala nikmat-Nya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy Syu’ara Ayat 123-135 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S