Surah Asy-Syu’ara Ayat 49-51; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syu'ara Ayat 49-51

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 49-51 ini, menjelaskan setelah para ahli sihir itu berikrar bahwa mereka menjadi beriman kepada Tuhan semesta alam, yang berarti tidak lagi mengakui Fir’aun sebagai tuhan mereka, Fir’aun menjadi sangat marah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dengan sombong, ia mengancam akan menindak mereka, tetapi ancaman itu tidak diindahkan oleh mereka. Bahkan dengan ancaman itu, iman mereka makin bertambah mantap karena tabir kekafiran telah terbuka dan telah kelihatan jelas oleh mereka cahaya kebenaran.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara Ayat 49-51

Surah Asy-Syu’ara Ayat 49
قَالَ آمَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَسَوْفَ تَعْلَمُونَ لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ

Terjemahan: Fir’aun berkata: “Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya”.

Tafsir Jalalain: قَالَ (Berkata) Firaun, آمَنتُمْ (“Apakah kamu sekalian beriman) lafal A-amantum dapat pula dibaca Tas-hil sehingga bacaannya menjadi Amantum لَهُ (kepadanya) yakni kepada Nabi Musa قَبْلَ أَنْ آذَنَ (sebelum aku memberi izin) secara langsung dariku لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ (kepada kalian? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian) berarti ilmu kalian itu adalah sebagian daripada ilmunya, dan ini berarti pertarungan dan kemenangan di antara sesama perguruan,

فَلَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (maka kalian nanti pasti benar-benar mengetahui) akibat perbuatan kalian itu dariku. لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ (Sesungguhnya aku akan memotong tangan kalian dan kaki kalian dengan bersilang) yaitu tangan kanan mereka akan dipotong berikut kaki kirinya وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ (dan aku akan menyalib kalian semuanya”).

Tafsir Ibnu Katsir: Fir’aun mencoba mengancam mereka, akan tetapi semua itu tidak bermanfaat bagi mereka dan mencoba menakut-nakuti mereka, akan tetapi semua itu tidak menambah mereka kecuali keimanan dan ketundukan. Hal itu disebabkan karena telah tersingkap dari hati mereka penutup kekufuran dan jelas bagi mereka kebenaran,

dimana mereka mengetahui apa yang kaum mereka tidak ketahui bahwa yang ditampilkan Musa tidak akan dapat terjadi dari hasil manusia kecuali Allah mendukungnya dan menjadikannya sebagai hujjah dan bukti yang menunjukkan kejujuran risalah yang dibawa dari Rabb-nya.

Untuk itu Fir’aun berkata kepada mereka: آمَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ (“Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu?”) yaitu, selayaknya kalian meminta izin kepadaku tentang apa yang kalian lakukan dan janganlah kalian melangkahiku dalam masalah ini. Jika aku telah mengizinkan kalian, kalian baru dapat melakukannya. Dan jika aku melarang kalian, maka kalian harus meninggalkannya. Karena aku adalah hakim yang harus ditaati.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 124; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ (“Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu.”) ini merupakan kesombongan yang dapat diketahui kebathilannya oleh setiap orang. Karena mereka belum pernah berjumpa dengan Musa sebelum peristiwa itu, maka bagaimana mungkin dia memimpin mereka yang mengajarkan teori sihir kepada mereka? ini tidak mungkin diucapkan oleh orang yang rasional.

Tafsir Kemenag: Setelah para ahli sihir itu berikrar bahwa mereka menjadi beriman kepada Tuhan semesta alam, yang berarti tidak lagi mengakui Fir’aun sebagai tuhan mereka, Fir’aun menjadi sangat marah. Dengan sombong, ia mengancam akan menindak mereka, tetapi ancaman itu tidak diindahkan oleh mereka. Bahkan dengan ancaman itu, iman mereka makin bertambah mantap karena tabir kekafiran telah terbuka dan telah kelihatan jelas oleh mereka cahaya kebenaran.

Ikrar yang diucapkan oleh ahli-ahli sihir itu membuat Fir’aun merasa dilecehkan haknya sebagai seorang yang berkuasa dan mengakui dirinya sebagai tuhan, karena mereka telah beriman kepada Musa tanpa minta izin lebih dahulu kepadanya.

Menurut Fir’aun, sebelum mereka memeluk agama Musa, mereka itu harus lebih dahulu minta izin padanya, karena ia adalah seorang penguasa yang harus dipatuhi. Untuk mengelabui dan menyesatkan orang banyak, Fir’aun menuduh antara Musa dan para ahli sihir itu ada persekongkolan, karena Musa yang mengajarkan kepada mereka ilmu sihir.

Tuduhan itu tentu tidak berdasar, karena sebelum adu kekuatan, mereka tidak bertemu dengan Musa. Puncak dari kemarahan Fir’aun, ia mengancam mereka akan merasakan siksaan, sebagai akibat dari perbuatan mereka itu. Ia mengancam akan memotong tangan dan kaki mereka secara bersilang bahkan akan membunuh mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Fir’aun tidak menerima keimanan para ahli sihir yang dilakukan tanpa seizinnya, lalu ia mengancam mereka. Dikatakannya bahwa Musa sebenarnya adalah guru mereka dalam soal sihir-menyihir, sehingga–karena dianggap bersekongkol–mereka berhak mendapatkan siksaan.

Fir’aun berkata, “Sungguh, akan aku potong tangan dan kaki kalian secara bersilang, tangan kanan dengan kaki kiri atau sebaliknya. Lalu aku salib kalian semua!”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 50
قَالُوا لَا ضَيْرَ إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنقَلِبُونَ

Terjemahan: Mereka berkata: “Tidak ada kemudharatan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,

Baca Juga:  Surah As-Saffat Ayat 114-122; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: قَالُوا لَا ضَيْرَ (Mereka berkata, “Tidak ada kemudaratan) tidak mengapa bagi kami jika hal tersebut ditimpakan kepada kami إِنَّا إِلَى رَبِّنَا (sesungguhnya kami kepada Rabb kami) sesudah kami mati dengan cara apa pun مُنقَلِبُونَ (akan kembali) yakni kembali kepada-Nya di akhirat nanti.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Fir’aun mengancam mereka dengan hukuman potong tangan, kaki dan salib. Maka mereka berkata: لَا ضَيْرَ (“tidak ada kemudlaratan bagi kami.”) yaitu tidak mengapa dan sama sekali hal itu tidak akan mencelakai kami dan kami tidak akan peduli.

إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنقَلِبُونَ (“Sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.”) yaitu tempat kembali kami adalah kepada Allah swt. Dia tidak menyia-nyiakan pahala orang yang amalannya baik, serta tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya apa yang akan engkau lakukan kepada kami dan Dia akan membalas kami atas semua itu dengan balasan yang amat sempurna.

Tafsir Kemenag: Ancaman Fir’aun yang cukup berat itu, tidak digubris sama sekali oleh para ahli sihir itu. Mereka bahkan berharap dapat merasakan ancaman itu karena bagi mereka semua orang yang hidup pada suatu waktu pasti mati, tidak ada daya upaya untuk mengelak daripadanya. Firman Allah: Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. (al-Anbiya’/21: 35)

Dan firman-Nya: Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu,” (al-Jumu’ah/62: 8). Mereka itu hanya memikirkan dua hal, sebagai penghibur hati mereka:

Pertama, mereka akan kembali kepada ajaran Tuhan semesta alam, Tuhan yang disembah Musa dan Harun dan mengikuti agama Nabi Musa a.s. Dengan demikian, mereka akan selamat dari azab akhirat yang amat pedih dan berkepanjangan, yang jauh lebih berat dibanding dengan siksaan yang diancamkan Fir’aun kepada mereka.

Kedua, mereka sangat mengharapkan agar Tuhan semesta alam mau mengampuni dosa mereka karena melakukan perbuatan sihir dan kekafiran. Merekalah yang pertama kali beriman kepada Tuhan yang disembah Musa, dari sekian banyak orang yang turut menyaksikan adu kekuatan itu.

Tafsir Quraish Shihab: Para ahli sihir berkata, “Siksaan yang akan kamu lakukan kepada kami, sebagaimana ancamanmu, tidak akan membahayakan kami. Sebab, kami akan kembali kepada Tuhan untuk mendapatkan ganjaran-Nya, suatu ganjaran dan akhir yang baik.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 51
إِنَّا نَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطَايَانَا أَن كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ

Terjemahan: sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman”.

Tafsir Jalalain: إِنَّا نَطْمَعُ (Sesungguhnya kami sangat menginginkan) sangat mengharapkan أَن يَغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطَايَانَا أَن كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ (bahwa Rabb kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang- orang yang pertama-tama beriman”) di masa kami ini

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 38-39; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu mereka berkata: إِنَّا نَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطَايَانَا (“Sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Rabb kami akan mengampuni kesalahan kami.”) yaitu dosa-dosa yang telah kami geluti dan sihir-sihir yang engkau paksakan kepada kami.

أَن كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ (“Karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman.”) yakni dengan sebab kami menganjurkan kepada kaum kami dari Qibthi untuk beriman. Lalu dia membunuh mereka seluruhnya.

Tafsir Kemenag: Ancaman Fir’aun yang cukup berat itu, tidak digubris sama sekali oleh para ahli sihir itu. Mereka bahkan berharap dapat merasakan ancaman itu karena bagi mereka semua orang yang hidup pada suatu waktu pasti mati, tidak ada daya upaya untuk mengelak daripadanya. Firman Allah: Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. (al-Anbiya’/21: 35)

Dan firman-Nya: Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu,” (al-Jumu’ah/62: 8). Mereka itu hanya memikirkan dua hal, sebagai penghibur hati mereka:

Pertama, mereka akan kembali kepada ajaran Tuhan semesta alam, Tuhan yang disembah Musa dan Harun dan mengikuti agama Nabi Musa a.s. Dengan demikian, mereka akan selamat dari azab akhirat yang amat pedih dan berkepanjangan, yang jauh lebih berat dibanding dengan siksaan yang diancamkan Fir’aun kepada mereka.

Kedua, mereka sangat mengharapkan agar Tuhan semesta alam mau mengampuni dosa mereka karena melakukan perbuatan sihir dan kekafiran. Merekalah yang pertama kali beriman kepada Tuhan yang disembah Musa, dari sekian banyak orang yang turut menyaksikan adu kekuatan itu.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya kami mengharapkan ampunan Tuhan kami dari segala kesalahan yang kami lakukan sebelumnya, dan kami adalah orang-orang Mukmin pertama dari kaummu.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 49-51 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S