Surah Asy-Syura Ayat 1-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syura Ayat 1-6

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syura Ayat 1-6 ini, sebekum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita mengetahui makna dan isi surah. Surah Makkiyyah yang berisi 53 ayat ini dinamakan al-syûrâ berarti ‘musyawarah’untuk merangsang umat Islam agar selalu berpegang pada prinsip musyawarah dalam mengatur segala macam urusan kehidupannya. Hal itu diharapkan bisa mewujudkan keadilan dan kebenaran.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Secara umum, surah ini mencakup banyak masalah agama dan bukti-bukti keimanan. Diawali dengan pembicaraan secara singkat mengenai al-Qur’ân yang merupakan wahyu dari Allah, membantah berbagai hujatan orang-orang kafir, dan banyak memberikan penawar hati kepada Nabi Muhammad saw. Selanjutnya, surah ini menerangkan betapa besarnya kekuasaan dan kekuatan Allah yang menurunkan al-Qur’ân itu.

Surah ini kemudian membicarakan permintaan orang-orang yang melakukan pendustaan, dengan nada mengejek, agar siksaan yang diancamkan kepada mereka itu dipercepat. Pembicaraan selanjutnya beralih kepada hal-hal yang harus dilakukan oleh orang yang menyeru kepada agama, sifat lemah-lembut Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan peringatan untuk mereka agar tidak tenggelam dalam kesenangan dunia.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syura Ayat 1-6

Surah Asy-Syura Ayat 1
حمٓ

Terjemahan: “Haa Miim.

Tafsir Jalalain: Asy-Syuuraa (Musyawarah) حمٓ (Haa Miim).

Tafsir Ibnu Katsir: Asy-Syuuraa (Musyawarah) (حمٓ).

Tafsir Kemenag: Kedua ayat ini terdiri dari huruf-huruf hijaiah, sebagaimana terdapat pada permulaan beberapa surah Al-Qur’an. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud huruf-huruf itu. Selanjutnya dipersilakan menelaah masalah ini pada “Al-Qur’an dan Tafsirnya” jilid I yaitu tafsir ayat pertama Surah al-Baqarah.”.

Tafsir Quraish Shihab: Surah Makkiyyah yang berisi 53 ayat ini dinamakan al-syûrâ–berarti ‘musyawarah’–untuk merangsang umat Islam agar selalu berpegang pada prinsip musyawarah dalam mengatur segala macam urusan kehidupannya. Hal itu diharapkan bisa mewujudkan keadilan dan kebenaran.

Secara umum, surah ini mencakup banyak masalah agama dan bukti-bukti keimanan. Diawali dengan pembicaraan secara singkat mengenai al-Qur’ân yang merupakan wahyu dari Allah, membantah berbagai hujatan orang-orang kafir, dan banyak memberikan penawar hati kepada Nabi Muhammad saw.

Selanjutnya, surah ini menerangkan betapa besarnya kekuasaan dan kekuatan Allah yang menurunkan al-Qur’ân itu. Tetapi, kendati disertai bukti-bukti yang dengan jelas menunjukkan bahwa al-Qur’ân berasal dari Allah, dapat kita ketahui, melalui bagian selanjutnya, bahwa ternyata kebanyakan orang masih saja mengingkarinya. Setelah itu, disebutkan pula penegasan kekuasaan Allah atas segala sesuatu dan keterangan mengenai kesatuan misi semua syariat yang pernah ada.

Hal itu kemudian diikuti dengan keterangan tentang orang-orang yang mengingkarinya dan panduan kitab-kitab samawi menuju kebenaran, berikut kecaman terhadap sejarah dan perselisihan orang-orang musyrik dalam menyikapi kebenaran itu secara tidak benar.

Surah ini kemudian membicarakan permintaan orang-orang yang melakukan pendustaan, dengan nada mengejek, agar siksaan yang diancamkan kepada mereka itu dipercepat. Pembicaraan selanjutnya beralih kepada hal-hal yang harus dilakukan oleh orang yang menyeru kepada agama, sifat lemah-lembut Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan peringatan untuk mereka agar tidak tenggelam dalam kesenangan dunia.

Dalam bagian selanjutnya, surah ini menerangkan buruknya keadaan orang-orang kafir, dan baiknya keadaan orang-orang yang Mukmin di akhirat kelak. Diteruskan, kemudian, dengan pembicaraan mengenai tuduhan para pendusta bahwa komposisi al-Qur’ân adalah ciptaan Rasulullah saw. Padahal, mereka sendiri tidak mampu membuat sesuatu yang serupa dengan surat al-Qur’ân yang paling pendek sekalipun.

Selanjutnya, secara berturut- turut disebutkan bahwa Allah menerima pertobatan orang-orang Mukmin, hikmah pembagian rezeki menurut ukuran yang sangat teliti. Bagaimana, misalnya, Allah tidak membuat semua orang menjadi kaya raya karena, dengan begitu, mereka semua akan sombong. Begitu juga sebaliknya, Allah juga tidak membuat semua orang menjadi miskin karena, jika demikian, mereka semua akan menderita. Ada yang dijadikan kaya dan ada pula yang dijadikan miskin.

Setelah itu semua, surah ini berturut-turut menerangkan betapa besarnya manfaat hujan, penjelasan tentang bukti-bukti kekuasaan Allah di alam raya, dan penjelasan bahwa setiap musibah yang terjadi di dunia disebabkan oleh perbuatan maksiat.

Kemudian disebutkan sekali lagi, kali ini dengan gaya yang berbeda, penjelasan tentang keadaan masing-masing dari kelompok Mukmin dan pelaku pendustaan di akhirat, bahwa para pendusta itu akan sangat terhina. Hal ini lalu diikuti dengan anjuran untuk bergegas melakukan kebaikan selagi belum habis kesempatan, sebelum selanjutnya memberikan penawar hati kepada Nabi Muhammad saw.

Terakhir, surah ini menjelaskan kekuasaan Allah untuk memberi anak perempuan, laki-laki, kedua-duanya, atau bahkan untuk tidak memberi anak sama sekali kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Disebutkan pula cara-cara Allah dalam berbicara dengan para nabi-Nya. Akhirnya surah ini ditutup dengan penjelasan tentang jalan yang benar dan lurus yang harus diikuti.]] Hâ, Mîm. ‘Ain, Sîn, Qâf. Seperti gaya al-Qur’ân dalam mengawali beberapa suratnya, surat ini pun diawali dengan lima huruf fonemis.

Surah Asy-Syura Ayat 2
عٓسٓقٓ

Terjemahan: “‘Ain Siin Qaaf.

Tafsir Jalalain: عٓسٓقٓ (‘Ain Siin Qaaf) kedua ayat ini hanya Allahlah yang mengetahui arti dan maksudnya.

Baca Juga:  Surah Asy-Syura Ayat 51-53; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: (عٓسٓقٓ) kedua ayat ini hanya Allahlah yang mengetahui arti dan maksudnya.

Tafsir Kemenag: Kedua ayat ini terdiri dari huruf-huruf hijaiah, sebagaimana terdapat pada permulaan beberapa surah Al-Qur’an. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud huruf-huruf itu. Selanjutnya dipersilakan menelaah masalah ini pada “Al-Qur’an dan Tafsirnya” jilid I yaitu tafsir ayat pertama Surah al-Baqarah.”.

Tafsir Quraish Shihab: Surah Makkiyyah yang berisi 53 ayat ini dinamakan al-syûrâ–berarti ‘musyawarah’–untuk merangsang umat Islam agar selalu berpegang pada prinsip musyawarah dalam mengatur segala macam urusan kehidupannya. Hal itu diharapkan bisa mewujudkan keadilan dan kebenaran.

Secara umum, surah ini mencakup banyak masalah agama dan bukti-bukti keimanan. Diawali dengan pembicaraan secara singkat mengenai al-Qur’ân yang merupakan wahyu dari Allah, membantah berbagai hujatan orang-orang kafir, dan banyak memberikan penawar hati kepada Nabi Muhammad saw.

Selanjutnya, surah ini menerangkan betapa besarnya kekuasaan dan kekuatan Allah yang menurunkan al-Qur’ân itu. Tetapi, kendati disertai bukti-bukti yang dengan jelas menunjukkan bahwa al-Qur’ân berasal dari Allah, dapat kita ketahui, melalui bagian selanjutnya, bahwa ternyata kebanyakan orang masih saja mengingkarinya. Setelah itu, disebutkan pula penegasan kekuasaan Allah atas segala sesuatu dan keterangan mengenai kesatuan misi semua syariat yang pernah ada.

Hal itu kemudian diikuti dengan keterangan tentang orang-orang yang mengingkarinya dan panduan kitab-kitab samawi menuju kebenaran, berikut kecaman terhadap sejarah dan perselisihan orang-orang musyrik dalam menyikapi kebenaran itu secara tidak benar.

Surah ini kemudian membicarakan permintaan orang-orang yang melakukan pendustaan, dengan nada mengejek, agar siksaan yang diancamkan kepada mereka itu dipercepat. Pembicaraan selanjutnya beralih kepada hal-hal yang harus dilakukan oleh orang yang menyeru kepada agama, sifat lemah-lembut Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan peringatan untuk mereka agar tidak tenggelam dalam kesenangan dunia.

Dalam bagian selanjutnya, surah ini menerangkan buruknya keadaan orang-orang kafir, dan baiknya keadaan orang-orang yang Mukmin di akhirat kelak. Diteruskan, kemudian, dengan pembicaraan mengenai tuduhan para pendusta bahwa komposisi al-Qur’ân adalah ciptaan Rasulullah saw. Padahal, mereka sendiri tidak mampu membuat sesuatu yang serupa dengan surat al-Qur’ân yang paling pendek sekalipun.

Selanjutnya, secara berturut- turut disebutkan bahwa Allah menerima pertobatan orang-orang Mukmin, hikmah pembagian rezeki menurut ukuran yang sangat teliti. Bagaimana, misalnya, Allah tidak membuat semua orang menjadi kaya raya karena, dengan begitu, mereka semua akan sombong. Begitu juga sebaliknya, Allah juga tidak membuat semua orang menjadi miskin karena, jika demikian, mereka semua akan menderita. Ada yang dijadikan kaya dan ada pula yang dijadikan miskin.

Setelah itu semua, surah ini berturut-turut menerangkan betapa besarnya manfaat hujan, penjelasan tentang bukti-bukti kekuasaan Allah di alam raya, dan penjelasan bahwa setiap musibah yang terjadi di dunia disebabkan oleh perbuatan maksiat.

Kemudian disebutkan sekali lagi, kali ini dengan gaya yang berbeda, penjelasan tentang keadaan masing-masing dari kelompok Mukmin dan pelaku pendustaan di akhirat, bahwa para pendusta itu akan sangat terhina. Hal ini lalu diikuti dengan anjuran untuk bergegas melakukan kebaikan selagi belum habis kesempatan, sebelum selanjutnya memberikan penawar hati kepada Nabi Muhammad saw.

Terakhir, surah ini menjelaskan kekuasaan Allah untuk memberi anak perempuan, laki-laki, kedua-duanya, atau bahkan untuk tidak memberi anak sama sekali kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Disebutkan pula cara-cara Allah dalam berbicara dengan para nabi-Nya. Akhirnya surah ini ditutup dengan penjelasan tentang jalan yang benar dan lurus yang harus diikuti.]] Hâ, Mîm. ‘Ain, Sîn, Qâf. Seperti gaya al-Qur’ân dalam mengawali beberapa suratnya, surat ini pun diawali dengan lima huruf fonemis.

Surah Asy-Syura Ayat 3
كَذَٰلِكَ يُوحِىٓ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ ٱللَّهُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

Terjemahan: “Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang sebelum kamu.

Tafsir Jalalain: كَذَٰلِكَ (Demikianlah) artinya seperti penurunan wahyu ini يُوحِىٓ إِلَيۡكَ (telah mewahyukannya kepadamu dan) telah mewahyukan pula وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ ٱللَّهُ (kepada orang-orang yang sebelum kamu, yaitu Allah) lafal Allah menjadi Fa’il dari lafal Yuuhii ٱلۡعَزِيزُ (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya ٱلۡحَكِيمُ (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: كَذَٰلِكَ يُوحِىٓ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ ٱللَّهُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (“Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, mewahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu.”) artinya sebagaimana al-Qur’an ini diturunkan kepadamu, maka begitu pula kitab-kitab dan shuhuf-shuhuf lain pun telah diturunkan kepada para Nabi sebelummu.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana menjelaskan bahwa apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw antara lain supaya ia berdakwah mengenai tauhid mengesakan Allah, juga mengenai kenabian, beriman kepada hari akhir, memperbaiki diri dengan akhlak karimah dan menjauhkannya dari hal-hal yang rendah dan hina, beramal untuk kebahagiaan pribadi dan masyarakat semuanya itu, hal ini telah diwahyukan pula kepada nabi-nabi sebelumnya.

Baca Juga:  Surah Al-Waqiah Ayat 83-87; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman Allah: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya’/21: 25) Dalam ayat lain Allah berfirman:

Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud. (an-Nisa’/4: 163) .

Tafsir Quraish Shihab: Seperti pesan-pesan yang terkandung dalam surah ini, Allah Yang Mahaperkasa dan Mahabijaksana–yang meletakkan sesuatu pada tempatnya–menurunkan wahyu kepadamu, Muhammad, dan kepada para rasul sebelummu sesuai dengan hikmah rencana dan perbuatan-Nya.

Surah Asy-Syura Ayat 4
لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ وَهُوَ ٱلۡعَلِىُّ ٱلۡعَظِيمُ

Terjemahan: “Kepunyaan-Nya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Tafsir Jalalain: لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ (Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) sebagai milik-Nya semua makhluk dan hamba-hamba-Nya. وَهُوَ ٱلۡعَلِىُّ (Dan Dialah Yang Maha Tinggi) di atas semua makhluk-Nya ٱلۡعَظِيمُ (lagi Maha Besar) atau Maha Agung.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ (“kepunyaan-Nya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”) yaitu, seluruhnya adalah hamba dan milik-Nya yang berada di bawah kekuasaan dan aturan-Nya. وَهُوَ ٱلۡعَلِىُّ ٱلۡعَظِيمُ (“Dan Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang menguasai dan memiliki semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Ini menunjukkan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Dia bisa saja berbuat sekehendaknya sesuai dengan iradat-Nya. Semua yang ada, harus tunduk kepada-Nya. Dia-lah yang mengatur segala yang ada, Dia Mahatinggi, tiada suatu kerajaan atau kekuasaan yang lebih tinggi daripada-Nya.

Dia Mahabesar. Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, ciptaan dan pemilikan Allah tanpa terbatas pada makhluk-Nya. Dia Mahaagung akan segala urusan, hukum, dan pemeliharaan-Nya. Mahasuci Allah, tiada Tuhan selain Dia.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Allah yang mempunyai wewenang untuk mencipta, memiliki, dan mengatur segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Hanya Dialah yang berkedudukan tinggi dan berkekuasaan besar.

Surah Asy-Syura Ayat 5
تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِن فَوۡقِهِنَّ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَيَسۡتَغۡفِرُونَ لِمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ أَلَآ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Terjemahan: “Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.

Tafsir Jalalain: تَكَادُ (Hampir saja) dapat dibaca Takaadu atau Yakaadu ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ (langit itu pecah) dibaca Yatafath-tharna dengan huruf tha yang ditasydidkan menurut qiraat lain dibaca Yanfathirna dengan memakai huruf Nun مِن فَوۡقِهِنَّ (dari sebelah atasnya) hampir setiap langit itu pecah menimpa yang lainnya karena kebesaran Allah swt.

وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ (dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Rabbnya) disertai dengan mengucapkan puji-pujian وَيَسۡتَغۡفِرُونَ لِمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ (dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi) yakni bagi orang-orang yang beriman.

أَلَآ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَفُورُ (Ingatlah! Bahwa sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun) kepada kekasih-kekasih-Nya ٱلرَّحِيمُ (lagi Maha Penyayang) kepada mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: firman Allah: تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِن فَوۡقِهِنَّ (“Hampir saja itu pecah dari sebelah atasnya.”) Ibnu ‘Abbas, adl-Dlahhak, Qatadah, as-Suddi dan Ka’ab al-Ahbar berkata: “Yaitu, terpecah karena takut akan kebesaran Rabb.”

وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَيَسۡتَغۡفِرُونَ لِمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ (“Dan para malaikat bertasbih serta memuji Rabb-Nya dan memohon ampun bagi orang-orang yang ada di bumi.”) seperti firman Allah: “(malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan):

“Ya Tuhan Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,” (al-Mu’min: 7)

Dan firman Allah: أَلَآ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ (“Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”) sebagai pemberitahuan, dan peringatan tentang hal tersebut.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa karena kemahabesaran dan kemahatinggian serta kehebatan-Nya, maka hampir saja langit retak, pecah berantakan, dan berguguran.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 66; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Para malaikat senantiasa bertasbih menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan, memuji dan mensyukuri-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan kepada mereka, taat dan patuh kepada perintah-Nya, tak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada-Nya, sebagaimana firman Allah:

Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang. (al-Anbiya’/21: 20) Dan firman-Nya: Yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (at-Tahrim/66: 6)

Para malaikat juga selalu memohon kepada Allah supaya mengampuni dosa orang-orang yang beriman di atas bumi ini, dan mengilhami mereka sehingga mereka itu senantiasa melalui jalan-jalan kebaikan yang membawa kepada kebahagiaan.

Malaikat itu diumpamakan laksana cahaya yang memberi kehidupan dengan panas yang ada padanya, dan memberi petunjuk dengan cahayanya. Sejalan dengan apa yang tersebut di atas firman Allah:

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka yang menyala-nyala. (Gafir/40: 7)

Ayat kelima ini menegaskan bahwa Allah itu Maha Pengampun, mengampuni dosa setiap orang yang kembali dan tobat kepada-Nya dengan tobat nasuha. Setiap makhluk berhak memperoleh rahmat dan kasih sayang daripada-Nya. Ditunda dan ditangguhkannya azab dan siksaan terhadap orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka, adalah satu rahmat dan tanda kasih sayang-Nya terhadap mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Langit yang kokoh dan kuat itu hampir saja retak dari bagian atasnya karena sangat takutnya kepada Allah dan akibat pengaruh kemahabesaran dan kemahaperkasaan-Nya. Para malaikat pun menyucikan-Nya dari segala sesuatu yang tidak pantas, sembari memuji-Nya dengan sesuatu yang memang hak-Nya, dan memohonkan ampunan untuk penduduk bumi. Allah kemudian mengingatkan bahwa hanya Dialah yang berhak memberi ampunan secara menyeluruh dan kasih sayang secara meluas.

Surah Asy-Syura Ayat 6
وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيۡهِمۡ وَمَآ أَنتَ عَلَيۡهِم بِوَكِيلٍ

Terjemahan: “Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.

Tafsir Jalalain: وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ (Dan orang-orang yang mengambil selain Allah) mengambil berhala-berhala أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهُ حَفِيظٌ (sebagai pelindung-pelindung, Allah mengawasi) mencatat عَلَيۡهِمۡ (perbuatan mereka) untuk membalas mereka kelak وَمَآ أَنتَ عَلَيۡهِم بِوَكِيلٍ (dan kamu bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka) untuk memperoleh apa yang diminta dari mereka, tugasmu tiada lain hanya menyampaikan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ (“Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Dia,”) yaitu orang-orang musyrik. ٱللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيۡهِمۡ (“Allah mengawasi [perbuatan] mereka.”) yakni menjadi saksi atas amal perbuatan mereka yang akan dihitung dan dijumlahkan-Nya. Dan Dia akan membalas mereka dengan balasan yang melimpah.

وَمَآ أَنتَ عَلَيۡهِم بِوَكِيلٍ (“Dan kamu [ya Muhammad] bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.”) yakni, engkau hanyalah pemberi peringatan, sedangkan Allah [adalah] Yang Mahamengawasi segala sesuatu.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah dan mengambil pelindung-pelindung selain Dia, Allah sendirilah yang mengawasi amal perbuatan mereka, dan Dia pulalah yang akan memberi balasan yang setimpal di akhirat nanti atas segala perbuatan mereka di dunia.

Muhammad saw tidak dibebani dan tidak ditugasi mengawasi perbuatan mereka. Ia hanya ditugasi menyampaikan apa yang diperintahkan Allah kepadanya, sebagaimana firman-Nya: Maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, dan Kamilah yang memperhitungkan (amal mereka). (ar-Ra’d/13: 40)

Oleh karena itu, dia tidak perlu gusar dan merasa sesak dada kalau mereka itu masih tetap ingkar dan tidak mau beriman, karena bagaimana pun juga dia tidak memaksa mereka untuk beriman dan memperoleh hidayat, kecuali hal itu dikehendaki Allah sebagaimana firman-Nya: Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272).

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang meminta pertolongan kepada selain Allah, amal perbuatan mereka akan selalu diawasi oleh-Nya. Sedang kamu tidak diberi mandat untuk mengawasi mereka.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy-Syura Ayat 1-6 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S