Surah Asy-Syura Ayat 13-14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syura Ayat 13-14

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syura Ayat 13-14 ini, menerangkan bahwa Ahli Kitab baik Yahudi maupun Nasrani sesudah mengetahui kebenaran rasul-rasul yang diutus kepada mereka, lalu berpecah-belah menjadi beberapa golongan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka melakukan yang demikian itu karena kedengkian dan kebencian antara mereka sehingga timbullah pertentangan antar sekte di kalangan mereka yang sukar untuk diatasi dan diselesaikan.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syura Ayat 13-14

Surah Asy-Syura Ayat 13
شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا وَٱلَّذِىٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِ ٱللَّهُ يَجۡتَبِىٓ إِلَيۡهِ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِىٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ

Terjemahan: “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.

Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

Tafsir Jalalain: شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا (Dia telah mensyariatkan bagi kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh) dia adalah nabi pertama yang membawa syariat وَٱلَّذِىٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ (yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, “Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya.”) inilah ajaran yang telah disyariatkan dan yang telah diwasiatkan serta yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu ajaran Tauhid.

كَبُرَ (Amat berat) amat besarlah عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِ (bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya) yakni ajaran tauhid للَّهُ يَجۡتَبِىٓ إِلَيۡهِ (Allah menarik kepada agama itu) kepada ajaran tauhid مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِىٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ (orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada agama-Nya orang yang kembali kepada-Nya) orang yang mau menerima untuk berbuat taat kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman kepada umat ini: شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا وَٱلَّذِىٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ (“Dia telah mensyariatkan bagimu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu.”) Allah menyebutkan Rasul pertama setelah Adam as. yaitu Nuh as. dan Rasul terakhir-Nya, yaitu Muhammad saw.

Kemudian di antara mereka disebutkan para Rasul Ulul ‘Azmi, yaitu Ibrahim, Musa dan ‘Isa bin Maryam. Ayat ini merangkai sebutan lima Rasul dan agama yang dibawa oleh seluruh Rasul, yaitu ibadah kepada Allah Mahaesa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana Allah berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun sebelummu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasannya tidak ada Ilah [yang berhak diibadahi] melainkan Aku, maka ibadahilah olehmu sekalian akan Aku.’” (al-Anbiyaa’: 25). Artinya, sisi persamaan di antara mereka adalah ibadah kepada Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya, sekalipun syariat dan manhaj mereka berbeda-beda, seperti firman Allah:

“Untuk tiap-tiap ummat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (al-Maa-idah: 48). Untuk itu di dalam ayat ini Allah berfirman:

أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ (“Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya.”) yakni Allah telah mewasiatkan kepada seluruh Nabi –semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada mereka- agar bersatu dan berjama’ah serta melarang mereka berpecah belah dan bercerai berai.

Baca Juga:  Surah Asy-Syura Ayat 36-39; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman Allah: كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِ (“Amat berat bagi orang-orang musyrik, agama yang kamu seru kepada mereka.”) yaitu, terasa berat bagi mereka dan merekapun mengingkari tauhid yang engkau serukan kepada mereka, hai Muhammad.

Firman Allah: ٱللَّهُ يَجۡتَبِىٓ إِلَيۡهِ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِىٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ (“Allah menarik kepda agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada [agama]Nya orang yang kembali [kepada-Nya]”). Dia lah Yang mentakdirkan hidayah kepada siapa saja yang berhak menerimanya serta mentakdirkan hidayah kepada siapa saja yang berhak menerimanya serta menetapkan kesesatan kepada orang yang lebih memilihnya daripada jalan petunjuk.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah mensyariatkan agama kepada Muhammad saw dan kaumnya sebagaimana Dia telah mewasiatkan pula kepada Nuh dan nabi-nabi yang datang sesudahnya yaitu Ibrahim, Musa dan Isa.

Syariat yang diwasiatkan kepada Nabi Muhammad saw dan nabi-nabi sebelumnya memiliki kesamaan dalam pokok-pokok akidah seperti keimanan kepada Allah swt, risalah kenabian dan keyakinan adanya hari pembalasan atau hari Kiamat. Sedangkan landasan agama yang menjadi misi utama para rasul tersebut adalah beribadah kepada Allah swt dan tidak menyekutukan-Nya.

Allah berfirman: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya’/21: 25) Sedangkan perbedaan yang tidak mendasar di antara risalah para nabi adalah dalam bidang syariat yang bersifat furu’iyyah. Beberapa bentuk ibadah dan rinciannya, sesuai dengan perkembangan masa, kebutuhan, dan kemaslahatan umat manusia.

Allah berfirman: Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (al-Ma’idah/5: 48) Hadis Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah berbunyi: Rasulullah saw bersabda, “Aku adalah manusia yang lebih utama daripada Isa bin Maryam di dunia dan akhirat.”

Para sahabat bertanya, “Mengapa wahai Rasulullah?”Nabi menjawab, “Para Nabi merupakan bersaudara dari berbagai keturunan. Ibu mereka banyak, namun agama mereka hanya satu. Dan tidak ada antara kami (Nabi Muhammad dan Isa) seorang nabi pun.” (Riwayat Ahmad dan Muslim)

Allah hanya menyebut nama-nama nabi tersebut di atas karena posisi mereka yang lebih tinggi dibandingkan dengan nabi-nabi lain yang tidak disebutkan, mempunyai tanggung jawab yang besar dan berat, dan karena ketabahan mereka menghadapi cobaan dan kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh kaum mereka sehingga mereka itu mendapat julukan Ulul Azmi dari Allah.

Dengan disebutkan nama Musa dan Isa diharapkan orang-orang Yahudi dan Nasrani bisa sadar dan tertarik kepada agama yang dibawa oleh Muhammad saw, agama Samawi yang banyak persamaannya dengan agama mereka, yang tertera jelas di dalam Kitab Taurat dan Injil terutama mengenai tauhid, salat, zakat, puasa, haji dan akhlak yang baik seperti menepati janji, jujur, menghubungkan silaturahmi, dan lain-lain.

Allah memerintahkan agar agama Islam yang dibawa Muhammad saw itu dipelihara dan ditegakkan sepenuhnya; pengikutnya dilarang berselisih sesamanya yang dapat mengakibatkan perpecahan dan merusak persatuan.

Firman Allah: Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (al-hujurat/49: 10) Dan firman-Nya: Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. (Ali ‘Imran/3: 103)

Nampaknya berat bagi orang-orang musyrik untuk memeluk agama tauhid yaitu agama Islam yang dibawa oleh Muhammad saw dan melepaskan agama syirik dan menyembah berhala mereka yang telah diwarisi turun-temurun dari nenek moyang mereka; kekuatan mereka telah diabadikan di dalam Al-Qur’an.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 63-65; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka. (az-Zukhruf/43: 22) Memang tidak semua orang dapat memenuhi seruan untuk memeluk agama Islam yang dibawa Muhammad saw itu, tetapi Allah menentukan hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka memeluk agama Islam.

Tafsir Quraish Shihab: Dia mensyariatkan ajaran akidah yang dulu pernah diamanatkan kepada Nûh, kapadamu, dan yang diamanatkan pula kepada Ibrâhîm dan ‘Isâ. Akidah-akidah itu berupa pesan agar kalian mengukuhkan pilar- pilar agama–dengan cara menjalankan semua ajaran-Nya–dan tidak memperselisihkannya. Seruanmu untuk melakukan hal itu memberatkan orang-orang musyrik.

Allah memilih siapa saja untuk dijadikan rasul dan membimbing orang yang meninggalkan sikap keras kepala untuk beriman dan menegakkan agama.

Surah Asy-Syura Ayat 14
وَمَا تَفَرَّقُوٓاْ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡعِلۡمُ بَغۡيًۢا بَيۡنَهُمۡ وَلَوۡلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِىَ بَيۡنَهُمۡ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُورِثُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ لَفِى شَكٍّ مِّنۡهُ مُرِيبٍ

Terjemahan: “Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.

Tafsir Jalalain: وَمَا تَفَرَّقُوٓاْ (Dan mereka tidak berpecah-belah) yaitu para pemeluk agama-agama tentang agamanya, umpamanya sebagian dari mereka berpegang kepada ajaran tauhid dan sebagian lainnya kafir إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡعِلۡمُ (melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka) yakni pengetahuan tentang ajaran tauhid (karena kedengkian) yang dimaksud adalah orang-orang kafir بَغۡيًۢا بَيۡنَهُمۡ وَلَوۡلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ (di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulunya) untuk menangguhkan pembalasan إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى (sampai kepada waktu yang ditentukan) yakni hari kiamat لَّقُضِىَ بَيۡنَهُمۡ (pastilah telah diputuskan di antara mereka) yaitu diazab-Nya orang-orang kafir di dunia.

وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُورِثُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ (Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Alkitab sesudah mereka) mereka adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani لَفِى شَكٍّ مِّنۡهُ (benar-benar dalam keraguan terhadapnya) terhadap Nabi saw. مُرِيبٍ (yang mengguncangkan) yang menyebabkan keragu-raguan.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah berfirman: وَمَا تَفَرَّقُوٓاْ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡعِلۡمُ (“Dan mereka [ahli Kitab] tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka.”) maksudnya, terpecahbelahnya mereka dari kebenaran hanya terjadi setelah sampainya kebenaran itu kepada mereka demikian kecuali karena kedhaliman, pembangkangan dan penyelisihan mereka.

Kemudian Allah berfirman: وَلَوۡلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى (“Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Rabb-mu dahulunya [untuk menangguhkan adzab] sampai kepada waktu yang telah ditentukan.”) Yakni, seandainya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah Ta’ala untuk menunda perhitungan hamba-hamba-Nya hingga hari kebangkitan, niscaya hukuman di dunia akan segera dipercepat.

Firman Allah: وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُورِثُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ (“Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka al-Kitab [Taurat dan Injil] sesudah mereka.”) yakni generasi terakhir setelah generasi pertama yang mendustakan kebenaran:

لَفِى شَكٍّ مِّنۡهُ مُرِيبٍ (“Benar-benar berada dalam keraguan yang mengguncangkan tentang kitab itu.”) yaitu mereka tidak meyakini urusan dan keimanan mereka, mereka hanyalah ikut-ikutan terhadap bapak-bapak dan nenek moyang mereka tanpa dalil dan bukti. Mereka berada dalam keadaan bingung, ragu-ragu dan kacau balau terhadap urusan mereka.

Baca Juga:  Surah Asy-Syura Ayat 1-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Ahli Kitab baik Yahudi maupun Nasrani sesudah mengetahui kebenaran rasul-rasul yang diutus kepada mereka, lalu berpecah-belah menjadi beberapa golongan, sebagaimana digambarkan Allah dalam firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. (al-An’am/6: 159)

Mereka melakukan yang demikian itu karena kedengkian dan kebencian antara mereka sehingga timbullah pertentangan antar sekte di kalangan mereka yang sukar untuk diatasi dan diselesaikan. Mereka saling menuduh, orang-orang Yahudi meyakinkan kebenaran pendirian dan pegangan mereka, sedangkan anggapan orang Nasrani meyakini bahwa orang Yahudi itu tidak mempunyai pendirian dan pegangan.

Begitu pula sebaliknya, orang-orang Yahudi menganggap bahwa orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai pendirian, sebagaimana firman Allah: Dan orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak memiliki sesuatu (pegangan),” dan orang-orang Nasrani (juga) berkata,

“Orang-orang Yahudi tidak memiliki sesuatu (pegangan),” (al-Baqarah/2: 113) Sekiranya belum ada ketentuan lebih dahulu dari Allah mengenai ditangguhkannya pembalasan dan siksa bagi orang-orang yang menentang dan menyalahi perintah Allah itu sampai kepada waktu yang telah ditentukan-Nya (hari Kiamat), niscaya mereka telah dibinasakan di dunia ini dan tidak perlu lagi ditunda sampai di akhirat nanti.

Perpecahan di antara umat manusia berlaku umum, bukan hanya terjadi pada Ahli Kitab saja, tetapi juga ada di kalangan Muslimin sendiri. Kalau perpecahan dalam bidang akidah banyak dialami Ahli Kitab, kelompok Islam banyak mengalami perselisihan dalam bidang fiqh, muamalat, dan pernikahan, yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam.

Perintah untuk bersatu harus benar-benar disadari oleh umat Islam, karena dampak buruk perpecahan ini adalah lemahnya persatuan dan kesatuan umat sehingga posisi tawar kita dalam berbagai posisi dan bidang di dunia internasional menjadi lemah.

Ayat 14 ini ditutup dengan satu penegasan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mewarisi Kitab Taurat dan Injil dari nenek moyang mereka, yang pada masa Rasulullah saw menyaksikan dakwah Islamiyah, mereka itu menjadi ragu tentang kebenaran Kitab mereka dan benar-benar mengguncangkan kepercayaan mereka.

Hal ini tidak mengherankan karena di samping kepercayaan mereka kepada Kitab Samawi memang tidak mendalam, mereka memeluk agama hanya karena ikut-ikutan kepada nenek moyang mereka. .

Tafsir Quraish Shihab: Para pengikut rasul-rasul terdahulu tidak memperselisihkan agama, kecuali setelah mengetahui hakikatnya. Perbuatan mereka itu didasari oleh sikap memusuhi dan saling dengki antarsesama mereka. Kalau saja bukan karena janji Allah, yang telah ditetapkan sejak azali, untuk menunda azab hingga datangnya hari kiamat, niscaya mereka akan dihancurkan.

Orang-orang yang mewarisi kitab suci dari para pendahulu dan hidup pada zamanmu, betul-betul berada dalam keragu-raguan yang mendalam terhadap kitab suci mereka itu. Karenanya, mereka tidak memenuhi seruanmu.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy-Syura Ayat 13-14 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S