Surah At-Thur Ayat 29-34; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ath-Thur Ayat 29-34

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ath-Thur Ayat 29-34 ini, Allah swt mempertanyakan apakah orang-orang kafir itu mempergunakan akal sehat mereka atau hanya mempertaruhkan hawa nafsu dan angan-angan belaka dalam melemparkan tuduhan-tuduhan mereka yang aneh dan tidak ada dasarnya sama sekali.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah swt menegaskan kepada Muhammad saw supaya ia mengancam mereka dengan mengajak menunggu hari kehancuran mereka. Muhammad saw juga menyatakan bahwa ia juga menunggu seperti mereka mengenai akan datangnya ketentuan dari Tuhan supaya mereka mengetahui siapa yang berakhir dengan kebaikan dan siapa pula yang mendapat kemenangan di dunia dan di akhirat.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ath-Thur Ayat 29-34

Surah Ath-Thur Ayat 29
فَذَكِّرۡ فَمَآ أَنتَ بِنِعۡمَتِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلَا مَجۡنُونٍ

Terjemahan: “Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila.

Tafsir Jalalain: فَذَكِّرۡ (Maka tetaplah memberi peringatan) tetaplah kamu memberi peringatan kepada orang-orang musyrik dan jangan sekali-kali kamu mundur dalam hal ini hanya karena mereka mengatakanmu sebagai seorang penenung lagi gila فَمَآ أَنتَ بِنِعۡمَتِ رَبِّكَ (dan kamu disebabkan nikmat Rabbmu bukanlah) karena limpahan nikmat-Nya kepadamu بِكَاهِنٍ (seorang tukang tenung) menjadi Khabar dari Maa وَلَا مَجۡنُونٍ (dan bukan pula seorang gila”) lafal ayat ini di’athafkan kepada lafal Kaahinin.

Tafsir Ibnu Katsir: Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menyampaikan risalah-Nya kepada semua hamba-Nya dan memberikan peringatan kepada mereka melalui apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya. Kemudian Allah menafikan tuduhan-tuduhan yang dilancarkan terhadapnya oleh orang-orang pendusta lagi pendurhaka.

Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. (Ath-Thur: 29) Yakni berkat karunia Allah, engkau bukanlah seorang tukang tenung, tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang bodoh dari kalangan orang-orang kafir Quraisy.

Tafsir Kemenag: Pada ayat 29 Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk tetap memberikan peringatan kepada kaumnya, dengan mengajarkan kepada mereka ayat-ayat Allah tanpa menghiraukan perbuatan-perbuatan mereka yang tidak mengandung kebenaran. Allah menegaskan bahwa hamba-Nya yang bernama Muhammad saw bukanlah tukang tenung dan bukan orang gila.

Adapun orang-orang kafir menuduh Nabi Muhammad saw sebagai tukang tenung karena beliau banyak memberikan berita-berita gaib tentang masa lalu. Umat-umat yang diperjuangkan nabi-nabi sebelumnya juga memberikan berita hal-hal yang akan datang seperti hari Kiamat, hari kebangkitan dan hari pengadilan (yaumulhisab) dan tentang surga serta neraka.

Berita-berita gaib ini merupakan sebuah kebenaran yang diterima dari Allah. Jadi jelaslah bahwa Nabi bukan tukang tenung yang menyampaikan hal-hal yang tidak benar. Orang kafir juga menuduh Rasulullah sebagai orang gila karena beliau menyatakan dan mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya satu, sedangkan mereka menganggap Tuhan mereka yang berjumlah empat saja banyak persoalan dunia yang tidak selesai. Jika Tuhan hanya satu maka dunia tidak terpelihara lagi, kata mereka.

Beberapa orientalis Barat menyatakan Nabi punya penyakit epilepsi (ayan) seperti ketika beliau menerima wahyu tiba-tiba diam dan tidak menghiraukan keadaan sekeliling seperti orang terjangkit penyakit ayan. Tetapi pada ayat 29 ini Allah menegaskan bahwa Muhammad saw tidaklah gila sebagimana dituduhkan orang-orang kafir.

Nabi Muhammad saw adalah hamba Allah yang diangkat jadi rasul, memiliki akal yang sehat, cita-cita yang tinggi, akhlak dan perilaku yang mulia. Sedangkan pada ayat 30 orang-orang kafir masih menuduh Nabi sebagai penyair karena ayat-ayat Al-Qur’an sangat indah bahasanya, susunan kalimat dan pilihan katanya sangat luar biasa.

Para penyair biasa memiliki kemampuan bahasa yang indah dan biasa menyusun kalimat dan memilih kata-katanya tidak seperti manusia biasa. Menurut mereka para penyair sering menemui kematian karena kecelakaan. Oleh karena itu mereka selalu menunggu-nunggu kecelakaan yang akan menimpa Muhammad saw.

Pada ayat ini Allah swt menegaskan bahwa Nabi bukanlah penyair. Bahasa yang indah, susunan kalimat dan pilihan bahasa yang luar biasa pada ayat-ayat Al-Qur’an karena ayat-ayat itu merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan Allah akan selalu melindungi Nabi-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 41-43 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman Allah: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (al-Ma’idah/5: 67).

Tafsir Quraish Shihab: Maka tetaplah kamu memberi peringatan, dan–dengan nikmat kenabian dan kepandaian itu–kamu bukanlah seorang penyihir yang memberi kabar tentang hal-hal yang gaib tanpa ilmu, dan juga kamu bukan seorang gila yang mengatakan apa yang tidak kamu maksudkan.

Surah Ath-Thur Ayat 30
أَمۡ يَقُولُونَ شَاعِرٌ نَّتَرَبَّصُ بِهِۦ رَيۡبَ ٱلۡمَنُونِ

Terjemahan: “Bahkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya”.

Tafsir Jalalain: أَمۡ (Bahkan) lebih dari itu يَقُولُونَ (mereka mengatakan,) “Dia شَاعِرٌ نَّتَرَبَّصُ بِهِۦ رَيۡبَ ٱلۡمَنُونِ (adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya”) malapetaka menimpanya lalu ia binasa sebagaimana nasib yang dialami oleh para penyair lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Yang dimaksud dengan ‘gila’ di sini ialah orang yang berperi laku membabi buta karena terkena sentuhan setan atau kesurupan setan. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengingkari tuduhan yang dilancarkan oleh orang-orang Quraisy terhadap diri Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam: Bahkan mereka mengatakan, “Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat 29 Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk tetap memberikan peringatan kepada kaumnya, dengan mengajarkan kepada mereka ayat-ayat Allah tanpa menghiraukan perbuatan-perbuatan mereka yang tidak mengandung kebenaran.

Allah menegaskan bahwa hamba-Nya yang bernama Muhammad saw bukanlah tukang tenung dan bukan orang gila. Adapun orang-orang kafir menuduh Nabi Muhammad saw sebagai tukang tenung karena beliau banyak memberikan berita-berita gaib tentang masa lalu.

Umat-umat yang diperjuangkan nabi-nabi sebelumnya juga memberikan berita hal-hal yang akan datang seperti hari Kiamat, hari kebangkitan dan hari pengadilan (yaumulhisab) dan tentang surga serta neraka. Berita-berita gaib ini merupakan sebuah kebenaran yang diterima dari Allah. Jadi jelaslah bahwa Nabi bukan tukang tenung yang menyampaikan hal-hal yang tidak benar.

Orang kafir juga menuduh Rasulullah sebagai orang gila karena beliau menyatakan dan mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya satu, sedangkan mereka menganggap Tuhan mereka yang berjumlah empat saja banyak persoalan dunia yang tidak selesai. Jika Tuhan hanya satu maka dunia tidak terpelihara lagi, kata mereka.

Beberapa orientalis Barat menyatakan Nabi punya penyakit epilepsi (ayan) seperti ketika beliau menerima wahyu tiba-tiba diam dan tidak menghiraukan keadaan sekeliling seperti orang terjangkit penyakit ayan. Tetapi pada ayat 29 ini Allah menegaskan bahwa Muhammad saw tidaklah gila sebagimana dituduhkan orang-orang kafir.

Nabi Muhammad saw adalah hamba Allah yang diangkat jadi rasul, memiliki akal yang sehat, cita-cita yang tinggi, akhlak dan perilaku yang mulia. Sedangkan pada ayat 30 orang-orang kafir masih menuduh Nabi sebagai penyair karena ayat-ayat Al-Qur’an sangat indah bahasanya, susunan kalimat dan pilihan katanya sangat luar biasa.

Para penyair biasa memiliki kemampuan bahasa yang indah dan biasa menyusun kalimat dan memilih kata-katanya tidak seperti manusia biasa. Menurut mereka para penyair sering menemui kematian karena kecelakaan. Oleh karena itu mereka selalu menunggu-nunggu kecelakaan yang akan menimpa Muhammad saw.

Pada ayat ini Allah swt menegaskan bahwa Nabi bukanlah penyair. Bahasa yang indah, susunan kalimat dan pilihan bahasa yang luar biasa pada ayat-ayat Al-Qur’an karena ayat-ayat itu merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan Allah akan selalu melindungi Nabi-Nya.

Firman Allah: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (al-Ma’idah/5: 67).

Tafsir Quraish Shihab: Bahkan apakah mereka mengatakan, “Ia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kematiannya.” Katakanlah kepada mereka, sebagai ancaman, “Tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu kesudahan diriku dan diri kalian.”

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 31-33; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Ath-Thur Ayat 31
قُلۡ تَرَبَّصُواْ فَإِنِّى مَعَكُم مِّنَ ٱلۡمُتَرَبِّصِينَ

Terjemahan: “Katakanlah: “Tunggulah, maka sesungguhnya akupun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama kamu”.

Tafsir Jalalain: قُلۡ تَرَبَّصُواْ (Katakanlah! “Tunggulah) oleh kalian kebinasaanku فَإِنِّى مَعَكُم مِّنَ ٱلۡمُتَرَبِّصِينَ (maka sesungguhnya aku pun termasuk orang yang menunggu pula bersama kalian”) menunggu kebinasaan kalian; akhirnya mereka disiksa oleh Allah melalui pedang dalam perang Badar. Makna Tarabbush. adalah menunggu.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Katakanlah, “Tunggulah, maka sesungguhnya aku pun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama kamu. (Ath-Thur: 31) Maksudnya, tunggulah oleh kalian dan sesungguhnya aku pun menunggu pula bersama kalian, dan kelak kalian akan mengetahui siapakah yang akan mendapat kesudahan yang baik dan pertolongan di dunia dan akhirat.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah swt menegaskan kepada Muhammad saw supaya ia mengancam mereka dengan mengajak menunggu hari kehancuran mereka. Muhammad saw juga menyatakan bahwa ia juga menunggu seperti mereka mengenai akan datangnya ketentuan dari Tuhan supaya mereka mengetahui siapa yang berakhir dengan kebaikan dan siapa pula yang mendapat kemenangan di dunia dan di akhirat.

Sikap orang-orang kafir yang sombong memang kadang-kadang perlu dihadapi dengan tegas. Apalagi tuduhan mereka memang sudah keterlaluan dengan menyatakan Nabi sebagai tukang tenung, sebagai orang gila dan sebagainya, padahal pendapat-pendapat mereka hanya didasarkan pada prasangka yang tidak berdasar sama sekali.

Maka perlu ditegaskan bahwa risalah Nabi adalah dari Allah yang Mahakuasa, oleh karena itu Nabi tidak perlu takut membuktikan semuanya sampai di hari akhirat nanti. (.

Tafsir Quraish Shihab: Bahkan apakah mereka mengatakan, “Ia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kematiannya.” Katakanlah kepada mereka, sebagai ancaman, “Tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu kesudahan diriku dan diri kalian.”

Surah Ath-Thur Ayat 32
أَمۡ تَأۡمُرُهُمۡ أَحۡلَٰمُهُم بِهَٰذَآ أَمۡ هُمۡ قَوۡمٌ طَاغُونَ

Terjemahan: “Apakah mereka diperintah oleh fikiran-fikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas?

Tafsir Jalalain: أَمۡ تَأۡمُرُهُمۡ (Apakah mereka diperintah oleh pikiran pikiran mereka) oleh akal pikiran mereka أَحۡلَٰمُهُم بِهَٰذَآ (untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan itu) yakni perkataan mereka terhadapnya, bahwa dia adalah seorang tukang sihir, seorang tukang tenung, dan seorang gila. Maksudnya, ialah bahwa pikiran-pikiran mereka tidak memerintahkan mereka untuk melakukan hal tersebut أَمۡ (bahkan) lebih dari itu هُمۡ قَوۡمٌ طَاغُونَ (mereka kaum yang melampaui batas) dengan keingkaran dan pembangkangan mereka itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Apakah mereka diperintahkan oleh pikiran-pikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan itu. (Ath-Thur: 32) Yakni apakah akal mereka memerintahkan kepada mereka untuk mengucapkan dan melancarkan tuduhan-tuduhan yang batil itu, yang diri mereka sendiri mengetahui bahwa itu adalah dusta dan tidak benar.

Tafsir Kemenag: Kemudian pada ayat ini Allah swt mempertanyakan apakah orang-orang kafir itu mempergunakan akal sehat mereka atau hanya mempertaruhkan hawa nafsu dan angan-angan belaka dalam melemparkan tuduhan-tuduhan mereka yang aneh dan tidak ada dasarnya sama sekali. Nabi memang bukan penyair, juga bukan tukang tenung dan bukan orang gila. Tuduhan-tuduhan mereka semata-mata didasarkan pada rasa benci yang berlebih-lebihan, sehingga tidak memperhatikan akal sehat sama sekali.

Tafsir Quraish Shihab: Ataukah pikiran-pikiran mereka menyuruh mereka untuk mengatakan perkataan yang sangat bertentangan ini. Karena penyihir dan penyair mempunyai kepandaian dan otak, sedangkan orang gila tidak mempunyai otak. Sebenarnya mereka itu adalah kaum yang melampaui batas dalam kedurhakaan mereka.

Surah Ath-Thur Ayat 33
أَمۡ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُۥ بَل لَّا يُؤۡمِنُونَ

Terjemahan: “Ataukah mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) membuat-buatnya”. Sebenarnya mereka tidak beriman.

Tafsir Jalalain: أَمۡ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُۥ (Ataukah mereka mengatakan, bahwa dia membuat-buatnya) yakni Nabi Muhammad telah membuat-buat Alquran, padahal dia tidak membuat-buatnya بَل لَّا يُؤۡمِنُونَ (sebenarnya mereka tidak beriman) karena kesombongan mereka. Jika mereka mengatakan bahwa Muhammad telah membuat-buatnya.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 32; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menyanggah tuduhan mereka: Sebenarnya mereka tidak beriman. (Ath-Thur: 33) Yakni kekafiran merekalah yang mendorong mereka untuk mengucapkan kalimah ini.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dengan menggunakan bentuk kalimat pertanyaan, Allah menerangkan tuduhan orang-orang kafir bahwa Nabi dianggap mengada-ada, menyatakan sesuatu yang dikarangkarang sendiri oleh Nabi Muhammad saw. Bentuk pertanyaan ini merupakan suatu dorongan agar mereka berpikir untuk mencari jawaban dengan menggunakan akal sehat.

Ayat-ayat Al-Qur’an memang memesona mereka, baik rangkaian bahasanya maupun isi kandungannya, sehingga mereka mengatakan Muhammad adalah penyair atau tukang tenung bahkan mereka anggap sebagai orang gila, sebetulnya mereka terkagum-kagum pada ayat Al-Qur’an, tetapi karena mereka tidak beriman, mereka menolak dan mengingkari firman-firman Allah dan kenabian Nabi Muhammad maka mereka asal tuduh saja.

Memang mereka menghadapi dilema dengan kehebatan Al-Qur’an tetapi juga benci kepada Nabi Muhammad saw. Demikianlah jika seseorang tidak mendapat hidayah dari Allah swt, menderita batin di dunia, dan menderita lahir batin di akhirat nanti.

Tafsir Quraish Shihab: Ataukah mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat al-Qur’ân.” Sesungguhnya dengan kekeraskepalaan mereka itu, mereka adalah orang-orang yang tidak beriman.

Surah Ath-Thur Ayat 34
فَلۡيَأۡتُواْ بِحَدِيثٍ مِّثۡلِهِۦٓ إِن كَانُواْ صَٰدِقِينَ

Terjemhan: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.

Tafsir Jalalain: فَلۡيَأۡتُواْ بِحَدِيثٍ (Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat) yang dibuat-buat مِّثۡلِهِۦٓ إِن كَانُواْ صَٰدِقِينَ (yang semisal dengan Alquran itu jika mereka orang-orang yang benar) di dalam tuduhannya itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar. (Ath-Thur: 34) Jika mereka benar dalam tuduhan yang mereka lancarkan itu, yang mereka buat-buat, maka hendaknyalah mereka mendatangkan hal yang semisal dengan Al-Qur’an yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Karena sesungguhnya andaikata mereka dan semua penduduk bumi dari kalangan jin dan manusia berhimpun menjadi satu untuk membuat hal yang semisal Al-Qur’an, niscaya mereka tidak dapat mendatangkan hal yang semisal.

Bahkan mereka tidak akan mampu membuat sepersepuluhnya atau satu surat darinya yang semisal dengannya.”

Tafsir Kemenag: Kemudian dalam ayat ini Allah menjawab berbagi tuduhan mereka terhadap Nabi Muhammad saw dengan tantangan untuk mencoba membuat seperti apa yang telah disampaikan oleh Nabi. Kalau Muhammad saw itu dituduh penyair, maka di tengah-tengah mereka itu banyak penyair yang fasih.

Kalau Nabi dituduh tukang tenung, bukankah di tengah-tengah mereka juga banyak tukang tenung yang ahli. Atau kalau ia dituduh mengada-adakan, bukankah di tengah-tengah mereka itu juga banyak ahli pidato, lancar berbicara dengan keindahan tutur katanya, dan sebagainya.

Maka mengapakah mereka, tidak sanggup membuat suatu ungkapan seperti Al-Qur’an bila mereka memang orang-orang yang benar dalam tuduhan mereka. Bahkan mereka mempunyai tokoh-tokoh ahli yang punya kemampuan besar dalam berpidato, bersyair, dan telah banyak pengalaman bekerja dengan menggunakan gaya bahasa puisi atau prosa.

Mereka mengetahui benar sejarah bangsa Arab lebih dari pengetahuan Muhammad saw? Walaupun demikian, nyatanya mereka masih tidak mampu membuat suatu surah pun seperti Al-Qur’an meskipun mereka semua bekerja sama secara kelompok.

Tafsir Quraish Shihab: Maka hendaklah mereka mendatangkan perkataan seperti al-Qur’ân, apabila mereka benar dalam perkataan mereka bahwa Muhammad telah membuat-buatnya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ath-Thur Ayat 29-34 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S